Gaya Jengki

Sebuah rumah dengan gaya jengki di Padang Pariaman

Jengki, atau gaya Yankee, adalah sebuah gaya arsitektur modernis pascaperang yang berkembang di Indonesia setelah kemerdekaannya. Gaya ini terbilang laku di Indonesia antara akhir tahun 1950-an hingga awal 1960-an.[1][2][3]

Gaya jengki menggambarkan pengaruh baru Amerika Serikat pada arsitektur Indonesia setelah ratusan tahun kepemimpinan kolonial Belanda. Gaya ini dapat dianggap sebagai interpretasi tropis dari gaya rumah-rumah suburbia modernis Amerika pascaperang. Johan Silas, seorang arsitek Indonesia, berspekulasi bahwa gaya ini adalah ekspresi semangat kebebasan orang Indonesia, yang muncul pada arsitektur berbeda dari apa yang disukai orang Belanda.[3]

Bentuk awal

[sunting | sunting sumber]
Perumahan karyawan Bataafsche Petroleum Maatschappij di Kebayoran Baru.

Gaya jengki pertama kali muncul dengan perkembangan kota satelit baru, Kebayoran Baru.[4] Pembangunan daerah ini selesai pada tahun 1955.[5] Rumah-rumah yang dibangun untuk karyawan perusahaan minyak BPM ini dikenal dengan karakternya yang berani dan sudut-sudutnya yang lucu. Misalnya, rumah-rumah kelas menengah di Kebayoran didesain dengan gaya kotak atau persegi panjang, tetapi lantai pertamanya dikedepankan untuk menutupi fasad lantai yang lebih bawah dari sinar matahari. Terdapat teras untuk rumah karyawan yang tingkatnya lebih rendah.[4] Rumah-rumah seperti ini juga dibangun di kota-kota tempat operasi BPM, misalnya di Balikpapan.

Pengembangan gaya baru

[sunting | sunting sumber]

Gaya ini terus dikembangkan pada tahun 1950-an. Selain penggunaan warna yang berani, karakteristik gaya bangunan pada masa ini adalah sudut-sudut yang liar dan atap yang tidak biasa. Gaya ini juga semakin dipengaruhi oleh gaya mid-century modern yang populer di Amerika. Gaya ini kemudian dipanggil Yankee-type atau gaya jengki karena pengaruh Amerikanya yang besar.[3] Gaya ini dapat dimengerti sebagai interpretasi tropis atas gaya Googie mid-century Amerika. Bangunan gaya Jengki kebanyakan dibangun oleh perusahaan konstruksi atau mahasiswa arsitektur Institut Teknologi Bandung; departemen arsitektur di ITB dibuka pada 1951.[3] Awalnya departemen ini dibuka dengan dosen-dosen Belanda, akan tetapi mereka harus pergi di pertengahan tahun 1950-an karena repatriasi kedua ke Belanda dari Indonesia yang pada waktu itu baru merdeka. Departemen ini sempat diajar oleh dosen dari Jerman, akan tetapi pada akhir tahun 1950-an departemen ini diambil alih oleh orang Amerika dan lulusan Indonesia dari kampus-kampus Amerika. Sebagai hasilnya, lulusan arsitektur ITB paling terkena pengaruh dari arsitektur Amerika. Termasuk dalam lulusan itu adalah Djelantik, Harjono Sigit, Johan Silas dan Harry Winarno Kwari.

Karakteristik

[sunting | sunting sumber]

Pada dasarnya, gaya Jengki menolak bentuk-bentuk geometris kubik yang digunakan orang Belanda sebelum Perang Dunia II. Ada banyak bentuk-bentuk aneh yang digunakan dalam gaya jengki, misalnya pentagon dan sudut-sudut berani yang tajam. Terdapat semangat keberanian dan kebebasan dalam atap-atap dan fasad asimetris, pintu-pintu dan jendela yang lucu, serta atap dan talang air yang bersudut aneh. Gaya ini diasosiasikan dengan jiwa politik kebebasan yang waktu itu baru ada pada orang Indonesia. Frances Affandi, direktur eksekutif Bandung Heritage Society, menyatakan bahwa gaya ini "... menarik, tetapi kurang diriset, kurang didokumentasikan, dan kurang dihargai.”[3]

Berikut ini adalah contoh bangunan dalam gaya Jengki:

Jakarta

  • Perumahan karyawan BPM di Kebayoran

Bandung

  • Gedung BPI
  • Gedung PDAM
  • Gedung Politeknik Kesehatan

Surabaya

  • Cendrawasih Chocolate Factory (dulu de Ruijter Bread)
  • Gerbang Taman Makam Pahlawan
  • Perumahan di Jalan Doktor Soetomo 73
  • Rumah Salim Martak[6]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Agus Sachari 2007.
  2. ^ Armando Siahaan, Jengki Homes for a Free Indonesia Diarsipkan 2012-05-03 di Wayback Machine., The Jakarta Globe, October 26, 2009
  3. ^ a b c d e Prijotomo & Adiyanto 2004.
  4. ^ a b de Vletter, Voskuil & van Diessen 1999.
  5. ^ Kebayoran Baru, Riwayatmu Dulu Diarsipkan 2010-02-27 di Wayback Machine. Error in webarchive template: Check |url= value. Empty. , Kompas 29 Juli 2006.
  6. ^ http://ayorek.org/2014/09/menelusur-arsitektur-jengki-di-surabaya/#sthash.E2q8vLrp.Jqcan3yk.dpbs Diarsipkan 2023-06-08 di Wayback Machine. Menelusuri Arsitektur Jengki di Surabaya

Bibliografi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]