Sirajuddin Abdullah Syattar (bahasa Arab: سراج الدين عبد الله شتر) adalah seorang mursyid sufi terkemuka abad ke-15, yang dianggap sebagai pendiri tarekat Syattariyah. Ia membawa tarekat tasawufnya dari Transoksiana ke anak benua Asia Selatan, tempat penerusnya mengembangkannya lebih lanjut.[1][2] Pada akhir abad ke-16, tarekat ini diperkenalkan ke Haramain, dan dari sana ke Asia Tenggara.[1]
Abdullah mempelajari tasawuf menurut tradisi Isyqiyah dan Busthamiyah yang berkembang pesat di Khorasan dan Turki Utsmaniyah.[2][3] Gurunya memberinya nama nisbah Syattar, sebuah kata serapan Persia dari bahasa Arab yang berarti "kilat", yang merujuk pada praktik-praktif spiritual tercepat mencapai tahap "penyelesaian".[1][4] Silsilah pembelajarannya ialah dari gurunya Muhammad Arif, kemudian dari Muhammad Ashiq, Khuda Quli, Abul Hassan al-Kharqani, Abul Muzaffar ath-Thusi, Abu Yazid Isyqi, Muhammad al-Maghribi, dari Bayazid Busthami.[5]
Abdullah pergi ke India untuk mempromosikan tarekatnya dan mengunjungi banyak kelompok sufi untuk memperkenalkan metodenya.[1] Ia berkeliling Delhi, Jaunpur, Bihar, Benggala, dan Malwa, sebelum menetap di Mandu di bawah perlindungan Sultan Ghiyatsuddin Tughluq.[3] Abdullah terus tinggal dan menyebarkan tarekatnya hingga ia meninggal di India pada tahun 1485.[1][6] Di kemudian hari, para penerusnya juga berpengaruh terhadap beberapa penguasa Mughal.[1]