Diti (Sanskerta: दिती; Ditī) adalah nama salah satu putri Daksa dalam mitologi Hindu. Ia menikah dengan Resi Kasyapa dan berputra Hiranyaksa dan Hiranyakasipu. Kedua raksasa tersebut dijuluki Detya, demikian juga keturunannya. Mereka (para Detya) terkenal sebagai musuh para dewa. Dua putra Diti, yaitu Hiranyaksa dan Hiranyakasipu, merupakan reinkarnasi dua penjaga gerbang Waikuntha, yaitu Jaya dan Wijaya. Pada suatu zaman, Hiranyaksa mencoba menenggelamkan Pertiwi (bumi) ke dalam lautan kosmik, namun usaha tersebut digagalkan oleh Dewa Wisnu yang menjelma sebagai Waraha (babi hutan). Pada saat itu juga, Hiranyaksa dibunuh oleh Waraha. Kemudian putra Diti yang lain, yaitu Hiranyakasipu, menjadi raja para Detya. Ia menghentikan segala bentuk pemujaan kepada Tuhan karena membenci Wisnu. Akhirnya, Wisnu menjelma sebagai Narasinga untuk membunuh Hiranyakasipu.
Setelah kematian Hiranyaksa dan Hiranyakasipu, para Detya masih senang bertengkar dengan para dewa. Banyak Detya yang gugur melawan para dewa yang dipimpin oleh Indra. Kematian putra-putranya membuat Diti sedih. Akhirnya, Diti memutuskan untuk bertapa agar memperoleh keturunan yang bisa mengalahkan Indra. Ia pergi ke Syamantapancaka, letaknya di pinggir sungai Saraswati, India. Dalam tapanya, Diti memohon anugrah pada Resi Kasyapa. Setelah bertahun-tahun, Kasyapa muncul di hadapan Diti untuk memberi anugrah berupa keturunan yang dapat mengalahkan Indra, tetapi Diti harus memenuhi persyaratan agar keturunan yang dihasilkan sesuai dengan harapan. Syarat yang harus dipenuhi oleh Diti antara lain: ia harus tinggal di Syamantapancaka selama seratus tahun; tidak boleh makan pada waktu malam; tidak boleh tidur dengan rambut tergerai atau belum mandi sebelumnya; tidur di bawah pohon saat malam; tidak melakukan segala macam bentuk latihan. Apabila syarat tersebut dipenuhi, pada tahun yang keseratus sejak anugrah tersebut diberikan, Diti akan memperoleh keturunan.
Setelah Indra mengetahui rencana Diti, ia menjadi cemas sebab Diti akan melahirkan seorang anak yang mampu mengalahkannya. Maka Indra mengunjungi pertapaan Diti seolah-olah ia hendak melayaninya bibinya tersebut, padahal ia menunggu Diti melakukan kesalahan sehingga persyaratan yang diajukan Kasyapa gagal dipenuhi. Selama sembilan puluh sembilan tahun, Indra melayani Diti sambil menunggu Diti melakukan kesalahan. Karena waktu yang ditetapkan sudah dekat, Diti menjadi agak malas sehingga ia tidur tanpa keramas dan tidak menyanggul rambutnya. Melihat kesempatan tersebut, Indra langsung masuk ke dalam rahim Diti. Di dalam rahim tersebut, Indra mengeluarkan sebuah senjata bernama Bajra, lalu ia memotong janin Diti menjadi tujuh bagian. Hal itu membuat ketujuh bagian tersebut menangis. Sambil berkata Ma Ruda (jangan menangis), Indra memotong setiap bagian menjadi tujuh bagian lagi, sehingga janin Diti terbagi menjadi 49 bagian. Setelah dilahirkan, seluruh bagian tersebut menjelma sebagai dewa dan mereka disebut para Marut, berdasarkan kata yang diucapkan Indra pada saat berada di rahim Diti. Kemudian para Marut menjadi teman Indra, karena Diti gagal memenuhi persyaratan yang diajukan Kasyapa.
Kemudian, Diti kembali mengajukan permohonan ke hadapan Kasyapa. Seperti sebelumnya, ia memohon agar memperoleh keturunan yang mampu mengalahkan Indra. Kasyapa mengabulkan permohonan tersebut dengan syarat bahwa Diti harus melakukan tapa selama sepuluh ribu tahun. Syarat tersebut dijalankan oleh Diti. Setelah bertapa selama sepuluh ribu tahun, Diti melahirkan seorang putra yang bertubuh sekuat Bajra (senjata Indra). Anak tersebut diberi nama Bajrangga, yang secara harfiah berarti "bertubuh Bajra."
Sebagai pembalasan dendam atas kematian anak-anaknya, Diti mengutus Bajrangga untuk membunuh Indra. Bajrangga melaksanakan tugas tersebut dengan berhasil. Saat Bajrangga hendak membunuh Indra, Brahma dan Kasyapa muncul untuk mencegah pembunuhan tersebut. Akhirnya, Bajrangga membebaskan Indra.