Abses peritonsil | |
---|---|
Informasi umum | |
Nama lain | Quinsy |
Spesialisasi | Otolaringologi |
Penderita | Usia 15-35 tahun |
Penyebab | Berbagai jenis bakteri Streptococcus |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Demam, sakit tenggorokan, kesulitan membuka mulut, perubahan suara |
Komplikasi | Penyumbatan jalan nafas, pneumonitis aspirasi |
Perawatan | Mengeluarkan nanah, antibiotik, cairan, obat pereda nyeri, steroid |
Abses peritonsil atau disebut juga dengan quinsy adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan adanya kumpulan pus pada kapsul tonsil dan otot konstriktor faring. Penyakit ini dapat muncul akibat dari komplikasi tonsilitis akut atau radang amandel yang tidak diobati dengan baik.[1] Kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja, tetapi paling sering dialami oleh orang dewasa muda, dengan prevalensi kasus terbanyak pada usia 15-35 tahun. Namun, kondisi ini juga dapat terjadi pada anak-anak.[2]
Tanda dan gejala umum dari abses peritonsil meliputi:
Diagnosis biasanya berasal dari evaluasi gejala-gejala yang muncul. Untuk mengeliminasi potensi komplikasi, pemeriksaan pencitraan medis dapat dilakukan, seperti CT scan, MRI, atau ultrasonografi, yang juga memberikan kontribusi yang berharga dalam proses diagnosis.[3]
Abses peritonsil (peritonsillar abscess atau PTA) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, terutama Streptococcus Beta-Hemolitik Grup A (Group A Beta-Hemolytic Streptococcus atau GABHS). Selain oleh GABHS, abses peritonsil juga dapat disebabkan oleh mikroorganisme aerob maupun anaerob lainnya. Beberapa bakteri aerob yang merupakan etiologi dari penyakit ini adalah Streptococcus grup B, C, dan G, Haemophilus influenzae tipe B dan nontypeable, Neisseria sp, Staphylococcus aureus, dan Mycobacterium sp. Penyebab lain dari abses peritonsil adalah virus, contohnya parainfluenza dan virus herpes simpleks.[4]
Penanganan medis yang diberikan untuk pasien yaitu berupa pemberian antibiotik, steroid dan drainase operatif pada status lokalis. Pemberian antibiotik bertujuan untuk mengatasi infeksi bakteri. Selain itu, prosedur drainase atau pengeluaran cairan nanah dari abses peritonsil juga mungkin diperlukan. Drainase ini bisa dilakukan memakai jarum aspirasi, insisi, maupun tonsilektomi akut. Dalam beberapa kasus yang parah, prosedur pembedahan diperlukan untuk membersihkan abses secara menyeluruh.[2]
Pencegahan untuk penyakit ini bisa dilakukan dengan:
Apabila terdapat keluhan berupa sakit pada tenggorokan (radang) saat menelan, dapat segera konsultasi dengan dokter untuk diobati hingga sembuh.