Gundik seorang Lewi

Gundik seorang Lewi adalah seorang perempuan Israel yang tercatat dalam Kitab Hakim-hakim, sebagai seseorang yang dipotong-potong oleh suaminya setelah diperkosa dan disiksa secara brutal oleh orang banyak. Sarjana Alkitab Feminis, Phyllis Trible menulis, "pengkhianatan, pemerkosaan, penyiksaan, pembunuhan, dan mutilasi terhadap seorang wanita yang tidak disebutkan namanya ini adalah kisah yang ingin kita lupakan tapi diperintahkan untuk berbicara. Ini berbicara tentang kengerian kekuasaan, kebrutalan, dan triumfalisme laki-laki; ketidakberdayaan, penyalahgunaan, dan pemusnahan perempuan. Mendengar cerita ini adalah untuk menghuni dunia teror tak henti-hentinya yang menolak untuk membiarkan kita lewat di sisi yang lain..."[1]

"Orang Lewi Itu Menemukan Gundiknya Tergeletak di Depan Pintu", James Tissot

Sekilas Cerita

[sunting | sunting sumber]

Gundik seorang Lewi adalah seorang wanita yang dicatat kisahnya dalam Hakim-hakim 19. Dia meninggalkan suaminya, seorang Lewi, pulang sendirian ke Betlehem. Setelah empat bulan, suaminya mengunjungi rumah ayahnya dan berusaha untuk membujuk dia untuk kembali. Pada hari kelima, gundik itu berangkat dengan orang Lewi tersebut. Mereka melakukan perjalanan ke Gibea, mencari tempat untuk bermalam. Seorang pria tua melihat orang Lewi dan gundiknya menunggu di alun-alun. Ia mengajak mereka untuk bermalam di rumahnya. Sementara di sana, para laki-laki jahat di kota itu menggedor pintu meminta orang tua pemilik rumah untuk membawa keluar orang Lewi itu untuk berhubungan seks dengan mereka. Ketika orang tua itu menawarkan putrinya yang masih perawan dan gundik orang Lewi itu, orang-orang jahat itu menolak. Orang Lewi kemudian memaksa gundik itu ke tangan massa. Perempuan itu dipukuli dan diperkosa sepanjang malam.[2]

Pada pagi harinya, gundik itu ditemukan oleh orang Lewi di depan pintu rumah orang tua itu. Dia mengatakan padanya untuk bangun dan ketika tidak ada jawaban, ia menempatkan gundik itu pada punggung keledainya dan meneruskan perjalanan ke rumahnya. Setelah tiba, ia mengambil pisau dan memotong tubuh gundik itu menjadi dua belas potongan, mengirim potongan-potongan itu ke seluruh suku di tanah Israel.

Orang Lewi Di Hadapan Mayat Istrinya, James Tissot

Wanita dari Betlehem itu dibesarkan dalam suatu masyarakat agraris yang berorientasi kekeluargaan, segera setelah kematian Yosua (Hakim-hakim 1:1).[3] Dia memiliki status "gundik" (kata Ibrani pilegesh), bukan "istri", dari seorang Lewi yang tinggal di wilayah Efraim.[4] Madipoane Masenya menulis "...tampaknya dia bukan pilegesh biasa. Hal ini ditopang oleh pengamatan bahwa kata "neerah" dapat diterjemahkan sebagai 'wanita yang baru menikah'. Selain itu, ayah pilegesh itu disebut sebagai 'hatoh' atau 'hatan', yang secara harfiah berarti 'dia yang memiliki seorang menantu laki-laki', yaitu, bapa mertua dalam kaitannya dengan suami pilegesh itu, seorang Lewi. Oleh karena itu saya memilih untuk menerjemahkan kata 'pilegesh' sebagai 'istri yang sah', salah satu dari istri-istri orang Lewi itu..." [4]

Karena jarang bagi seorang wanita untuk meninggalkan suaminya, narator menggunakan bahasa kasar untuk menggambarkan alasan untuk kepergian gundik itu. Dia dikatakan telah melacurkan dirinya melawan suaminya.[5] Meskipun diasumsikan bahwa dia adalah seorang pelacur, istilah Ibrani untuk pelacur, zanah, dapat juga berarti "untuk menjadi marah." [3] Ini lebih masuk akal bahwa karena orang Lewi itu berbicara kasar terhadapnya, perempuan tersebut bertindak sendiri dan melarikan diri ke rumah ayahnya di mana dia disambut. Oleh karena itu, orang Lewi itu harus mengubah cara berbicaranya supaya perempuan tersebut mau kembali kepadanya.

Sepanjang cerita, gundik itu tidak pernah dicatat berbicara. Hanya orang-orang laki-laki yang pernah berbicara, meskipun cerita ini berpusat sekitar seorang wanita. Ketika orang Lewi itu tersandung pada tubuh gundiknya pada pagi hari, tidak jelas apakah perempuan tersebut sudah mati atau tidak, karena tidak ada jawaban. Kapan gundik itu meninggal tidaklah diketahui; apakah terjadi selama perlakuan brutal pada malam hari, dalam perjalanan kembali ke Efraim, atau ketika orang Lewi itu memotong-motong tubuhnya. Karena tindakan orang Lewi itu, "... orang-orang Israel berkumpul di Mizpa, situs tradisional pertemuan semua suku, untuk mendengarkan cerita orang Lewi itu dan merencanakan respons terhadap orang Benyamin. Terjadilah serangkaian tindak kekerasan yang mengakibatkan pembantaian banyak orang Benyamin, baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak (Hakim–hakim 20:35–48), pembantaian sebagian besar penduduk kota Yabesy-gilead (Hakim–hakim 21:8–12), dan penculikan para perawan di Silo (Hakim–hakim 21:15–24)."

Orang Lewi dari Efraim, A. F. Caminafe (1837)

Makna dan Interpretasi

[sunting | sunting sumber]

Jelas bahwa wanita yang menjadi korban itu tidak memiliki suara; hal yang sering terjadi ketika ada situasi pemerkosaan. Banyak sarjana Alkitab "...sangat menghargai para wanita dan berbicara tegas melawan pemerkosaan."

Kebisuan wanita itu adalah alat yang digunakan oleh narator karena "...penderitaan wanita tanpa suara yang digambarkan di sana [menantang] kekerasan berbasis gender yang dilakukan pada wanita itu yang, meskipun memiliki tubuh, tidak diberikan suara..." Dia digambarkan terpisah dari karakter-karakter lain dalam cerita dengan tidak diberi nama atau suara. Sang narator berbicara menentang pemerkosaan dengan menjadi satu-satunya orang yang tidak meninggalkan gundik itu, memperhatikan keadaan kritisnya, dan kemudian menggunakan cerita untuk membawa perang dan perpecahan dalam masyarakat Israel.

Pada waktu ketika tidak ada raja atau penguasa di Israel, orang tua itu menggunakan si gundik orang Lewi tersebut untuk melindungi orang Lewi itu sendiri, berpikir bahwa itu hal yang benar untuk dilakukan. Orang-orang jahat kota itu tidak pernah melihat masalah dengan tindakan mereka terhadap orang asing. Priscilla Papers, jurnal Kristen egaliter, menyebutkan tentang narasi itu, menulis: "Dengan menyamakan 'pemerkosaan' dengan melakukan 'apa yang baik di mata mereka,' teks ini membuat pernyataan retoris kuat dengan menghubungkan tema utama di seluruh Kitab Hakim-hakim dengan pemerkosaan gundik tersebut: Setiap orang melakukan apa yang baik di mata mereka, tetapi yang jahat di mata Tuhan."

Orang Lewi itu Membawa Pergi Tubuh Gundiknya. Lukisan Gustave Dore, 1880.

Hakim-hakim 19 mengakhiri dengan mengatakan bahwa tidak ada yang seperti ini telah terjadi sejak bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Membandingkan kurban anak domba di pintu sewaktu di Mesir dengan gundik di depan pintu rumah menggunakan bahasa kurban, Brouer melanjutkan pernyataan akhir sang narator dengan mengatakan, "...pemerkosaan, kematian, dan pemotongan [yang digambarkan pada gundik itu] sebagai antitesis dari korban Paskah. Narator menutup Hakim-Hakim 19 dengan nasihat untuk menetapkan hati Anda pada[-nya], nasihat bijak atas nama perempuan itu, dan menyuarakannya (Hakim-hakim 19:30)."

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Trible, Phyllis (2002). Texts of Terror: Literary-Feminist Readings of Biblical Narratives. 
  2. ^ "Bible Gateway passage: Judges 19 - New International Version". Bible Gateway. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-06. Diakses tanggal 2018-04-25. 
  3. ^ a b Brouer, Deirdre (Winter 2014). "Voices of Outrage against Rape: Textual Evidence in Judges 19". Priscilla Papers. 28: 24–28 – via EBSCOhost. 
  4. ^ a b Masenya, Madipoane J. (2014-06-03). "Without a voice, with a violated body: Re-reading Judges 19 to challenge gender violence in sacred texts". Missionalia: Southern African Journal of Missiology (dalam bahasa Inggris). 40 (3): 205–214. doi:10.7832/40-3-29. ISSN 2312-878X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-12. Diakses tanggal 2018-08-17. 
  5. ^ "Concubine of a Levite: Bible | Jewish Women's Archive". jwa.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-11. Diakses tanggal 2018-04-25. 

Pustaka tambahan

[sunting | sunting sumber]
  • Bohmbach, Karla G. “Conventions/Contraventions: The Meanings of Public and Private for the Judges 19 Concubine.” Journal for the Study of the Old Testament, vol. 24, no. 83, 1999, pp. 83–98., doi:10.1177/030908929902408306.
  • Szpek, Heidi M. “The Levite's Concubine: The Story That Never Was.” Women in Judaism: A Multidisciplinary e-Journal, 19 Jan. 2008, wjudaism.library.utoronto.ca/index.php/wjudaism/article/view/3176/1337.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]