Aliyah dari Uni Soviet pada 1970-an adalah peristiwa imigrasi masal orang Yahudi Soviet ke Israel setelah pemerintah Uni Soviet mencabut larangan emigrasi refusenik Yahudi pada 1971. Lebih dari 150.000 orang Yahudi Soviet berimigrasi pada saat itu, dengan berbagai faktor pendorong seperti kekerasan dalam beragama maupun berideologi, peluang ekonomi, serta keinginan untuk melarikan dari dari diskriminasi antisemit.
Gelombang imigrasi yang lebih besar dilanjutkan oleh aliyah pasca-Uni Soviet pada dua dasawarsa kemudian.
Pada 1967, Uni Soviet memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel setelah Perang Enam Hari. Selama masa ini, terjadi peningkatan diskriminasi terhadap orang Yahudi Soviet, yang disebabkan oleh kampanye propaganda antisemit di media massa milik pemerintah. Pada akhir 1960-an, kehidupan budaya dan beragama Yahudi di Uni Soviet terkekang karena adanya kebijakan diskriminasi yang ketat. Penganiayaan yang didukung oleh negara dan ateisme melanggar hak-hak etno-budaya Yahudi yang dialami oleh kelompok etnis Soviet lainnya.[1]
Selama Perang Enam Hari, beberapa orang Yahudi Soviet beremigasi ke Israel. Kemenangan mutlak Israel merubah pendapat orang Yahudi Soviet terhadap Israel. Setelah perang, banyak orang Yahudi Soviet mulai menuntut hak untuk pindah ke Israel. Namun, banyak di antara orang Yahudi Soviet memilih untuk beremigrasi ke Amerika Serikat setelah diberi suatu pilihan.[2]