Bangamata

Bangamata, yang secara harfiah berarti "Ibu Pertiwi Bangsa" dalam bahasa Bengali, adalah sebuah gelar kehormatan yang diberikan kepada **Sheikh Fazilatunnesa Mujib**, istri dari Sheikh Mujibur Rahman, pendiri dan presiden pertama Bangladesh. Ia sering dikenang sebagai sosok ibu bangsa yang kuat dan penuh kasih sayang, dan perannya dalam perjuangan kemerdekaan Bangladesh sangatlah penting.[1][2][3][4][5]

Kehidupan Awal dan Perjuangan Kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]

Sheikh Fazilatunnesa Mujib lahir pada tahun 1934 di Tungipara, sebuah desa di distrik Gopalganj, Bengal Timur (sekarang Bangladesh). Ia menikah dengan Sheikh Mujibur Rahman pada tahun 1948 dan menjadi bagian integral dari perjuangan politiknya. Selama Gerakan Enam Poin dan Perang Kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971, Bangamata memainkan peran penting dalam memobilisasi dukungan rakyat dan mempertahankan moral para pejuang. Ia secara aktif berpartisipasi dalam kampanye-kampanye politik, menyelenggarakan pertemuan rahasia, dan bahkan ikut ditangkap bersama suaminya pada tahun 1968.

Kepemimpinan dan Pengaruh

[sunting | sunting sumber]

Setelah kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971, Bangamata menjadi Ibu Negara pertama negara tersebut. Ia terkenal dengan kepeduliannya yang mendalam terhadap kesejahteraan rakyat, terutama perempuan dan anak-anak. Ia mendirikan beberapa organisasi nirlaba yang berfokus pada pendidikan, perawatan kesehatan, dan pemberdayaan perempuan. Dia juga menjadi duta UNICEF dan secara aktif mengadvokasi hak-hak anak di seluruh dunia.

Bangamata wafat pada tahun 1975 dalam peristiwa pembunuhan Sheikh Mujibur Rahman dan keluarganya. Kematiannya disambut duka cita yang mendalam oleh seluruh rakyat Bangladesh. Ia dipandang sebagai simbol kekuatan, keberanian, dan pengabdian kepada bangsa. Warisannya tetap hidup melalui berbagai institusi yang dinamai menurut namanya, termasuk Bangamata Sheikh Fojilatunnesa Mujib Science & Technology University dan Bangamata Udyan, taman nasional terbesar di Bangladesh.

Kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Meskipun sebagian besar rakyat Bangladesh menghormati Bangamata, ada beberapa kontroversi seputar tindakan-tindakannya selama masa perang dan setelahnya. Kritikus menuduhnya terlalu terlibat dalam urusan politik dan menggunakan pengaruhnya untuk mengamankan keuntungan bagi keluarganya. Namun, para pendukungnya berpendapat bahwa ia hanya ingin membantu suaminya dalam perjuangan untuk Bangladesh yang lebih baik.

Kesimpulan

[sunting | sunting sumber]

Bangamata Sheikh Fazilatunnesa Mujib tetap menjadi sosok yang kontroversial namun dihormati dalam sejarah Bangladesh. Keberanian dan dedikasinya selama perjuangan kemerdekaan tidak dapat dibantah, dan ia masih dikenang sebagai Ibu Pertiwi bangsa yang dicintai. Warisannya hidup melalui berbagai institusi yang dinamai menurut namanya dan dalam hati rakyat Bangladesh.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Bharat Mata, more benign". The Indian Express. 15 June 2016. 
  2. ^ Singh, Amritjit; Iyer, Nalini; Gairola, Rahul K. (2016). Revisiting India's Partition: New Essays on Memory, Culture, and Politics (dalam bahasa Inggris). Lexington Books. ISBN 9781498531054. 
  3. ^ "Patriotic fervour". The Hindu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-04-01. 
  4. ^ Bose, Sugata; Jalal, Ayesha (1998). Modern South Asia: History, Culture, Political Economy (edisi ke-1st). Psychology Press. hlm. 121. ISBN 978-0-415-16952-3. 
  5. ^ Gupta, Swarupa (2009). Notions of Nationhood in Bengal: Perspectives on Samaj, c. 1867-1905 (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 9789047429586.