Bruce Aylward | |
---|---|
Lahir | St. John's, Newfoundland and Labrador, Kanada |
Kebangsaan | Kanada |
Almamater |
|
Karier ilmiah | |
Bidang | Epidemiologi |
Institusi | World Health Organization (WHO) |
Bruce Aylward adalah seorang dokter dan juga ahli epidemiologi berkewarganegaraan Kanada. Aylward telah menjadi Penasihat Senior untuk Direktur Jenderal, Perubahan Organisasi di Organisasi Kesehatan Dunia, sejak bulan September 2017. Dia merupakan bagian dari implementasi COVAX Facility WHO. Aylward juga memiliki pengalaman di bidang pemberantasan polio, virus Zika, dan Ebola.[1] Aylward menjadi ketua tim Organisasi Kesehatan Dunia selama terjadinya pandemi COVID-19 di Tiongkok.[2]
Aylward berasal dari kota St. Johns, Newfoundland, Kanada.[3] Dalam dunia pendidikan, Aylward mendapat gelar Doctor of Medicine (M.D.) dari Universitas Memorial Newfoundland (Memorial University of Newfoundland). Dia kemudian mendapat sertifikat dalam bidang pengobatan tropis dari London School of Hygiene and Tropical Medicine. Aylward mendapat gelar Master of Public Health (MPH) dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, di London, Inggris.[3][4]
Aylward mulai bekerja di Organisasi Kesehatan Dunia sejak tahun 1992 dalam menangani bidang imunisasi, pengendalian penyakit menular dan pemberantasan penyakit polio di Timur Tengah, Pasifik Barat, Eropa, Utara Afrika, Asia Tengah dan Asia Tenggara. Dia bekerja di bidang tersebut selama delapan tahun.[5][6]
Kemudian, Aylward menjadi pemimpin kemitraan untuk Global Polio Eradication Initiative dari tahun 1998 hingga 2004, di mana dia mengawasi pengembangan alat dan vaksin baru untuk polio, serta dapat mengurangi jumlah negara endemik polio menjadi dua negara. Aylward juga dikenal sebagai Asisten Direktur Jenderal WHO Polio dan Kelompok Keadaan Darurat. Aylward ditunjuk sebagai "Perwakilan Direktur Jenderal khusus untuk tanggapan Ebola", atas terjadinya kasus penyebaran virus ebola di Afrika Barat.[7][8][9]
Aylward menjadi ketua tim WHO selama terjadinya pandemi COVID-19 di Tiongkok. Dia memberi pendapat bahwa kunci utama untuk mengurangi penularan penyakit COVID-19 adalah dengan melakukan "isolasi, pelacakan kontak, dan pengujian".[2] Dia juga ditunjuk sebagai salah satu ketua dari Misi Gabungan WHO-Tiongkok untuk kasus penyakit COVID-19,[10][11] dengan menjabat sebagai salah satu Asisten Direktur Jenderal World Health Organization (WHO).[5]
Pada awal terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh dunia tanggal 28 Maret 2020, Aylward mendapat wawancarai dari The Pulse , sebuah program berita terkini dari Radio Television Hong Kong (RTHK), Hong Kong.[12] Yvonne Tong, jurnalis RTHK yang melakukan wawancara dan bertanya kepada Aylward tentang status keanggotaan Taiwan di WHO dan apakah WHO akan mempertimbangkan kembali keanggotaan Taiwan, setelah Taiwan menuduh Tiongkok menolak Taiwan untuk bergabung.[13] Namun, Aylward mengelak untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tong kembali bertanya apakah dia masih di telepon oleh Taiwan, Aylward mengaku tidak mendengar pertanyaan dan mengatakan ada masalah koneksi internet.[14] Tong menawarkan kembali untuk mengulangi pertanyaan tersebut, namun disela oleh Aylward dan menyarankan supaya dia melanjutkan topik pembicaraan lain. Tong mengulangi pertanyaan itu, dan pada saat itu Aylward menghentikan panggilan telepon.[15] Ketika dihubungi kembali tim RTHK, Aylward diminta untuk "mengomentari sedikit tentang bagaimana Taiwan telah melakukannya sejauh ini," dan dia menjawab, "Kami telah berbicara tentang Tiongkok".[15][16] Dan dia kemudian menghentikan wawancara tersebut.[15]
Beberapa hari pasca wawancara, biografi resmi bahasa Inggris Aylward telah dihapus dari halaman situs kepemimpinan WHO.[17][18] Juru bicara WHO menjelaskan bahwa biografi tersebut dihapus karena ada permintaan dari staf Aylward pada 27 Maret untuk mengarsipkannya. "Waktunya tidak menguntungkan karena wawancara video itu menjadi viral tak lama setelah ini," kata juru bicara WHO tersebut.[18] Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mengomentari wawancara tersebut melalui sebuah tweet, Wu mengatakan bahwa WHO "harus mengesampingkan kepentingan politik selama menangani pandemi".[18]
Pada bulan April 2020, komite kesehatan parlemen Kanada dengan suara bulat menajukankan panggilan agar Aylward dapat hadir di Ottawa, terkait pandemi COVID-19 di Kanada. Namun, pemanggilan tersebut berupa dua undangan ditolak; Direktur Jenderal Tedros Adhanom menyewa pengacara untuk mewakili WHO dalam penolakan tersebut, dan menawarkan bahwa Aylward hanya akan menjawab pertanyaan yang tertulis saja. Seorang kritikus kesehatan dari partai konservatif Kanada, Matt Jeneroux, menyatakan bahwa "pemerintah Kanada telah berulang kali meminta WHO sebagai sumber panduan informasi keputusan yang dibuatnya untuk melindungi Kanada dari COVID-19 dan sudah sewajarnya apabila seorang Kanada yang bekerja di pos kunci WHO memberikan penjelasan apa yang menjadi pemikiran WHO tentang COVID-19 di Kanada"; Sementara itu, kritikus kesehatan dari NDP, Don Davies menyerukan adanya "akuntabilitas dan transparansi" dari WHO.[19]
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, Joanne Ou, mengatakan bahwa Tiongkok 'keji' dan 'jahat' karena memblokir akses Taipei ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di tengah pandemi COVID-19.