Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada November 2022. |
Al-Harits V bin Jabalah | |
---|---|
Raja Ghassaniyah, Patrisius Romawi, dan Filarkhos Saraken | |
Berkuasa | k. 528 – 569 M |
Pendahulu | Jabalah IV |
Penerus | al-Mundzir III |
Kematian | 569 |
Ayah | Jabalah IV |
Al-Ḥarits bin Jabalah (bahasa Arab: الحارث بن جبلة), juga disebut sebagai Flavios Arethas (Φλάβιος Ἀρέθας) dalam sumber-sumber Yunani;[1] atau Khalid bin Jabalah (خالد بن جبلة) dalam sumber-sumber Arab Klasik (sejak 700 M),[2][3] adalah raja Ghassaniyah, sebuah kerajaan Arab Kekristenan yang pernah berlangsung di perbatasan timur Kekaisaran Romawi Timur (atau Bizantium). Harits merupakan penguasa Ghassaniyah kelima, memerintah dari tahun k. 528 hingga 569, penguasa Arab Kristen terpanjang dan memainkan peran utama dalam Perang Romawi-Persia dan urusan Gereja Ortodoks Suriah. Untuk jasanya ke Romawi Timur, dia diangkat menjadi patrikios dan vir gloriosissimus.[4]
Berbeda dengan penguasa Romawi Timur, Harits adalah seorang Miafis yang setia dan menolak Konsili Kalsedon. Sepanjang pemerintahannya, Harits mendukung kecenderungan anti-Kalsedon di wilayah Syam, memimpin dewan gereja dan terlibat dalam teologi, berkontribusi secara aktif pada kebangkitan Gereja Miafis selama abad keenam.[4][5] Jadi pada tahun 542, setelah dua dekade penganiayaan yang telah memenggal kepemimpinan Miafisit, dia meminta pengangkatan uskup Miafisit baru di Suriah kepada maharani Theodora, yang kecenderungan Miafis tersendiri mulai terkenal. Theodora kemudian mengangkat Yakub Baradaeus dan Theodore sebagai uskup. Yakub khususnya kemudian membuktikan seorang pemimpin yang sangat cakap, mengubah para penyembah berhala menjadi pemeluk Kekristenan dan sangat memperluas dan memperkuat organisasi gereja Miafis.[4][6][7]