Kerajaan Dwarawati | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Abad ke-7–Abad ke-11 | |||||||
Persebaran kebudayaan dan situs Dwarawati | |||||||
Agama | Buddha, Hindu | ||||||
Era Sejarah | abad ke-7 hingga ke-11 | ||||||
• Didirikan | Abad ke-7 | ||||||
• Dibubarkan | Abad ke-11 | ||||||
| |||||||
Bagian dari seri artikel mengenai |
Sejarah Thailand |
---|
Sejarah |
Kerajaan Sukhothai Kerajaan Ayutthaya Kerajaan Thonburi Kerajaan Rattanakosin Periode militer Periode demokratis |
Kerajaan Dwarawati (Thai: ทวารวดี ⓘ) adalah kerajaan Mon kuno yang berdiri sejak abad ke-7 hingga abad ke-11 di wilayah yang sekarang menjadi Thailand Tengah. Kerajaan ini disebutkan dalam catatan peziarah Tionghoa dari pertengahan abad ke-7 sebagai sebuah kerajaan Buddha bernama To-lo-po-ti yang terletak di sebelah barat Isanapura (sekarang Kamboja) dan di sebelah timur Sri Ksetra (Myanmar).[1][2] Penelitian arkeologi selama dua dasawarsa terakhir telah mengungkap adanya zaman "Purwa-Dwarawati" yang berlangsung dari abad ke-4 sampai abad ke-5 atau lebih awal lagi.[3]
Kebudayaan Dwarawati berpusat di sekitar kota berparit, dengan kota tertua di U Thong di Provinsi Suphan Buri. Situs utama lainnya termasuk Nakhon Pathom, Phong Tuk, Si Thep, Khu Bua, dan Si Mahosot.[3] Sebuah ukiran pada guci kerajaan menyebutkan nama raja-raja Dwarawati: Suryawikrama (673-688), Hariwikrama (688-695), dan Sihawikrama (695-718).[1] Sebuah prasasti berbahasa Khmer bertahun 937 mendokumentasikan silsilah para pangeran dari Chanasapura yang dimulai dari Bhagadatta dan diakhiri oleh seorang Sundarawarman dan putra-putranya, Narapatisimhawarman dan Mangalawarman.[1] Pada abad ke-12, Dwarawati mulai berada di bawah bayang-bayang Kekaisaran Khmer dan bagian tengah Semenanjung Indochina akhirnya diserbu oleh Raja Suryawarman II pada paruh pertama abad ke-12.[4] Kerajaan Dwarawati diteruskan oleh Haripunjaya di Thailand Utara sebelum akhirnya ditaklukkan oleh kerajaan Tai Lanna pimpinan Mangrai yang Agung pada abad ke-13.[5]
Nama Dwarawati diambil dari sebuah koin bertuliskan śrī dvāravatī. Dalam bahasa Sanskerta, dvāravatī berarti "yang memiliki gerbang".[6]
Hanya sedikit yang diketahui tentang sistem pemerintahan Dwarawati. Diduga, negara ini merupakan konfederasi kedatuan alih-alih negara tersentralisasi yang mencakup daerah pesisir serta lembah Sungai Chao Phraya. Kerajaan Dwarawati bercorak Hindu-Buddha dengan tiga kota utama: Nakhon Pathom, Suphanburi, dan Praak Srigacha; serta kota-kota penting lainnya seperti U Thong, Chansen, Khu Bua, Pong Tuk, Mueang Phra Rot, Lopburi, Si Mahosot, Kamphaeng Saen, Dong Lakhon, U-Taphao, Ban Khu Mueang, dan Si Thep.[6]
Urutan kronologis sejarah Kerajaan Dwarawati disimpulkan melalui catatan pengelana Tionghoa dan perbandingan corak karya seni oleh para sejarawan. Item budaya Dwarawati yang baru diteliti menunjukkan awal mula tradisi budaya Dwarawati dapat ditelusuri hingga tahun 200 M.[7][3] Namun, bukti arkeologis, karya seni, dan prasasti (prasasti) lainnya menunjukkan bahwa periode utama Kerajaan Dwarawati berlangsung mulai abad ketujuh hingga kesembilan.[3] Kebudayaan dan pengaruh Dwarawati juga mencapai Thailand Timur Laut dan dataran rendah Laos sejak abad keenam. Situs-situs utama Dwarawati termasuk Mueang Fa Daet di Provinsi Kalasin dan Mueang Sema di Provinsi Nakhon Ratchasima.[8][9]
Kebudayaan Dwarawati sangat dipengaruhi oleh kebudayaan dari India, yang juga berperan utama dalam penyebaran agama dan seni Buddhis di wilayah tersebut. Relief candi menampilkan figur garuda, makara, dan naga. Selain itu, terdapat pula pahatan para musisi beserta alat musiknya, tahanan, wanita bersama pengawalnya, dan tentara yang menunjukkan kehidupan sosial penduduk Dwarawati. Artefak yang ditemukan terdiri dari tablet nazar, cetakan jimat, tembikar, wadah terakota, lampu gantung dari perunggu, anting-anting, lonceng, dan simbal.[6]