Almaron Dickinson (1800 – 6 Maret 1836) adalah tentara Texas Meksiko dan pejuang di Pertempuran Alamo, sebagai bagian dari Revolusi Texas. Dickinson dikenal sebagai petugas artileri garnisun kecil dan suami dari salah satu dari tiga orang non-Meksiko yang selamat selama pertarungan, Susanna Dickinson, serta ayah dari bayi perempuan Angelina Elizabeth Dickinson, yang nyawanya tak terselamatkan.
Dickinson lahir di negara bagian Amerika Serikat, Tennessee, dan kemudian belajar sebagai seorang pandai besi. Ia masuk dalam militer Amerika Serikat sebagai petugas artileri. Dia dan Susannah Dickinson menikah ketika Susannah baru berumur 15 tahun, pada tanggal 24 Mei 1829, dan dua tahun kemudian pasangan ini pindah ke provinsi Texas di Meksiko, dimana mereka menetap di koloni Dewitt. Dickinson menerima sebidang tanah, di mana ia membuka toko pandai besi dan bekerjasama dengan George C. Kimble untuk membuat pabrik topi. Pada tanggal 14 Desember 1824, anak tunggal pasangan tersebut, Angelina Elizabeth lahir. Setelah terjadi serangan terhadap para penetap oleh orang Indian, ia bergabung dengan kelompok yang dipimpin sesama penetap, Bart McClure, dan ikut memburu orang Indian yang memusuhi mereka.
Di musim gugur 1835, Dickinson ikut bertempur dalam Pertempuran Gonzales, yang menandai awal perjuangan Texas untuk mendapatkan kemerdekaan. Dickinson terpilih sebagai Letnan Pertama Artileri di bulan Desember 1835. Ia lalu bergabung dengan sejumlah sukarelawan untuk melindungi San Antonio, Texas, dan menjadi Asisten Jenderal Edward Burleson selama Pengepungan Bexar, dengan pangkat letnan. Beberapa minggu setelahnya, rumahnya diserang oleh anggota Milisi Texas, memaksa Susannah untuk bergabung dengan suaminya di San Antonio. Keluarga itu tinggal di rumah Musquiz, di ujung barat daya jalan Portero dan Main Plaza. Ketika Antonio López de Santa Anna dan tentaranya tiba pada tanggal 23 Februari 1836, Dickinson memindahkan keluarganya ke Alamo.
Pada saat Pertempuran Alamo terjadi, Dickinson menjabat sebagai Kapten dan memimpin artileri Garnisun Alamo yang mengontrol 21 meriam. Beberapa menulis Dickinson masih memiliki rank letnan ketika berada di Alamo, tapi dipercaya ia telah dipromosikan. Pemimpin garnisun, Letnan Kolonel William Travis, memimpin sekitar 180 dan 250 orang. Jumlah tersebut ditambah Dickinson dan tentara biasa lain, juga sejumlah kelompok sukarela yang dipimpin oleh Jim Bowie dan Davey Crockett. Sejarawan telah sepakat bahwa jumlah anggota garnisun tidak lebih rendah atau lebih tinggi dari 2 angka tersebut, dengan jumlah paling dipercaya adalah 182. Salah satu utusan yang dikirim Travis memberi angka 150 dan minimal 32 orang lain diketahui telah tiba setelah itu. Antonio Ruiz, wali kota San Antonio pada saat itu, mengatakan bahwa setelah pertarungan, tentara Meksiko telah membakar 182 tubuh pejuang Alamo dan itu cenderung dianggap sebagai jumlah anggota garnisun. Santa Anna memiliki sekitar 5000 dan 6000 tentara di bawah pimpinannya. Setelah dia tiba, pengepungan dimulai.
Pengeboman Meksiko berlangung pada pagi hari pada tanggal 25 Februari 1836. Tepat pada pukul 10 pagi, sekitar 200-399 tentara Meksiko, umumnya cazadore dari Batalyon Matamoros, menyebrangi sungai San Antonio dan berlindung di gubuk telantar sekitar 90 yard (82 m) dan 100 yard (91 m) dari dinding Alamo. Tentara Meksiko berniat menggunakan gubuk sebagai pelindung untuk membangung tempat pemasangan artileri lain, walau banyak orang Texas yang beranggapan mereka sebenarnya melancarkan serangan ke benteng. Travis memanggil sukalerawan untuk membakar gubuk, meski fakta bahwa pada saat itu adalah pagi yang terang dan mereka akan berada di jangkauan tembakan lawan. Charles Despallier, Robert Brown, James Rose dan beberapa yang lain bersedia melakukannya.
Untuk menyediakan perlindungan, Kapt. Dickinson dan tentaranya menembak meriam 8-lb, diisi dengan grapeshot dan canister, ke tentara Meksiko di gubuk. Crockett dan tentaranya melepskan tembakan rifle, sementara tentara Texas lain mengisi senjata lain untuk mereka. Setelah 2 jam, pertarungan berakhir. Ketika tentara Texas melihat api dari gubuk, mereka membuka gerbang Alamo dan tentara Texas memasuki Alamo tanpa terluka, meski Rose hampir ditangkap petugas Meksiko. Tentara Meksiko mundur dengan dua mati dan 4 terluka, sementara tentara Texas lain tergores batu, meski tidak parah.
Setelah mengetahui bahwa tentara tambahan yang dipimpin James Fannin gagal tiba di Alamo dan kemungkinan tak bakal ada anggota tambahan, satu kelompok beranggota 25 orang keluar dari Gonzels pada pukul 2 siang pada hari Sabtu, 27 Februari. Kelompok ini akan berjumlah 32 orang ketika tiba di Alamo, dan dipimpin oleh Albert Martin dan George Kimbell, yang terakhir disebutkan telah menjadi rekan bisnis Almaron Dickinson. Ketika mereka mendekati Alamo di suatu pagi pada tanggal 1, seorang pengendara tampak di depan mereka, dan bertanya, dalam bahasa Inggris, apakah mereka hendak menuju benteng. Ketika mereka mengiyakan, ia berputar dan meminta mereka mengikutinya. Salah satu laki-laki dalam kelompok menjadi curiga dan pengendara tersebut kabur secara cepat. Para sukalerawan khawatir mereka telah ketahuan dan berkendara secepat mungkin menuju Alamo. Di tengah kegelapan, warga Texas mengira kelompok ini sebagai anggota tentara Meksiko dan menembak, sehingga melukai salah satu sukarelawan. Para sukarelawan akhirnya berhasi meyakinkan para pejuang Texas untuk membuka gerbang.
Pada saat tertentu, entah tanggal 3 atau 4, bulan Maret 1836, Kol. Travis, melihat mereka sudah kehilangan harapan dan takdir sudah dipastikan, memanggil tentara garnisunnya. Dia memberitahukan situasi dan memberi kesempatan tentaranya untuk memilih, apakah ingin tetap bertarung atau pergi. Hanya satu orang, Moses Rose, memutuskan pergi, dengan yang lain memilih untuk tinggal dan bertarung hingga mati. Rose akan diingat, bahkan hingga kini, sebagai "Pengecut Alamo", sementara Dickinson dan pejuang lain akan dianggap abadi sebagai pahlawan.
Dickinson selamat hingga hari terakhir pertempuran. Di awal pagi pada tanggal 6 Maret 1836, Santa Anna mengirim serangan militer yang melobangi dinding Alamo di serangan ketiganya. Kapt. Dickinson menyembunyikan istri dan anak perempuannya di dalam kapel. Berdasarkan kesaksian istrinya nanti, pada saat mendekati akhir pertempuran Kapt. Dickinson bersegera menuju kapel tempat istrinya bersembunyi, sambil berteriak ketakutan "Oh, Tuhan, Sue! Orang Meksiko itu sudah di dalam benteng kita! Semuanya berakhir! Kalau mereka tak membunuhmu, jaga anak kita." Kapt. Dickinson kemudian kembali ke posnya. Pada saat itu, terdapat pertarungan intens di dalam garnisun, yang akhirnya menjadi pertarungan tangan. Menurut sumber Meksiko yang bisa dipercaya, Kapt. Dickinson ialah salah satu pejuang terakhir yang terbunuh dalam pertarungan.
Menurut pihak Militer Meksiko, warga Texas terakhir yang mati ialah sebelas tentara lelaki yang mengoperasikan meriam 12-lb di kapel. Pintu masuk gereja telah dibarikade dengan karung pasir, dimana tentara Texas sanggup menembak lewat atasnya. Sebuah tembakan dari meriam 18-lb menghancurkan barikade dan tentara Meksiko memasuki bangunan setelah melancarkan rentetan awal tembakan. Kru Dickinson menembak meriam mereka dari atap melengkung gereja ke tentara di pintu. Dengan tak adanya waktu untuk mengisi amunisi, pejuang Texas, termasuk Kapt. Dickinson, Gregoria Esparza, dan James Bonham, mengambil rifle dan menembak sebelum mereka diterjang bayonet. Seorang tentara Texas, Robert Evans adalah ahli artileri yang dipercaya untuk menjaga bubuk mesiu dari tangan tentara Meksiko. Sambil terluka, dia merangkak menuju penyimpan bubuk tapi dibunuh oleh tembakan tentara Meksiko saat lampu api Evans hanya berjarak seinci dari bubuk. Jika ia berhasil, ledakan akan menghancurkan gereja, serta membunuh perempuan dan anak-anak yang bersembunyi di ruang suci.
Tubuh Kapt. Dickinson terbakar bersama pejuang lain selama pertarungan. Istri mudanya Susannah, putri mereka Angelina, dan seorang mantan budak Kol. Travis yang telah merdeka bernama Joe tidak dibunuh. Umum dipercaya bahwa selama pertempuran, tentara Meksiko kehilangan sekitar 400 hingga 500 tentara yang terbunuh, sementara pejuang Texas menderita kehilangan 182 hingga 189 orang. Kapt. Dickinson sejak itu, bersama dengan pejuang lain, menjadi legenda di sejarah Texas atas perjuangan heroiknya.