All Things Must Pass | ||||
---|---|---|---|---|
Album studio karya George Harrison | ||||
Dirilis | 27 November 1970 | |||
Direkam | May–October 1970 | |||
Studio | EMI, Trident dan Apple (London) | |||
Genre | Rock,[1] folk rock | |||
Durasi | 106:00 | |||
Label | Apple | |||
Produser | George Harrison, Phil Spector | |||
Kronologi George Harrison | ||||
| ||||
Singel dalam album All Things Must Pass | ||||
|
All Things Must Pass adalah album studio ketiga dari George Harrison. Dirilis sebagai album rangkap tiga pada November 1970, dan karya solo pertama Harrison setelah bubarnya The Beatles pada April 1970. Terdapat single hit My Sweet Lord dan What Is Life, serta lagu-lagu seperti Isn't It a Pity yang diabaikan untuk dimasukkan dalam lagu The Beatles. Album ini mencerminkan pengaruh aktivitas musik Harrison dengan artis seperti Bob Dylan, the Band, Delaney & Bonnie and Friends dan Billy Preston selama 1968–70, dan pertumbuhan sebagai musisi di luar peran pendukungnya terhadap John Lennon dan Paul McCartney. All Things Must Pass memperkenalkan suara gitar khas Harrison dan tema-tema spiritual yang hadir di seluruh karya solonya. Rilisan vinil asli terdiri dari dua LP dan disc ketiga berisi lagu informal berjudul Apple Jam. Beberapa komentator menafsirkan foto sampul album Barry Feinstein, yang menunjukkan Harrison dikelilingi oleh empat gnome taman, sebagai pernyataan kemerdekaannya dari The Beatles.
Produksi dimulai di EMI Studios London pada Mei 1970, dengan overdubbing dan mixing ekstensif berlanjut hingga Oktober. Di antara sejumlah besar musisi pendukung ada Eric Clapton, Ringo Starr, Gary Wright, Billy Preston, Klaus Voormann, John Barham, Badfinger dan Pete Drake. Sesi-sesi tersebut menghasilkan materi tambahan album ganda, yang sebagian besar masih belum diterbitkan.
All Things Must Pass sukses secara kritis dan komersial saat dirilis, dengan bertahan lama di nomor satu tangga lagu di seluruh dunia. Co-produser Phil Spector menggunakan teknik produksi Wall of Sound miliknya untuk menghasilkan efek yang luar biasa; Ben Gerson dari Rolling Stone mendeskripsikan suara tersebut sebagai Wagnerian, Brucknerian, musik di puncak gunung dengan cakrawala yang luas.[2][3]