Nama sistematis (IUPAC) | |
---|---|
4-[(4-aminobenzene)sulfonyl]aniline | |
Data klinis | |
Nama dagang | Aczone |
AHFS/Drugs.com | monograph |
MedlinePlus | a682128 |
Kat. kehamilan | B2(AU) C(US) |
Status hukum | POM (UK) ? (US) |
Rute | Mulut, tubuh |
Data farmakokinetik | |
Bioavailabilitas | 70 hingga 80% |
Ikatan protein | 70 hingga 90% |
Metabolisme | Hati (kebanyakan lewat CYP2E1) |
Waktu paruh | 20 hingga 30 jam |
Ekskresi | Ginjal |
Pengenal | |
Nomor CAS | 80-08-0 |
Kode ATC | D10AX05 J04BA02 |
PubChem | CID 2955 |
DrugBank | DB00250 |
ChemSpider | 2849 |
UNII | 8W5C518302 |
KEGG | D00592 |
ChEBI | CHEBI:4325 |
ChEMBL | CHEMBL1043 |
Data kimia | |
Rumus | C12H12N2O2S |
Massa mol. | 248.302 g/mol |
| |
Data fisik | |
Titik lebur | 175–176 °C (347–349 °F) |
Dapson, juga dikenal dengan nama diaminodifenil sulfon (DDS),[1] adalah sebuah antibiotik yang umumnya digunakan bersama dengan rifampisin dan klofazimin untuk menangani kusta.[2] Obat ini adalah obat lini kedua untuk menangani dan mencegah pneumonia pneumocystis dan untuk mencegah toksoplasmosis pada orang yang memiliki fungsi kekebalan tubuh yang lemah (seperti pengidap HIV/AIDS).[2] Selain itu, obat ini telah digunakan untuk menangani jerawat, dermatitis herpetiformis dan kondisi-kondisi kulit lainnya.[3] Dapson digunakan di tubuh atau dikonsumsi lewat mulut.[4]
Beberapa efek samping obat ini adalah berkurangnya sel darah, hemolisis sel darah merah terutama pada orang yang mengalami kekurangan glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G-6-PD), atau hipersensitivitas.[2] Selain itu sering pula muncul rasa mual dan hilangnya nafsu makan.[4] Bahkan obat ini dapat menyebabkan radang hati dan bintik merah pada kulit.[2] Meskipun masih belum jelas apakah obat ini aman untuk digunakan pada masa kehamilan, beberapa dokter tetap menyarankan penggunaannya pada ibu hamil yang mengidap kusta.[2]
Dapson pertama kali diteliti sebagai antibiotik pada tahun 1937.[3] Obat ini mulai digunakan untuk menangani kusta pada tahun 1945.[3] Dapson tercatat dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan Dunia, daftar obat-obat paling efektif dan aman yang dibutuhkan oleh dunia kesehatan.[5] Dapson yang dikonsumsi lewat mulut tersedia sebagai obat generik dan tidak terlalu mahal.[2][6]
Dapson pada umumnya dalam kombinasi bersama rifampisin dan klofazimin untuk menangani kusta.[2] Obat ini juga digunakan baik untuk mengatasi maupun mencegah pneumonia pneumocytis (PCP).[2][7] Ia pun digunakan untuk toksoplasmosis oleh mereka yang tidak dapat menoleransi trimetoprim dan sulfametoksazol.[7]
Dapson melalui mulut adalah salah satu pengobatan pertama untuk menangani acne vulgaris, dan terkadang masih diresepkan untuk menangani kasus yang parah.[8][9] Bentuk topikal dapson pun efektif dengan kemungkinan efek samping yang kurang.[10]
Tidak jelas apakah kombinasi dengan pirimetamin berguna dalam pencegahan malaria.[11]
Dermatitis herpetiformis, sering kali dalam kombinasi dengan diet bebas gluten.[2]
Dapson dapat digunakan untuk menangani gigitan laba-laba pertapa coklat yang menjadi nekrotik.[12]
Dapson adalah penanganan rekomendasi erythema elevatum diutinum – satu tinjauan menemukan bahwa dapson oral sendiri efektif pada 80% kasus awal penyakit tsb. Namun, dapson dapat menyebabkan efek samping parah sehingga sebagai gantinya kadang steroid atau antibiotik harus digunakan walau penanganan demikian sangat kurang efektif.[13]
Tinjauan pada Agustus 2015 mencatat bahwa dapson dilaporkan efektif melawan generalized granuloma annulare.[14]
Sindrom hipersensitivitas dapson berkembang pada 0,5 — 3,6% orang yang ditangani dengan obat ini, dan dihubungkan dengan kematian 9,9%.[15]
Efek samping paling besar obat ini adalah hemolisis terkait dosis (yang dapat berujung pada anemia hemolisis) dan metemoglobinemia.[16] Sekitar 20% pasien yang ditangani dengan dapson menderita hemolisis[17] dan efek sampingnya lebih umum dan parah pada mereka dengan defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase, berakhir dengan Lapdap kombinasi antimalaria yang mengandung dapson ditarik dari penggunaan klinis.[18][19] Ada laporan hemolisis pada neonatus karena dapson dalam air susu ibu.[20] Agranulositosis jarang terjadi jika dapson digunakan sendiri tetapi lebih sering pada regimen kombinasi untuk malaria profilaksis.[21] Abnormalitas pada formasi darah putih, termasuk anemia aplastik, jarang, tetapi adalah penyebab sebagian besar kematian yang diakibatkan oleh terapi dapson.[22][23][24]
Hepatitis toksik dan cholestatic jaundice dilaporkan oleh manufaktor. Penyakit kuning (jaundice) juga dapat terjadi sebagai bagian reaksi dapson atau sindrom dapson (lihat di bawah). Dapson dimetabolisme oleh sistem Sitokrom P450, khususnya isoenzim CYP2D6, CYP2B6, CYP3A4, dan CYP2C19.[25] Metabolit dapson yang diproduksi oleh isoenzim sitokrom P450 2C19 dikaitkan dengan efek samping metemoglobinemia obat.
Ketika digunakan topik, dapson dapat menyebabkan iritasi kulit ringan, kemerahan, kulit kering, terbakar, dan gatal. Jika digunakan bersama produk benzoil peroksida, diskolorasi kulit kuning atau jingga sementara dapat terjadi.[26][27]
Efek merugikan lain meliputi mual, sakit kepala, dan ruam (umum), serta insomnia, psikosis, dan peripheral neuropathy. Terdapat efek pada paru-paru yang jarang dan mungkin serius tetapi biasanya dapat diperbaiki.[28]
Reaksi hipersensitivitas terjadi pada beberapa pasien. Reaksi ini bisa jadi lebih sering pada pasien dengan terapi multi-obat.[29][30][31]
Reaksi selalu meliputi ruam dan mungkin juga bersama demam, penyakit kuning, dan eosinofilia.[32][33][34][35][36] Pada umumnya, gejala-gejala ini akan terjadi pada enam pekan pertama terapi atau tidak sama sekali dan dapat membaik dengan terapi kortikosteroid.[7]
Sebagai antibakteri, dapson menghambat sintesis asam dihidrofolik bakteri melalui kompetisi dengan para-aminobenzoat untuk situs aktif dihidropteroat sintase.[37] Walaupun dari segi struktur berbeda dengan dapson, kelompok sulfonamida obat antibakteri juga bekerja dengan cara yang sama.
Sebagai antiradang, dapson menghambat enzim mieloperoksidase. Sebagai bagian ledakan respiratori yang neutrofil gunakan untuk membunuh bakteri, mieloperoksidase mengubah hidrogen peroksida (H2O2) menjadi asam hipoklorit (HOCl). HOCl adalah oksidan paling keras yang dihasilkan oleh mieloperoksidase dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan signifikan pada peradangan. Dapson menahan mieloperoksidase dalam bentuk intermedit tidak aktif, balik menginhibisi enzim. Maka, akumulasi asam hipoklorit tercegah dan kerusakan jaringan pada peradangan tereduksi.[38][39][40][41][42] Inhibisi mieloperoksidase pun diajukan sebagai mekanisme neuron-sparing untuk mereduksi peradangan pada penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer dan strok.[43]
Ketika dipakai menangani masalah kulit di mana bakteri tidak terlibat, mekanisme atau tindakan dapson belum dipahami. Dapson memiliki efek antiradang dan imunomodulatori,[44] yang diperkirakan diakibatkan oleh blokade mieloperoksidase. Demikian diperkirakan mekanisme aksi obat ini dalam menangani dermatitis herpetiformis.[45]
Dapson adalah bubuk kristal putih hingga putih krem tidak berbau dengan rasa agak pahit.
Pasien tertentu berisiko lebih tinggi mengalami efek merugikan ketika menggunakan dapson. Beberapa masalah khusus yang harus dipertimbangkan:[7]
HbA1c bisa jadi adalah ukuran yang tak dapat diandalkan dalam kontrol glikemik mereka dengan diabetes melitus yang mengonsumsi dapson karena kenaikan pergantian red cell.