Bodyline, atau yang dikenal juga sebagai fast leg theory bowling, adalah sebuah taktik dalam permainan kriket yang dirancang oleh tim kriket Inggris pada turnamen Ashes 1932–1933 di Australia. Taktik ini dirancang khusus untuk menghadapi pukulan spektakuler dari pemukul handal Australia bernama Don Bradman. Lemparan bodyline merujuk pada sebuah lemparan bola dengan kecepatan tertentu menuju badan pemukul, yang ketika pemukul berusaha mempertahankan tubuhnya dengan tongkat pukulnya maka akan menghasilkan defleksi sehingga bola bisa ditangkap oleh pemain jaga (fielder) yang berdiri di dekat sisi kaki.
Kritikus menilai bahwa taktik ini cenderung mengintimidasi, membahayakan fisik, dan tidak menjunjung tinggi nilai sportivitas dalam olahraga. Sebagian kalangan baik di Australia maupun Inggris, menganggap penggunaan taktik ini sebagai terlalu agresif, tidak adil, dan menimbulkan kontroversi hingga mengancam hubungan diplomatik kedua belah negara.[1][2]
Meski taktik ini tak menimbulkan cedera serius saat lemparan pendek, tetapi setidaknya menimbulkan perasaan negatif antara kedua tim dan khususnya tersulutnya emosi penonton manakala pemukul Australia dihantam oleh bola hasil bodyline.
Secara umum, lemparan pendek bertempo cepat diizinkan dan dianggap sah dalam olahraga kriket, bahkan ketika itu ditujukan ke arah pemukul. Seiring berjalannya waktu, beberapa Hukum Kriket diubah untuk membuat taktik bodyline menjadi inefisien.
Bodyline ialah taktik yang dirancang khusus untuk turnamen Ashes 1932–1933 antara Inggris dan Australia. Taktik ini melibatkan lemparan pendek di tunggul kaki atau tepat di luarnya, sehingga ketika bola memantul maka bola akan mengarah ke tubuh pemukul yang berdiri dengan posisi pukulan ortodoks. Posisi fielder yang berada di sekitaran sisi kaki akan dapat menangkap defleksi defensif dari papan pemukul.[3][4] Akibatnya, pemukul akan menghindari bola dengan cara merunduk, membiarkan bola mengenai tubuhnya, atau bahkan memukul bola dengan tongkat pemukulnya. Apabila ia memilih memukul bola dengan tongkat pemukulnya maka ada dua risiko yang menghadangnya. Pertama, tembakan defensif akan membuatnya memiliki sedikit waktu untuk run dan memberi cukup waktu bagi fielder untuk menangkap bola di sisi kaki. Kedua, tembakan tarik-kait akan membuat bola ditangkap di dekat batas lapangan, di mana dua pemain akan berjaga untuk menembak.[2][5]
Bodyline dirancang untuk mengintimidasi dan khususnya membatasi permainan gemilang Donald Bradman, meskipun pemukul Australia lainnya seperti Bill Woodfull, Bill Ponsford, dan Alan Kippax juga menjadi sasarannya.[1]
Beberapa istilah telah lebih dahulu digunakan untuk menyebut gaya lemparan 'bodyline'. Dalam pertandingan Australia-Inggris ke XI misalnya, penulis dan mantan pemain kriket Australian Test bernama Jack Worrall menyebut, "half-pitched slingers on the body line". Istilah serupa juga ditemui dalam koran Herald Melbourne, di mana Hugh Buggy selaku jurnalis menuliskan istilah "bodyline" dalam laporannya mengenai hari pertama First Test. Tulisan Buggy ini menjadi kali pertama istilah "bodyline" dimuat di media cetak.[1]
Melempar bola di bagian tunggul kaki atau sisi kaki (istilah asli: leg theory bowling) sempat dianggap sebagai perilaku yang kurang sportif pada abad ke-19, tetapi beberapa pelempar dengan tempo menengah dan lambat menggunakan lemparan ini sebagai taktik di awal abad ke-20. Taktik ini dilakukan dengan cara bola diarahkan ke bagian luar tunggul kaki dan para fielder ditempatkan di sekitarnya. Tujuannya ialah menguji kesabaran pemukul dan memaksa pemukul agar menghasilkan pukulan yang tergesa-gesa.[1] Dua pelempar kidal Inggris yakni George Hirst (1903–1904) dan Frank Foster (1911–1912) bahkan telah menggunakan taktik ini pada pertandingan Test Cricket di Australia.[1] Selain mereka berdua, ada Warwick Armstrong (pemain kriket Australia) dan beberapa pelempar kriket county Inggris yang juga menggunakan teknik ini sebelum Perang Dunia I.[1]
Beberapa pelempar tetap menggunakan taktik ini pasca perang, meskipun taktik ini dibenci oleh penikmat kriket. Fred Root selaku pelempar dari tim Worcestershire kerap menggunakan taktik ini dan mendulang keberhasilan dalam pertandingan kriket county. Root bahkan mendukung penggunaan taktik lemparan kaki maupun bodyline. Ia berargumen bahwa ketika bola dilempar ke luar oleh pelempar, maka akan selalu ada pilihan bagi pemukul untuk memukul bola atau membiarkan bola melewati mereka, sehingga mereka tidak bisa mengeluh atas hal tersebut.[1]
Sebelum tahun 1932, beberapa pelempar tempo cepat menguji coba taktik lemparan kaki dengan lemparan pendek. Pada tahun 1925, Jack Scott, pemain kriket asal Australia yang membela tim New South Wales, untuk pertama kalinya menggunakan taktik bodyline dalam pertandingan negara bagian, tetapi kemudian ditentang oleh Herbie Collins selaku kapten timnya. Berbeda dengan Collins, kapten tim Australia lainnya seperti Vic Richardson justru meminta pelempar Australia Selatan bernama Lance Gun untuk dapat menerapkan taktik ini di pertandingan tahun 1925[1] dan juga mengizinkan Scott untuk menggunakan taktik ini pasca kepindahan Scott ke Australia Selatan. Scott lantas menggunakan taktik ini secara berulang ketika melawan tim Marylebone Cricket Club (MCC) tahun 1928-1929.[2]
Pada Test Cricket tahun 1927, "Nobby" Clark melakukan taktik bodyline saat bersama tim Inggris yang dikapteni oleh Douglas Jardine.[3] Pada tahun berikutnya, 1928-1929, Harry Alexander menggunakan taktik ini saat melawan tim Inggris, sementara Harold Larwood juga menggunakannya di dua Test Cricket. Freddie Calthorpe selaku kapten Inggris merasa keberatan atas lemparan bodyline yang dilancarkan oleh Learie Constantine pada Test Cricket tahun 1930.[5] Setelah mendengar keluhan dari tim Inggris terkait bola hasil bodyline yang menghantam tubuh Andy Sandham, Constantine kembali ke taktik yang lebih dasar.[1]
Pada tahun 1930, tim kriket Australia memenangkan lima Test Cricket seri 2-1 di Inggris. Pada pertandingan tersebut, Donald Bradman mencetak rekor agregat berupa 974 run dengan rata-rata pukulan 139,14.[6] Di turnamen Ashes 1932-1933, Bradman menghasilkan 100 hover atau bisa disebut dua kali lipatnya dari hover yang dihasilkan pemukul kelas dunia lainnya.[5][7] Atas hal tersebut, otoritas kriket Inggris kemudian menyusun taktik khusus untuk membatasi permainan Bradman.[1] Mengetahui bahwa Bradman sangat lemah dalam lemparan leg spin, mereka kemudian memasukkan dua pelempar leg spin bernama Walter Robins dan Ian Peebles dalam turnamen kriket Inggris tahun 1932–1933.[3]
Seiring waktu, ada gagasan yang berkembang bahwa Bradman lemah terhadap tempo lemparan. Dalam Test Cricket akhir turnamen Ashes 1930, pitch saat Bradman memukul menjadi sulit, terlebih pasca hujan. Bradman terpantau kurang nyaman dan kemudian melangkah mundur dari garis batas, ketika dihadapkan pada bola yang melambung tinggi dengan tempo cepat. Percy Fender selaku mantan pemain kriket Inggris dan kapten tim Surrey menjadi salah satu orang yang memperhatikan insiden ini. Kejadian ini menjadi awal ditemukannya taktik untuk menahan kepiawaian Bradman yang telah mencetak 232 skor itu.[1] Melalui cuplikan insiden tersebut, Douglas Jardine memperhatikan gerak-gerik ketidaknyamanan Bradman dan mengatakan, "Aku mengerti! Dia menghindarinya!".[1] Pandangan tentang sisi lemah Bradman berlanjut ketika Fender menerima korespondensi dari Australia tahun 1932 yang menggambarkan bahwa pemukul Australia akan beralih dari sisi tunggul menuju titik offside untuk memainkan bola. Fender kemudian menunjukkan bukti ini kepada Jardine yang akan menjadi kapten tim Inggris pada pertandingan tahun 1932-1933 di Australia.[4] Inggris juga mengetahui bahwa Bradman pernah dikeluarkan dari lapangan karena "four-ball duck" dari pelempar cepat bernama Eddie Gilbert. Selain itu, Bradman juga pernah terpantau tidak nyaman saat Sandy Bell melakukan lemparan pendek bertempo cepat di pertandingan Afrika Selatan-Australia tahun 1932.[5] Fender berujar bahwa mungkin kelemahan Bradman terletak pada lemparan pendek bertempo cepat yang diarahkan ke garis tunggul kaki. Jardine menilai bahawa Bradman cukup gugup ketika menghadapai lemparan bola yang intimidatif. Itu terlihat pada pertandingan tahun 1930, di mana Bradman berjalan lesu saat lemparan itu melesat.[5]
Jardine yang pertama kali melawan Australia, berhasil mencetak skor luar biasa sebanyak 96. Skor tersebut mengimbangi kemenangan Australia di turnamen Ashes 1921. Tim Australia dikritik di media karena tak membiarkan Jardine mencetak seratus skor,[8] tetapi telah dianggap memberikan lemparan yang mudah. Spekulasi kemudian mencuat terkait sikap antipati Jardine terhadap orang Australia, meskipun hal ini dibantah oleh penulis biografi Jardine yakni Christopher Douglas. Sikap Jardine terhadap Australia semakin memanas setelah turnya ke Australia di tahun 1928-1929.[1] Saat itu, Jardine mencetak 300 skor secara berturut-turut di awal permainan dan ia dicemooh penonton agar memelankan pemainannya. Penonton Australia semakin membencinya terutama terkait sikapnya yang superior dan juga soal topi Harlequin yang dikenakannya. Meskipun keputusan Jardine mengenakan topi itu hanya terkait simbol kesuksesan, hal tersebut menimbulkan kesan negatif dari para penonton.[8] Selama fase ini, Jardine begitu tidak disukai oleh banyak orang Australia. Pada awal pertandingan di abad ketiga, Hunter Hendry selaku pemain kriket Australia mengatakan bahwa semua orang Australia tidak berpendidikan dan tidak patuh.[1] Rekan setimnya yakni Patsy Hendren mengatakan bahwa penonton Australia tidak menyukai Jardine, lalu Jardine menjawab bahwa, "Ini saling menguntungkan.". Jardine yang berjaga di dekat penonton Australia sering diolok-olok, terutama saat mengejar bola. Di suatu kesempatan, ia pernah meludah ke arah penonton saat berlari di wilayah perbatasan di babak akhir.[1]
Jardine ditunjuk menjadi kapten Inggris pada musim 1931 dan menggantikan posisi Percy Chapman yang memimpin tim tersebut tahun 1930. Jardine berhasil mengalahkan tim Selandia Baru di turnamen pertamanya, tetapi beberapa orang justru meragukan kemampuannya. Jardine kemudian dipilih untuk memimpin tim Inggris pada turnamen Ashes 1932–1933 di Australia.[9] Jardine bersama Arthur Carr (kapten Nottinghamshire), dan dua pelempar cepat yakni Harold Larwood dan Bill Voce, bertemu di Hotel Piccadilly London untuk membahas rencana menaklukan Bradman.[2] Jardine menanyakan pada Larwood dan Voce tentang lemparan di atas tunggul kaki dan perkenaan bola di tubuh pemukul. Kedua pemukul cepat ini menjawab bahwa mereka bisa melakukannya dan mungkin itu adalah cara yang efektif untuk menaklukan Bradman.[1] Selain itu, Jardine juga berdiskusi dengan Frank Foster terkait penempatan pemain jaga (fielder) di turnamen Australia 1911–1912.[1]
Larwood dan Voce menggunakan taktik ini selama sisa turnamen 1932 dan mendulang hasil akhir yang beragam. Kecenderungannya ialah taktik ini berhasil meningkatkan skor dan membuat cedera pemukul. Ken Farnes mempraktikkan taktik ini, tetapi tidak diikutsertakan dalam turnamen Ashes. Sementara, Bill Bowes juga menggunakan taktik ini terutama ketika melawan Jack Hobbs.[1]
Pada tahun 1932-1933, tim Inggris yang beranggotakan empat pelempar cepat dan beberapa pemain tempo menengah menghadiri turnamen kriket di Australia. Saat itu, tempo pemain kriket belum begitu umum di Australia, sehingga menimbulkan beragam komentar baik dari pers maupun pemain kriket Australia, tak terkecuali Bradman.[1] Dalam turnamen ini, Jardine menginstruksikan beberapa pemain di timnya, termasuk Larwood[1] untuk dapat menerapkan "leg theory" (taktik dasar yang menyasar kaki dalam kriket) sebagai taktik permainannya.[3] Jardine juga mengatakan kepada timnya agar membenci orang Australia dan menyebut Bradman sebagai biang kerok kecil.[1] Setibanya di sana, Jardine dikritik pers dan banyak orang karena sikapnya tersebut.[1][8]
Di awal pertandingan, taktik full bodyline belum digunakan, meskipun beberapa pelempar Inggris telah melancarkan bola lemparan pendek. Ada sedikit kejanggalan tentang lemparan Inggris, contohnya terkait pelempar cepat mereka, yakni Larwood dan Voce yang diberi beban kerja ringan di awal babak.[1] Perubahan taktik Inggris baru terjadi ketika mereka melawan tim Australia XI di Melbourne pada pertengahan November. Saat itu, mereka untuk pertama kalinya melancarkan full bodyline.[10] Bob Wyatt memberi tahu Jardine bahwa Bradman terlihat tidak nyaman atas lemparan bodyline Larwood, Voce, dan Bowes. Penonton, pers, dan pemain kriket Australia terkejut dengan apa yang terjadi. Mereka meyakini bahwa pelempar Inggris telah menargetkan bola ke kepala pemukul Australia. Bradman yang dihantam bodyline lantas hanya dapat mencetak run sebanyak 36 dan 13 dalam pertandingan ini.[1]
Di pertandingan berikutnya saat melawan tim New South Wales, Voce kembali melancarkan taktik bodyline kepada Jack Fingleton. Bradman kembali gagal untuk kedua kalinya dan hanya berhasil membuahkan 103 run dalam enam babak. Kini, banyak pendukung Australia khawatir tentang performa Bradman dalam pertandingan.[1] Sementara itu, Jardine menulis surat kepada Fender untuk memberi tahu bahwa informasi Fender mengenai teknik pukulan tim Australia cukup benar dan kemungkinan ia harus menempatkan banyak pemain jaga ke sisi kaki.[4]
Pers Australia terkejut dan mengkritik Larwood secara khusus.[1] Beberapa mantan pemain Australia bahkan mendukurng kritik ini dan menyatakan bahwa taktik seperti itu tidaklah etis dalam olahraga. Walau begitu, tak semuanya menentang taktik tersebut dan Dewan Pengawas Australia meyakini bahwa lemparan dari tim Inggris cukup adil.[1] Di sisi lain, Jardine kerap berselisih paham dengan manajer turnamen mengenai taktik bodyline. Warner membenci bodyline, tetapi tidak menentangnya. Ia dianggap sebagai seorang yang munafik,[11] terutama terkait pernyataannya di awal turnamen bahwa, "ini [bodyline] bukanlah kriket".[1]
Bradman tidak berlaga pada Test Cricket pertama di Sidney. Ia merasa jenuh dengan pertandingan dan juga argumen Dewan Kontrol yang terus bergulir.[1] Jardine lantas berujar bahwa alasan sebenarnya ialah pemukul itu menderita gangguan saraf.[10] Di pertandingan pertama, pelempar Inggris melancarkan bodyline yang memicu teriakan penonton dan menyebabkan tim Australia kebobolan 10 wicket. Larwood bermain baik dengan 10 wicket untuk 124 run.[1] Salah satu pelempar Inggris, Gubby Allen, menolak melakukan lemparan dengan fielder yang berada di sisi kaki pemukul. Ia bentrok dengan Jardine karena taktik ini. Sementara itu, satu-satunya pemukul Australia yang bermain apik ialah Stan McCabe. McCabe menggunakan gaya tarik-kait untuk menangkis bola bodyline[12] guna mencetak 187 skor dari 233 lemparan dalam empat jam.[10] Di balik layar, para penyelenggara mulai mengungkapkan keprihatinan mereka terhadap permainan kriket. Sementara itu, meskipun taktik bodyline buatan Inggris belum disetujui secara universal, Monty Noble selaku mantan kapten tim Australia memuji lemparan Inggris.[1]
Di sisi lainnya, Woodful diminta timnya untuk membalas serangan Inggris. Misalnya dengan cara melakukan pitch pendek melalui Vic Richardson atau dengan menempatkan pelempar bertempo, yakni Eddie Gilbert dan Laurie Nash, ke dalam permainan. Namun, Woodfull menolak untuk melakukannya.[1][13] Ia baru bisa bertindak setelah ditetapkan sebagai kapten tepat beberapa menit sebelum pertandingan dimulai.[10]
Di Test Cricket kedua, Bradman kembali bermain. Tim Inggris dengan bodyline-nya membuat Bradman dikeluarkan dari lapangan pada awal babak pertama.[1] Namun, pada babak kedua, Bradman berhasil melawan serangan full bodyline, memastikan Australia menang dalam pertandingan ini, dan menyamakan kedudukan di keseluruhan pertandingan.[1] Kritikus kemudian mulai meyakini bahwa taktik bodyline bukanlah sebuah ancaman, seperti yang dirasakan oleh Bradman sebelumnya. Di sisi lainnya, lemparan dalam pertandingan ini tergolong lambat dibandingkan seri sebelumnya, di mana Larwood juga bermasalah dengan sepatu botnya sehinga mengurangi efektivitas permainannya.[12]
Puncak kontroversi bodyline terjadi saat Test Cricket ketiga di Adelaide. Di hari kedua pertandingan yang ditonton oleh 50.962 orang,[10] Australia berhasil mengalahkan Inggris. Di babak ketiga sesi Australia, Larwood melempar bola ke Woodfull. Bola kelima nyaris mengenai kepala Woodfull dan bola terakhir yang dilempar pendek ke garis tengah mengenai jantung Woodfull. Woodfull kemudian menjatuhkan tongkat pemukulnya dan berjalan sempoyongan sembari memegangi dadanya yang tampak kesakitan. Para pemain Inggris kemudian mendekati Woodfull untuk bersimpati kepadanya, tetapi diprotes oleh penonton. Jardine berkata pada Larwood, "Bagus, Harold!" untuk menakut-nakuti Bradman yang akan memukul setelah itu.[1][14] Permainan dilanjutkan kembali setelah kapten Australia dipastikan fit untuk melanjutkan pertandingan. Sekali lagi, ketika Larwood akan melempar kembali menuju Woodfull, tiba-tiba beberapa pemain jaga ditempatkan di posisi bodyline. Hal ini kemudian memicu amarah para penonton dan penonton menyebut tim Inggris telah melakukan siasat kejam. Jardine mengklaim bahwa Larwood meminta perubahan posisi pemain, tetapi Larwood mengatakan bahwa Jardine yang menyuruhnya. Banyak kritikus mengutuk perubahan posisi pemain di lapangan sebagai hal yang tidak sportif dan memancing emosi penonton. Meski sempat menulis bahwa Woodfull mungkin saja pensiun karena cedera bila hari itu ia tidak fit, Jardine nyatanya menyesal atas perubahan posisi pemain saat itu. Kerusuhan mungkin saja bisa terjadi apabila terjadi insiden lain. Karena kemarahan penonton setidaknya telah memuncak semenjak dua bulan kehadiran bodyline.[1]
Sepanjang sisa waktu pertandingan, lemparan Larwood telah menjatuhkan tongkat pemukul dari tangan Woodfull. Woodfull memukul selama 89 menit dan terkena pukulan beberapa kali, sebelum Allen memberikan lemparan selama 22 menit. Pelham Warner selaku salah satu manajer tim Inggris menemui Woodfull di ruang ganti tim Australia. Ia menyatakan simpatinya kepada Woodfull, tetapi Woodfull menanggapinya dengan, "Saya tidak ingin melihat anda, Tuan Warner. Ada dua tim di luar sana, yang satu mencoba bermain kriket dan yang lainnya tidak.".[1] Fingleton menulis bahwa Woodfull mengatakan, "Pertandingan ini terlalu busuk sehingga beberapa orang harus keluar darinya.".[8] Tanggapan Woodfull begitu mengejutkan khalayak, mengingat dirinya biasa berbicara dengan bermartabat dan tenang. Warner sangat terguncang akan hal tersebut dan ia ditemukan menangis di hari tersebut di kamar hotelnya.[14]
Tidak ada permainan di hari Minggu, tetapi Senin paginya, obrolan Warner dan Woodfull muncul di beberapa surat kabar Australia. Para pemain dan panitia pertandingan merasa khawatir dengan bocornya obrolan pribadi ke tangan pers. Sebagai informasi, kebocoran berita kepada pers belum diketahui di tahun 1933. David Frith menilai hal seperti itu merupakan pelanggaran moral tingkat pertama. Woodfull menjelaskan bahwa ia tidak setuju dengan adanya kebocoran berita tersebut dan mengatakan bahwa ia berharap selalu bermain jujur.[1][11] Sebagai satu-satunya jurnalis penuh waktu di tim Australia, Fingleton langsung dicurigai telah membocorkan berita itu. Namun, Fingleton menepis tudingan tersebut kepada Woodfull. Warner kemudian menawarkan hadiah 1 poundsterling kepada Larwood, bila ia bisa mengeluarkan Fingleton di babak kedua.[14] Fingleton menuding bahwa informasi tersebut telah dibocorkan Bradman kepada reporter Sydney Sun bernama Claude Corbett. Baik Fingleton maupun Bradman lantas menghabiskan sisa hidupnya dengan klaim dan kontra mengenai seseorang yang seharusnya bertanggung jawab atas kebocoran berita ini.[10]
Di babak pertama esok harinya, Bert Oldfield memainkan sesi panjang untuk mendukung Bill Ponsford mencetak 85 run. Saat itu, pelempar Inggris menggunakan bodyline, tetapi pemain Australia berhasil pindah ke base 41.[1] Baru saja kebobolan 4 run, Larwood kemudian melempar bola pendek dengan tempo lebih lambat. Oldfield berusaha melakukan hook, tetapi justru kehilangan bola dan terkena di pelipisnya. Oldfield berlari dengan terhuyung-huyung dan jatuh berlutut. Bola itu telah membuat fraktura di kepalanya dan permainan terhenti ketika penonton berteriak rusuh. Di lain sisi, beberapa pemain Inggris telah bersiap dengan tunggul apabila sewaktu-waktu penonton menggeruduk mereka di lapangan. Bola yang melukai Oldfield bukanlah hasil bodyline. Larwood meminta maaf akan hal tersebut, tetapi Oldfield mengatakan bahwa itu adalah kesalahannya sendiri. Sementara itu, Jardine secara sembunyi-sembunyi mengirim pesan simpati kepada istri Oldfield melalui telegram dan juga mengirim hadiah untuk putri-putri Oldfield yang masih kecil.[1]
Pada hari terakhir Test Cricket ketiga, Dewan Kontrol Australia mengirim telegram ke badan pengurus kriket Inggris yakni Marylebone Cricket Club (MCC).
Dewan Kontrol Australia kepada MCC. 18 Januari 1933
"Lemparan bodyline mengasumsikan proporsi sedemikian rupa untuk mengancam permainan dan menjadikan proteksi tubuh pemukul menjadi pertimbangan utama. Menyebabkan emosi negatif antar pemain dan juga cedera. Menurut kami, hal ini tidak sportif. Sehingga, perlu dihentikan atau kemungkinan akan mengganggu hubungan baik antara Australia dan Inggris."
Tidak semua orang Australia, termasuk pers dan pemain kriket Australia meyakini bahwa skrip tersebut harus dikirim, khususnya setelah kekalahan besar.[1] MCC sangat menyesalkan tuduhan atas perilaku tidak sportif kepada suatu tim. Selain itu, MCC menilai bahwa orang Australia telah bereaksi secara berlebihan terhadap lemparan tim Inggris.[4][15] MCC kemudian mengambil waktu sejenak untuk membalas pesan tersebut:
MCC kepada Dewan Kontrol Australia, 23 Januari 1933
"Kami, Marylebone Cricket Club, menyesalkan pesan telegram anda. Kami tak sependapat dengan pernyataan anda bahwa telah terjadi permainan yang tidak sportif. Kami memiliki kepercayaan penuh pada kapten, tim, dan manajer, serta yakin mereka tidak akan melakukan apa pun untuk melanggar Hukum Kriket atau mengurangi semangat permainan. Kami tidak memiliki bukti bahwa kepercayaan kami salah. Sama seperti kami menyesali kecelakaan Woodfull dan Oldfield, kami memahami bahwa dalam kedua kasus tersebut bukanlah pelempar yang harus disalahkan. Jika Dewan Kontrol Australia ingin mengusulkan undang-undang atau aturan baru, hal itu akan membutuhkan pertimbangan matang dari kami pada waktunya. Kami berharap situasi saat ini tak seserius seperti apa yang anda tulis, tetapi jika hal ini membahayakan hubungan baik antara pemain kriket Inggris dan Australia, maka anda dapat mempertimbangkan untuk membatalkan sisa program dan kami akan menyetujuinya."
Pada tahap ini, sisa pertandingan berada dalam situasi yang mengkhawatirkan.[2] Atas peristiwa tersebut dan reaksi antipati terhadap tim Inggris, Jardine merasa terguncang. Kemunculan skrip ini mungkin telah dibocorkan oleh Nawab Pataudi yang kecewa terhadap pertengkaran fisik dan argumen antara pemain Inggris. Jardine mengusulkan untuk menghentikan penggunaan bodyline, jika anggota tim tidak mendukungnya. Namun, melalui pertemuan pribadi tanpa Jardine, anggota tim justru mendukung kapten dan taktiknya. Meski begitu, Jardine tidak bermain di Test Cricket keempat dan tidak pula mencabut tudingan tidak sportif itu.[1]
Dewan Australia bertemu untuk merundingkan balasan telegram yang kemudian dikirim pada 30 Januari. Dari balasan itu terlihat bahwa mereka ingin melanjutkan pertandingan dan menawarkan penundaan keputusan sportivitas dari taktik bodyline. MCC membalas pada 2 Februari dengan mengatakan bahwa pertandingan tidak mungkin dilanjutkan kecuali bila tuduhan perilaku tidak sportif dicabut.[1]
Pemerintah Inggris dan Australia melihat bahwa insiden bodyline dapat mempengaruhi hubungan diplomatik kedua belah negara. Alexander Hore-Ruthven selaku Gubernur Australia Selatan yang berada di Inggris saat itu, menyampaikan keprihatinannya kepada James Henry, Menteri Luar Negeri Inggris. Ia berujar bahwa hal ini kemungkinan akan berdampak signifikan pada perdagangan antar negara.[2] Permasalahan ini kemudian berhasil diselesaikan oleh perdana menteri Australia, Joseph Lyons, melalui pertemuannya dengan Dewan Australia. Ia menjelaskan bahwa tindakan pemboikotan produk Australia di Inggris akan menimbulkan keparahan ekonomi untuk Australia. Dewan Australia kemudian mengirim telegram ke MCC untuk menentang bodyline sembari menyatakan bahwa mereka tidak mempertanyakan sportivitas tim Inggris. Meski begitu, korespondensi antara Dewan Australia dan MCC berlanjut selama hampir satu tahun.[2]
Voce tidak bermain pada Test Cricket keempat. Ia digantikan oleh leg spinner lain, yakni Tommy Mitchell. Larwood masih menggunakan taktik bodyline, tetapi tidak serutin biasanya. Bodyline yang dilancarkan Larwood bahkan terlihat kurang efektif dalam suhu dan kelembapan tinggi. Inggris memenangkan pertandingan dengan delapan wicket yang dihasilkan oleh Eddie Paynter.[1][16] Voce kembali bermain pada Test Cricket terakhir, tetapi baik dia maupun Allen tidak sepenuhnya fit. Australia berhasil mencetak 435 run dengan cepat, meskipun pemain Inggris menggunakan bodyline. Harry Alexander, pelempar tempo cepat tim Australia, melakukan beberapa lemparan pendek, tetapi tidak diiznkan kapten Woodfull untuk menempatkan para pemain jaga di sisi kaki. Inggris unggul dengan 19 run, tetapi menurun performanya ketika Larwood mengalami cedera kaki. Hedley Verity, spinner dari Inggris, mengatakan bahwa dengan 5 wicket, maka Inggris bisa menang. Inggris akhirnya memenangkan pertandingan dengan 8 wicket dan juga menjuarai Test Cricket dengan kemenangan 4 banding 1.[1]
Pada turnamen 1933 di Inggris, bodyline sesekali digunakan oleh tim Nottinghamshire yang beranggotakan Carr, Voce, dan Larwood. Jardine juga harus menghadapi lemparan bodyline dalam Test Cricket tahun itu. Pada Test Cricket kedua di Old Trafford, tim kriket India Barat dibawah kapten Jackie Grant memutuskan untuk mencoba bodyline. Pada tim tersebut, mereka memiliki beberapa pelempar cepat, yakni Manny Martindale dan Learie Constantine.[9] Menghadapi taktik bodyline untuk pertama kalinya, Inggris kehilangan 134 run dengan Wally Hammond yang dipukul di dagu.[17] Sementara itu, Jardine sendiri menghadapi Martindale dan Constantine. Les Ames melihat Jardine dalam kesulitan dan Jardine balik berkata bahwa ia akan mengurus permainannya Jardine kemudian memainkan dead bat dan terkadang bermain dengan satu tangan untuk kontrol lebih. Sementara lapangan Old Trafford tidak sesuai untuk bodyline, Martindale mengambil 5 lemparan untuk 73 run, tetapi Constantine hanya mengambil 1 lemparan untuk 55 run.[17] Jardine sendiri menghasilkan 127 run. Pada babak kedua, Clark melancarkan lemparan bodyline kepada tim India Barat. Ia berhasil mengambil 2 lemparan untuk 64 run. Pertandingan berakhir seri dan telah mengubah opini Inggris terhadap taktik ini. Dari sisi pemberitaan, The Times menyebut bodyline tanpa tanda petik untuk pertama kalinya. Penerbit Wisden mengatakan bahwa meski taktik ini begitu diperhitungkan, tetapi tidak begitu baik.[18]
Bill Woodfull memimpin tim Australia menghadiri turnamen 1934 di Inggris setelah terguncangnya diplomasi kedua negara akibat bodyline. Di tahun itu, Jardine telah pensiun dari kriket internasional. Di bawah kapten baru Inggris, Bob Wyatt, perjanjian dibuat untuk melarang praktik bodyline.[7] Namun, orang Australia tetap saja merasa bahwa tim tuan rumah terkadang menggunakan taktik yang menyerupai bodyline.[4]
Voce menggunakan bodyline dan membuahkan 8/66 run di pertandingan antara Australia dan Nottinghamshire. Voce mengulangi taktiknya saat melawan Woodfull dan Bill Brown di babak kedua. Sebelas dari 12 lemparan bolanya berada di atas kepala pemukul.[7] Woodfull berujar kepada penyelenggara bahwa jika Voce mengulang taktik itu, maka timnya tidak akan kembali bertanding ke negara itu. Hari berikutnya, Voce tidak menghadiri pertandingan seolah-olah karena cedera kaki.[10] Selepas absennya Larwood dalam pertandingan, pendukung Nottinghamshire mengolok-olok tim Australia sepanjang hari. Australia mengadu secara pribadi bahwa hal ini telah melewati kesepakatan dalam Test Cricket.[10]
Sebagai akibat dari turnamen 1932-1933, MCC menetapkan aturan baru pada hukum kriket untuk pertandingan 1935 di Inggris. MCC pada awalnya berharap bahwa kapten tim akan dapat menjaga ritme permainan dan menepis tudingan bodyline merusak sportivitas kriket.[1][15] Karena hal tersebut tidaklah terbukti, MCC kemudian mengesahkan undang-undang yang membahas ketidakadilan tembakan langsung pada sebuah lemparan dan peran wasit dalam menghentikan hal tersebut.[15] Perubahan UU kembali terjadi di tahun 1957. Perubahan ini ditetapkan guna mencegah beberapa pemain jaga (fielder) berdiri di belakang sisi kaki. Perubahan UU ini kemudian membuat taktik bodyline sulit untuk diterapkan.[15]
Dalam perubahan lain yang berjudul "Intimidatory Short Pitched Bowling" juga membatasi lemparan pendek yang mengenai atas kepala saat sesi over. Walau begitu, taktik "mengintimidasi pemukul" tetap digunakan hingga kejadian mengejutkan di tahun 1933. Saat ini, taktik tersebut tidak dinilai lagi sebagai sesuatu yang berbahaya, mengingat pemain masa sekarang telah menggunakan helm dan pelindung khusus.[19] Lemparan pendek dengan tempo cepat yang kerap dilancarkan tim kriket India Barat tahun 1980-an mungkin menjadi serangan yang paling ditakuti sepanjang sejarah kriket.[20]
Secara konsisten, para pemain dan manajemen Inggris menyebut taktik rancangan mereka sebagai fast leg theory karena merujuk pada leg theory yang pernah ada sebelumnya. Istilah "bodyline" baru tercipta ketika kata tersebut dimuat oleh pers Australia. Sementara itu, jurnalis Inggris tetap menggunakan istilah fast leg theory dalam penyebutan taktik yang sama. Perbedaan penggunaan istilah tersebut mencerminkan pemahaman berbeda baik dari publik Inggris, MCC, maupun publik Australia.[2] Dari keempat pelempar cepat pada pertandingan tersebut, Gubby Alien menjadi salah satu pelempar Inggris yang menolak lemparan pendek di sisi kaki dan mengkritisi Jardine, meski hal ini tidak dipublikasikan di depan khalayak Australia. Secara pribadi, beberapa pemain lain juga menyayangkan taktik bodyline.[19] Deretan pemain amatir seperti: Bob Wyatt (wakil kapten), Freddie Brown, dan Nawab Pataudi;[19] serta para profesional seperti: Wally Hammond dan Les Ames juga terlihat menentangnya.[1][2]
Selama turnamen itu, baik kekuatan fisik, ketabahan, dan kepemimpinannya yang bermartabat telah membuat Woodfull dihormati oleh banyak orang. Secara tegas, ia menolak taktik pembalasan meski timnya telah menjadi sasaran serangan bodyline berulang kali.[7]
Di sisi lainnya, Jardine bersikeras bahwa taktik bodyline tidak dirancang olehnya untuk menyebabkan cedera. Ia juga menyebut dirinya telah memimpin tim dengan sportif dan sopan, terlepas dari argumen pemukul Australia.[1]
Barulah kemudian terungkap bahwa beberapa pemain memiliki persepsi pribadi yang belum terungkap di publik saat itu.[1]
Selepas turnamen 1932-1933, banyak pemain era itu yang merilis buku untuk mengungkapkan beragam sudut pandang mereka terhadap taktik bodyline. Beberapa pemain menyebut taktik itu sebagai momok dalam kriket dan harus segera disudahi, sementara yang lainnya tidak mempermasalahkan taktik itu. Dalam sejarah kriket Australia, turnamen 1932-1933 digambarkan sebagai era kontroversial kriket dan sebagai momen yang menunjukan identitas kriket Australia. Harold Larwood diminta MCC untuk menandatangani surat permintaan maaf kepada tim Australia.[1] Atas hal tersebut, Larwood amat marah dan menegaskan bahwa permainannya kala itu hanyalah perintah dari sang kapten. Larwood kemudian menolak untuk membela Inggris di pertandingan berikutnya, dan difitnah di negaranya sendiri.[1] Sementara itu, Douglas Jardine dalam bukunya yang bertajuk "In Quest of the Ashes", selalu menepis tuduhan bahwa taktik bodyline ditujukan untuk mencederai para pemukul. Perubahan hukum kriket yang melarang bodyline di tahun 1935 kemudian menyebabkan sensitivitas komentator dan penonton terhadap lemparan pendek, sedikitnya pemain jaga, dan pengucilan bagi pelempar lemparan pendek. Sikap ini kemudian berakhir setelah Perang Dunia II, di mana tim Austalia yang dipimpin oleh kapten Bradman menerapkan lemparan pendek secara rutin di pertandinga 1946 dan 1948. Tim lain menyusul setelahnya.[1]
Di luar olahraga, hubungan diplomatik Anglo-Australia tetap memanas hingga pecahnya Perang Dunia II yang menjadikan mereka fokus pada kerja sama bisnis. Produk dari negara Australia menjadi tidak laku di negara Inggris dan begitupun sebaliknya. Perdagangan Australia khususnya, sangat terpuruk di koloni Inggris di Asia. Editorial yang diterbitkan oleh North China Daily News menyatakan dukungan terhadap bodyline dan mencela orang Australia. Sementara, jurnalis Austalia melaporkan bahwa reaksi khalayak terhadap insiden bodyline telah menyebabkan hilangnya beberapa kesepakatan bisnis di Hong Kong dan Shanghai.[1] Selain itu, terdapat juga tindakan pengucilan dan penganiayaan imigran Inggris di Australia oleh warga setempat, dan begitupun sebaliknya. Juga terjadi tindakan perusakan patung Pangeran Albert di Sydney tahun 1934-1935, di mana telinga patung tersebut dicabut dan kata "BODYLINE" terlukis di atasnya. Sebelum dan setelah Perang Dunia II, banyak bermunculan kartun satire dan komedi yang ditulis berdasarkan insiden bodyline dan secara khusus mengolok-olok Bahasa Inggris.[1]
Mini seri televisi berjudul "Bodyline" diproduksi oleh Network Ten Australia di tahun 1984. Serial ini merupakan dramatisasi dari pertandingan kriket 1932-1933 di Australia. Serial ini dibintangi oleh Gary Sweet sebagai Don Bradman, Hugo Weaving sebagai Douglas Jardine, Jim Holt sebagai Harold Larwood, Rhys McConnochie sebagai Pelham Warner, dan Frank Thring sebagai mentor Jardine bernama Lord Harris. Serial ini setidaknya memuat peristiwa pembakaran bendera Inggris di Sydney Cricket Ground yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya. Kepindahan Larwood menuju Australia tahun 1950 cukup diterima oleh warga Australia, meski ia sempat menerima telepon yang berisi ancaman dan pesan cabul setelah penayangan serial ini. Para pemain kriket yang masih hidup mengecam serial ini karena ketidakakuratan dan sensasionalismenya.[1]
Hingga hari ini, praktik bodyline menjadi salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah kriket. Hal itu diungkap melalui jajak pendapat antara jurnalis, komentator, dan pemain kriket tahun 2004.[21]