Glodogan tiang
| |
---|---|
Monoon longifolium | |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Magnoliales |
Famili | Annonaceae |
Genus | Monoon |
Spesies | Monoon longifolium B.Xue dan R.M.K.Saunders, 2012 |
Tata nama | |
Basionim | Uvaria longifolia (en) |
Sinonim takson |
|
Monoon longifolium, glodogan tiang, juga biasa dikenal dengan sinonimnya Polyalthia longifolia, adalah spesies pohon kecil Asia dalam famili Annonaceae . Tanaman ini berasal dari India bagian selatan dan Sri Lanka, namun telah diperkenalkan secara luas di tempat lain di Asia tropis.[1] Pohon cemara ini diketahui tumbuh lebih dari 20 m. tingginya dan umumnya ditanam karena efektivitasnya dalam mengurangi polusi suara . Ini menunjukkan pertumbuhan piramidal simetris dengan cabang-cabang terjumbai yang tipis dan daun lanset sempit panjang dengan tepi bergelombang.
Di Indonesia, tanaman ini kerap dijumpai di pekarangan dan taman yang ada dalam sekolah. Hal ini karena tanaman ini merupakan tanaman penyaring udara yang cukup baik.
Daun yang muncul memiliki pigmentasi coklat tembaga; seiring bertambahnya usia daun, warnanya menjadi hijau muda dan akhirnya hijau tua. Daunnya lanset dan tepinya bergelombang.
Di musim semi, pohon itu ditutupi dengan bunga hijau pucat seperti bintang yang halus. Masa pembungaan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya dua sampai tiga minggu.
Buah dihasilkan dalam kelompok 10-20 buah, awalnya berwarna hijau tetapi berubah menjadi ungu atau hitam saat matang. Ini dimakan oleh burung seperti tuwur Asia, Eudynamys scolopaceus, dan kelelawar buah, termasuk kalong .
Daunnya digunakan untuk hiasan hias selama festival. Pohon itu adalah titik fokus di taman-taman di seluruh India. Pohon itu dapat dipangkas menjadi berbagai bentuk dan dipelihara dalam ukuran yang dibutuhkan. Batangnya yang fleksibel, lurus dan ringan pernah digunakan dalam pembuatan tiang kapal layar. Oleh karena itu, pohon tersebut dikenal juga dengan sebutan Pohon Tiang. Saat ini, kayunya banyak digunakan untuk pembuatan barang-barang kecil seperti pensil, kotak, korek api, dll.[3] Minyak bijinya telah dipastikan memiliki antara lain aktivitas anti-oksidan, anti-lipooksigenase, dan antimikroba (melawan berbagai strain mikroba).[4] Bankole et al 2016 menemukan M. longifolium memang mengendalikan strain Plasmodium berghei ANKA yang resisten terhadap klorokuin pada tikus sampai tingkat tertentu, namun bukan merupakan pengobatan yang efektif.[5]
|pmid=
(bantuan).