Bagian dari seri |
Islam |
---|
Butriyah (Arab: البترية, al-Butriyah) adalah suatu firqah (sekte) dari mazhab Syi'ah Zaidiyah,[1] yang merujuk pada Katsir al-Nawwa al-Abtar sebagai tokoh pemula ajaran ini.[2] Penganut Zaidiyah pada awal hingga pertengahan abad ke-8 terutama pemegang ajaran Butriyah,[2] sementara pada akhir abad ke-9 sebagian besar telah menjadi pemegang ajaran Jarudiyah.[1]
Ajaran Butriyah berpendapat bahwa Nabi Muhammad hanya menunjuk Ali bin Abi Thalib secara implisit sebagai penggantinya, sehingga mungkin saja terjadi kekeliruan memilih oleh para Sahabat Nabi meskipun mereka berniat baik.[1] Meskipun tetap menganggap Ali sebagai yang terbaik (al-afdal), Butriyah tidak menganggap kesalahan memilih Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab yang bukan terbaik (al-mafdul) tidak membuat mereka menjadi kafir, melainkan tetap Muslim yang taat.[1][2][3] Tidak adanya penolakan resmi dari Ali atas pemerintahan Abu Bakar dan Umar, menandakan ia menyetujuinya dan tidak ada landasan bagi umat Islam untuk menolak keduanya pula.[1] Butriyah berpendapat pemerintahan keduanya tetap sah, sedangkan mengenai pemerintahan Utsman bin Affan, sebagian tidak berkomentar,dan sebagian lagi menyalahkan 6 tahun terakhir kekhalifahannya karena nepotisme meskipun ia tidak sampai dihukumi kafir.[1][2] Demikian pula para Sahabat Nabi yang berperang melawan Ali bin Abi Thalib, meskipun dianggap salah, namun juga tetap dianggap sebagai Muslim.[1] Ajaran tersebut berbeda sekali dengan banyak kelompok Syi'ah awal lainnya, yang menghukumi murtad (keluar dari Islam) bagi mereka yang menentang kepemimpinan Ali tersebut.[1]
Dalam hal syariah (hukum dasar agama) dan fiqih (hukum kehidupan sehari-hari), Batriyah berpendapat bahwa otoritas keagamaan dapat dipegang oleh siapa saja dari kalangan umat Islam.[1] Para keturunan Ali diperbolehkan belajar ilmu agama dari para ulama non keturunan Ali, demikian pula sebaliknya.[1][3] Para Sahabat Nabi dianggap pada dasarnya memiliki moral yang baik.[1][3] Dalam hal aqidah (theologi), Batriyah menolak secara keras konsep-konsep raja'ah, taqiyah, dan bada'a yang banyak dianut kelompok-kelompok Syi'ah di Kufah lainnya pada masa itu.[1]
Ajaran Butriyah memiliki kedekatan dengan ajaran para ahli hadits proto-Sunni di Kufah, dan seiring dengan semakin terkonsolidasinya mazhab Sunni pada abad ke-9, ajaran Butriyah Zaidiyah surut menghilang.[2]