Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
Pemanasan global (Bahasa Inggris : global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di Bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di Bumi.[1] Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida, metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil [1] (minyak bumi dan batu bara) serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan.
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan terhadap ekosistem di Bumi, antara lain; perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es sehingga permukaan air laut naik. Adanya perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di Bumi seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan.
Pemanasan global menjadi salah satu isu utama lingkungan yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya suhu rata-rata permukaan Bumi. Peningkatan suhu permukaan Bumi ini dihasilkan oleh adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer Bumi, kemudian sebagian sinar ini berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan permukaan Bumi. Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu Bumi meningkat. Gas-gas rumah kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfer adalah aktivitas manusia.
Rumah kaca adalah sebuah bangunan yang berbentuk rumah yang keseluruhan bangunannya terdiri dari kaca. Baik di bagian dinding, atap, tembok dan sebagainya. Rumah kaca biasanya akan digunakan untuk menanam sayuran, buah-buahan, bunga dan lain sebagainya. Biasanya rumah kaca ini dimiliki oleh para petani yang berada di negara 4 musim.[2] Sedangkan di Indonesia rumah kaca jarang digunakan karena Matahari selalu bersinar sepanjang tahun. Suhu yang ada di dalam rumah kaca biasanya akan terasa lebih hangat walaupun di luar bangunan sedang musim dingin. Fungsi dari rumah kaca ini adalah untuk menangkap cahaya matahari, karena panas dari sinar matahari tersebut terperangkap di dalam bangunan.[2]
Efek rumah kaca adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan bumi, seperti memiliki efek rumah kaca yang di mana panas Matahari akan terperangkap oleh atmosfer Bumi. Normalnya sinar matahari di siang hari menyinari Bumi dan akan membuat Bumi menjadi lebih hangat, akan tetapi permukaan Bumi di malam hari menjadi lebih dingin.[2]
Jadi pada siang hari suhu di dalam rumah kaca akan semakin hangat, sebaliknya jika di malam hari suhu akan tetap hangat tidak terpengaruh dengan cuaca di luar rumah. Efek rumah kaca sering dianggap sebagai penyebab kebocoran lapisan ozon semakin membesar, sehingga bumi menjadi sangat panas khususnya ketika musim panas tiba.
Contoh sederhananya dari efek rumah kaca, misalnya ketika kita berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah terik Matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali ke luar melalui kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil. Akibatnya suhu di dalam ruang mobil lebih tinggi (panas) daripada di luarnya.[3]
Matahari merupakan sumber energi utama dari semua sumber energi yang terdapat di Bumi. Energi Matahari sebagian besar dalam bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk energi matahari berupa cahaya yang tampak. Energi ini mengenai permukaan Bumi dan berubah dari cahaya menjadi panas. Permukaan bumi kemudian menyerap sebagian panas sehingga menghangatkan Bumi, dan sebagian dipantulkannya kembali ke luar angkasa. Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, dan metana di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra merah tetap terperangkap di atmosfer Bumi, kemudian gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan Bumi. Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat terjadi berulang sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat memanas.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di Bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet Bumi akan menjadi sangat dingin lebih kurang -18 °C, sehingga seluruh permukaan Bumi akan tertutup lapisan es. Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C, Bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C dengan efek rumah kaca, namun jika gas-gas tersebut berlebih di atmosfer, maka akan terjadi sebaliknya dan mengakibatkan pemanasan global.
Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang merugikan baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: