Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Asana berdiri adalah pose yoga (asana) dengan satu atau kedua kaki berada di tanah, sementara tubuh diposisikan tegak. Pose tersebut ialah salah satu komponen yang paling khas dari yoga modern sebagai olahraga. Hingga abad ke-20, jumlah pose ini sangatlah sedikit. Contoh yang paling umum misalnya saja, Vrikshasana atau pose pohon. Sejak zaman Krishnamacharya di Mysuru, banyak pose berdiri telah dibuat. Dua sumber utama asana ini telah diidentifikasi, yakni rangkaian latihan Surya Namaskar (penghormatan kepada matahari) dan praktik senam yang secara luas ada di India pada saat itu, sesuai dengan budaya fisik yang berlaku.
Asal usul asana berdiri telah menimbulkan kontroversi sejak Mark Singleton (2010) berpendapat bahwa beberapa bentuk yoga modern ini merupakan modifikasi yang drastis dari yoga hatha. Khususnya, terkait penambahan asana berdiri dan transisi (vinyasa) di antara pose tersebut; dan dengan menekan sebagian besar aspek non postural yoga, daripada meneruskan tradisi kuno. Perubahan ini memungkinkan yoga untuk dipraktikkan sebagai rangkaian gerakan yang mengalir daripada sebagai pose statis, dan selanjutnya mampu menambah fokus pada saat latihan aerobik. .
Yoga ialah sekelompok disiplin fisik, mental, dan spiritual yang berasal dari India kuno. Tujuan spiritual dan filosofisnya adalah untuk menyatukan jiwa manusia dengan Sang Ilahi, dengan sebagian besar praktiknya yang bersifat meditatif.[2] Berkembang sejak abad ke-11, yoga hatha merupakan cabang yoga yang menggunakan postur fisik di samping latihan lain (meditasi dan pemurnian). Di dunia Barat, Istilah "yoga" sering merujuk pada bentuk modern dari yoga hatha. Yoga jenis ini difungsikan sebagai latihan, di mana sebagian besar latihannya terdiri dari postur yang disebut sebagai asana. Asana paling awal adalah pose duduk bersila seperti meditasi. Setelah itu, barulah pose lain secara bertahap ditambahkan.[3]
Sebelum abad ke-20, salah satu pose berdiri yang dipraktikkan dalam yoga hatha ialah Vrikshasana atau pose pohon. Hal tersebut terbukti dari sebuah teks yoga hatha di abad ke-17 Gheraṇḍa Saṃhitā 2.36.[4] Dalam masa yang lebih lampau lagi, terdapat bukti ukiran batu abad ke-7 di Mahabalipuram yang menampilkan sosok yang tengah berdiri dengan satu kaki. Pose tersebut barangkali menunjukkan pose serupa Vrikshasana yang digunakan oleh orang-orang masa itu. Pose tersebut setidaknya menyiratkan bahwa para sadu mendisiplinkan diri mereka dengan meditasi dalam pose tersebut.[1]
Beberapa pose berdiri lainnya diduga berasal dari abad pertengahan, tanpa adanya bukti yang dapat dipercaya. Satu kesulitan dari sejarah pose berdiri ialah menyoal penamaanya. Baik adanya pose berdiri abad pertengahan maupun pose berdiri yang ada pada saat ini misalnya, tidak menjadikan bukti bahwa keduanya adalah pose yang sama. Hal ini mengingat bahwa nama sebuah pose dapat saja berubah ataupun nama yang sama dapat digunakan untuk pose yang berbeda. Sebagai contoh, ada sebuah pose bernama Garudasana (pose elang) yang telah digunakan untuk pose duduk di Gheraṇḍa Saṃhitā, 2.37.[4] Nama Garudasana yang telah diberikan ini memiliki kemiripan pose dengan Vrikshasana yang termuat dalam risalah Sritattvanidhi di abad ke-19. Padahal pose berdiri modern bernama Garudasana ini baru muncul pada abad ke-20 silam.[6][7]
Masalah lainnya adalah tujuan penggunaan dari pose itu sendiri. Adanya pose di abad pertengahan tidak dapat menjadi bukti bahwa pose tersebut telah digunakan dalam yoga hatha. Misalnya saja, Natarajasana atau pose Syiwa menari yang digambarkan dalam patung-patung tari Bharatnatyam abad ke-13 hingga ke-18 di Gopuram Timur, Kuil Nataraja, Chidambaram. Menurut Ananda Bhavanani, pose tersebut menyiratkan bahwa di wilayah tersebut telah terjadi pertukaran budaya antara yoga dan tari, sehingga pose tersebut digunakan dalam yoga hatha abad pertengahan.[8] Namun, Elliott Goldberg mengamati bahwa Natarajasana tidak ditemukan dalam teks yoga hatha abad pertengahan mana pun. Ia juga mengemukakan bahwa tak satupun penjelajah sebelum abad ke-20 yang mengunjungi India pernah menyebut pose tersebut. Terlebih, juga tidak ditemukan adanya gambaran artistik yoga layaknya Sritattvanidhi atau Mahamandir di dekat Jodhpur. Goldberg kemudian berargumen bahwa pose tersebut termasuk di antara banyak pose yang diperkenalkan dalam yoga modern oleh Krishnamacharya pada awal abad ke-20, di mana murid-muridnya seperti BKS Iyengar telah menjadikan pose tersebut sebagai ciri khas yoga modern.[5]
Contoh lainnya ialah Utkatasana atau yang disebut dengan pose kursi, meskipun Utkata sendiri berarti "garang". Dalam yoga modern, pose tersebut berupa pose jongkok dengan paha diarahkan horizontal.[9] Sedangkan pada abad ke-19, Sritattvanidhi digambarkan sebagai pose jongkok rendah dengan bokong bertumpu pada tumit; sementara pada Gheraṇḍa Saṃhitā 2.27 posenya serupa, tetapi tumitnya diangkat.[6]
Asana berdiri seperti Adho Mukha Svanasana (pose anjing menunduk), Virabhadrasana (pose prajurit), dan Trikonasana (pose segitiga) adalah komponen mencolok dari yoga modern yang telah dipraktikkan di seluruh dunia. Hingga abad ke-20, hampir seluruh pose berdiri ini tidak dikenal dalam yoga hatha. Dalam buku karya Iyengar terbitan 1966, Light on Yoga, hal-hal tersebut telah dijelaskan.[7] Sebagai contoh, Tadasana yang muncul dalam Vyayama Dipika tahun 1896, sebuah panduan senam, merupakan bagian dari rangkaian latihan kuno danda (Sansekerta: tongkat). Norman Sjoman berpendapat bahwa pose itu ialah salah satu pose yang diadopsi ke dalam yoga di Mysuru oleh Krishnamacharya, di mana pose tersebut membentuk "fondasi utama" untuk vinyasa (gerakan mengalir di antara pose). Selanjutnya, pose tersebut dipraktikkan oleh muridnya, yakni Pattabhi Jois dan Iyengar.[6]
Pada tahun 1924, Swami Kuvalayananda mendirikan Pusat Penelitian Kesehatan dan Yoga Kaivalyadhama di Maharashtra.[11] Ia dan Yogendra, mulai menggabungkan asana dengan sistem latihan India dan senam Eropa modern. Menurut cendekiawan Joseph Alter, penggabungan tersebut lantas memberikan efek "mendalam" pada evolusi yoga.[12] Sebagai bapak yoga modern, Krishnamacharya[13] belajar di bawah bimbingan Kuvalayananda pada tahun 1930-an dan membuat "perkawinan antara yoga hatha, latihan gulat, dan gerakan senam Barat modern yang tidak serupa dengan tradisi yoga sebelumnya" di Mysuru yogashala-nya.[14] Norman Sjoman berpendapat bahwa Krishnamacharya menggunakan manual latihan senam Vyayama Dipika [7] untuk menciptakan sistem yoga Istana Mysuru.[4] Sjoman lebih lanjut mengamati bahwa meskipun banyak asana tradisional dinamai berdasarkan objek (seperti Padmasana, pose teratai), tokoh legenda (seperti Matsyendrasana, pose Matsyendra yang bijak), atau hewan (seperti Kurmasana, pose kura-kura); banyak dari pose asana Iyengar memiliki nama yang hanya menggambarkan posisi tubuh (seperti Utthita Parsvakonasana, pose sudut samping yang diperpanjang). Atas hal tersebut, ia lalu menyebut pose-pose itu sebagai hasil pengembangan dari abad ke-20.[12]
Pakar yoga, Mark Singleton, berpendapat bahwa Krishnamacharya akrab dengan budaya fisik pada masanya. Hal itu turut pula dipengaruhi oleh adanya senam Skandinavia, seperti Niels Bukh.[15][a] Hal ini dapat dilihat dari eksperimen yang dilakukan Krishnamacharya dengan asana dan dalam lompatan senam. Singleton kemudian menyampaikan bahwa memang terdapat kemiripan antara asana berdiri modern dengan senam Skandinavia.[14]
Asal usul asana berdiri telah menjadi kontroversi[12][16] sejak kehadiran buku Singleton tahun 2010 yang bertajuk "Yoga Body". Ia berpendapat bahwa yoga modern ini merupakan modifikasi yang drastis dari yoga hatha. Khususnya, terkait penambahan asana berdiri dan transisi (vinyasa) di antara pose tersebut; dan dengan menekan sebagian besar aspek non postural yoga, daripada meneruskan tradisi kuno. Penambahan vinyasa memungkinkan terbentuknya rangkaian gerakan, di mana asana berdiri dapat dipraktikkan dalam rangkaian yang berkelanjutan. Rangkaian seperti itu dapat dilakukan secara cepat jika diinginkan dan membentuk latihan aerobik, yang mungkin mengorbankan latihan yang lebih meditatif.[12]
Asana | Bahasa Indonesia | Dijelaskan oleh | Tahun | Gambar |
---|---|---|---|---|
Vrikshasana | Pose pohon[7] | Gheraṇḍa Saṃhitā [4] | Abad ke-17.[4] | |
Garudasana | Pose elang[7] | Sritattvanidhi [6] | Abad ke-19.[6] | |
Parsvakonasana | Pose sudut samping[7] | Light on Yoga [7] | Abad ke-20.[7] | |
Trikonasana | Pose segitiga[7] | Light on Yoga [7] | Abad ke-20.[7] | |
Utkatasana | Pose kursi[7] | Light on Yoga[7] | Abad ke-20.[7] | |
Ardha Chandrasana | Pose setengah bulan [7] | Light on Yoga[7] | Abad ke-20.[7] | |
Viparita Virabhadrasana | Pose prajurit terbalik[17] | Yoga Journal[17] | Abad ke-21.[17] |
Asana berdiri memiliki sumber utama yakni Surya Namaskar. Dalam bentuknya yang modern, ia diciptakan dan dipopulerkan oleh Rajah Aundh, Bhawanrao Shriniwasrao Pant Pratinidhi, pada awal abad ke-20. Kegiatan tersebut ditawarkan sebagai latihan terpisah dari yoga Krishnamacharya dan telah diajarkan di aula samping Istana Mysuru.[18][19]
Sebelum abad ke-19, Surya Namaskar tidak tercatat dalam teks yoga haṭha mana pun.[18] Pose berdirinya merupakan bagian integral dari yoga modern dengan vinyasa yang digunakan sebagai transisi antar asana Surya Namaskar. Di masing-masing kelas yoga, pose tersebut agak berbeda. Dalam yoga Iyengar, pose lain dapat dimasukkan ke dalam rangkaian dasar.[7] Sedangkan, dalam yoga Ashtanga Vinyasa, rangkaian dasar ialah kombinasi dari pose putra Anjani "Anjaneyasana" dan pose duduk "Dandasana", di mana pose lain seperti Ashwa Sanchalanasana juga sering dimasukkan.[20]