Hubungan Istimewa

Perdana Menteri Britania Raya Winston Churchill (kiri), dengan Presiden Amerika Serikat Franklin Roosevelt, dalam Konferensi Yalta pada tahun 1945
Presiden AS Harry Truman, Perdana Menteri Britania Clement Attlee, dan Mackenzie King dari Kanada di atas USCG Sequoia saat berunding mengenai bom atom, November 1945
Barack dan Michelle Obama bertemu dengan Ratu Elizabeth II di Istana Buckingham, 2009
Poster Perang Dunia I yang memperlihatkan Britannia bergandengan tangan dengan Paman Sam
George dan Barbara Bush bersama Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip di Gedung Putih, 1991
George dan Laura Bush bersama Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip di Gedung Putih, 2007
John dan Jacqueline Kennedy bersama Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip di Istana Buckingham, 1961
Barack Obama dan David Cameron dalam Konferensi G20 di Toronto, 2010

Hubungan Istimewa adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan politik, diplomatik, budaya, ekonomi, militer, dan sejarah yang sangat erat antara Britania Raya dan Amerika Serikat. Istilah ini pertama kali digunakan dalam pidato negarawan Britania, Winston Churchill, pada tahun 1946. Meskipun Britania dan Amerika juga menjalin hubungan yang dekat dengan negara lainnya, tingkat kerjasama antar kedua negara ini dalam bidang ekonomi, perdagangan, perencanaan militer, pelaksanaan operasi militer, teknologi senjata nuklir, dan intelijen dianggap sebagai hubungan yang "tak tertandingi" di antara negara-negara besar.[1]

Istilah ini juga digunakan oleh Winston Churchill untuk menjelaskan hubungan antara Amerika Serikat dengan Negara-Negara Persemakmuran dan Imperium Britania. Meskipun kedua negara ini pernah berperang pada masa lalu, Britania dan Amerika telah bersekutu dalam berbagai konflik militer dan politik selama berpuluh-puluh tahun, termasuk Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Dingin, Perang Teluk, dan invasi ke Irak dan Afganistan pada abad ke-21.

Meskipun hubungan istimewa antara Britania Raya dan Amerika Serikat diketahui pertama kali dijelaskan oleh Perdana Menteri Britania Winston Churcill, hubungan kedua negara ini sudah diakui sejak abad ke-19, setidaknya melalui persaingan dan ikatan sejarah.[2][3][4][5][6][7] Tentara Britania dan Amerika telah berjuang berdampingan, kadang hanya secara spontan, dalam berbagai pertempuran sejak 1859, dan kedua negara ini berbagi tanggung jawab dalam Perang Dunia I.

Perdana Menteri Ramsay MacDonald mengunjungi Amerika Serikat pada tahun 1930 dan menegaskan keyakinannya mengenai 'hubungan istimewa' antara Britania dan Amerika. Oleh sebab itu, ia lebih memilih untuk menjalin aliansi dengan Amerika ketimbang dengan Jepang melalui pengesahan Perjanjian Laut Washington.[8] Sejarawan Inggris David Reynolds berpendapat bahwa "Sejak tahun 1919, hubungan Britania-Amerika dingin dan sering kali mencurigakan. "Pengkhianatan" Amerika terhadap Liga Bangsa-Bangsa hanyalah salah satu dari serangkaian tindakan AS–piutang perang, persaingan angkatan laut, krisis Manchuria 1931-1932, dan Depresi Besar–yang semakin meyakinkan Britania bahwa Amerika Serikat tidak bisa diandalkan."[9] Sedangkan Menteri Luar Negeri AS, Dean Acheson, menyatakan: "Tentu saja hubungan unik terjalin antara Britania dan Amerika–persamaan bahasa dan sejarah kita menguatkan hal itu. Tapi unik tidak berarti saling menyukai. Kami menganggap Inggris sebagai musuh sesering kami menganggapnya sebagai sekutu.[10]

Ibu Churcill adalah orang Amerika, dan ia merasa sangat terikat dengan masyarakat di negara-negara yang berbahasa Inggris. Churcill pertama kali menggunakan istilah 'hubungan istimewa' pada tanggal 16 Februari 1944. Dalam pidatonya, ia berkata: "... kecuali Britania dan Amerika Serikat menjalin sebuah hubungan istimewa... perang merusak lainnya akan terlewati."[11] Churchill kembali menggunakan istilah tersebut pada tahun 1945, namun kali ini tidak hanya hubungan antara Britania dan Amerika, tetapi juga dengan Kanada.[12]

Churchill sekali lagi menyebutkan istilah 'hubungan khusus' dalam pidatonya pada awal Perang Dingin, kali ini menggambarkan hubungan antara Amerika Serikat dengan negara-negara berbahasa Inggris anggota Persemakmuran dan Imperium Britania. Pada 1980-an, Margaret Thatcher menyatakan bahwa "hubungan Britania-Amerika telah melakukan lebih banyak hal bagi pertahanan dan masa depan kebebasan jika dibandingkan dengan aliansi lainnya di dunia."[13][14]

Kerjasama militer

[sunting | sunting sumber]

Kerjasama militer antara Britania dan Amerika dimulai dengan membentuk Kepala Staff Gabungan pada bulan Desember 1941, komando militer yang berwenang atas seluruh operasi militer Britania dan Amerika. Setelah Perang Dunia II, komando ini dibubarkan, namun kerjasama militer yang kian erat kembali dijalin pada awal 1950-an setelah dimulainya Perang Dingin.[1]

Sejak Perang Dunia II dan kemudian Blokade Berlin, Amerika Serikat telah menempatkan sejumlah besar pasukannya di Britania Raya. Pada bulan Juli 1948, Amerika memasang pengebom B-29 pertamanya di Britania. Saat ini, militer di kedua negara ini bekerjasama dalam pengembangan radar di fasilitas RAF Fylingdales. Perjanjian Quebec pada 1943 membuka jalan bagi kedua negara ini untuk mengembangkan senjata atom secara bersama-sama. Britania berbagi dokumen-dokumen penting dan mengirim perwakilannya untuk membantu pengembangan Proyek Manhattan. Setelah Britania berhasil mengembangkan senjata nuklir sendiri, Amerika juga membantu memasok dan mendesain sistem nuklir Britania pada tahun 1958. Britania juga memiliki akses ke fasilitas Nevada Test Site sejak tahun 1963, dan telah melakukan 21 eksperimen di sana sebelum akhirnya dihentikan pada 1991.[15][16]

Amerika mengoperasikan beberapa perlengkapan dan kendaraan militer Britania, termasuk Chobham Armour, RAF Harrier GR9, dan T-45 Goshawk. Britania juga mengoperasikan beberapa perlengkapan Amerika, misalnya rudal anti tank Javelin missile, M270, persenjataan Apache, C-130 Hercules, dan pesawat penumpang C-17 Globemaster.

Kerjasama intelijen

[sunting | sunting sumber]

Kerjasama antara Britania dan Amerika dalam bidang intelijen telah dimulai sejak Perang Dunia II dengan berbagi kode dan informasi intelijen. Kedua negara ini juga menjadi penandatangan Perjanjian Brusa 1943 di Bletchley Park. Setelah Perang Dunia II, persamaan tujuan dalam melawan komunisme mendorong disahkannya Perjanjian Keamanan Britania-Amerika pada tahun 1948. Perjanjian ini diikuti oleh pendirian organisasi SIGNIT yang juga beranggotakan Kanada, Australia, dan Selandia Baru. Kepala stasiun CIA di London juga rutin menghadiri pertemuan mingguan Komite Intelijen Gabungan Britania Raya.[17]

Kerjasama intelijen lainnya adalah Komunitas UKUSA, yang beranggotakan Badan Keamanan Nasional Amerika, Markas Besar Komunikasi Pemerintah Britania, Direktorat Sinyal Pertahanan Australia, dan Badan Kemanan Komunikasi Kanada. Kesemua badan intelijen ini berkolaborasi membentuk sistem pengumpulan intelijen global ECHELON. Di bawah perjanjian bilateral yang dirahasiakan, para anggota UKUSA tidak diperkenankan untuk memata-matai satu sama lain.[18]

Kerjasama ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Amerika Serikat adalah sumber investasi terbesar bagi Britania Raya, begitu juga sebaliknya, Britania menjadi salah satu tujuan utama investor Amerika.[19] Perdagangan di Amerika dirintis dan telah dilakukan oleh Britania sejak menjajah Amerika. Dalam bidang keuangan, hubungan antara Britania dan Amerika dianggap "seimbang"; dalam beberapa tahun terakhir, London secara berkelanjutan telah menarik arus modal secara besar-besaran dari New York, dan kedua kota ini juga berdiri berdampingan sebagai pusat keuangan dunia.[20] Ekspor utama Britania ke Amerika berasal dari sektor penerbangan, kedirgantaraan, bahan kimia, obat-obatan, dan alat berat.[21] Selain itu, sebagai bekas jajahan Britania, ide-ide ekonomi Britania juga berpengaruh terhadap kebijakan ekonomi Amerika Serikat, terutama teori perdagangan bebas Adam Smith dan teori Keynes.[22]

Hubungan pribadi

[sunting | sunting sumber]

Hubungan kedua negara ini sering kali tergantung pada hubungan pribadi antara perdana menteri Britania dan presiden Amerika. Contoh hubungan yang erat ini misalnya kedekatan antara Winston Churchill dan Franklin Roosevelt.[23][24] Sebelum menjadi sekutu pada Perang Dunia II, hubungan antara Britania dengan Amerika agak dingin. Pertemuan Presiden Woodrow Wilson dengan Perdana Menteri David Lloyd George di Paris pada tahun 1919 merupakan kali pertama kedua pemimpin negara ini bertemu sejak Amerika merdeka dari Kerajaan Inggris pada 1776.[25]

Hubungan yang akrab juga dijalin oleh Harold Macmillan (yang juga setengah Amerika seperti Churchill) dengan John F. Kennedy; Jimmy Carter dengan James Callaghan; Ratu Elizabeth II dengan Ronald Reagan; Margaret Thatcher dengan Ronald Reagan; dan terakhir hubungan antara Tony Blair dengan Bill Clinton dan George W. Bush. Hubungan kedua negara ini sempat mendingin saat Dwight D. Eisenhower menentang tindakan Anthony Eden dalam Krisis Suez, dan saat Harold Wilson menolak untuk berpartisipasi dalam Perang Vietnam.[26]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b James, Wither (2006). "An Endangered Partnership: The Anglo-American Defence Relationship in the Early Twenty-first Century". European Security. 15 (1): 47–65. doi:10.1080/09662830600776694. ISSN 0966-2839. 
  2. ^ 'The Anglo-American Arbitration Treaty', The Times (14 January 1897), hlm. 5, col. C, quoting the 'semi-official organ' the North-German Gazette: 'There is, therefore, not the slightest occasion for other States to adopt as their model and example a form of agreement which may, perhaps, be advantage to England and America in their special relationship.'
  3. ^ 'The New American Ambassador', The Times (7 June 1913); hlm. 9, col. C: 'No Ambassador to this or any other nation is similarly honoured ... It is intended to be, we need hardly say, precisely what it is, a unique compliment, a recognition on our part that Great Britain and the United States stand to one another in a special relationship, and that between them some departure from the merely official attitude is most natural.'
  4. ^ 'The Conference and the Far East', The Times (21 November 1921), hlm. 11, col. B, C: 'The answer of the [Japanese] Ambassador [Baron Kato] shows that he and his Government even then [1911] appreciated the special relationship between this country [the United Kingdom] and the United States ... That, probably, the Japanese Government understands now, as clearly as their predecessors understood in 1911 that we could never make war on the United States.'
  5. ^ 'Limit of Navy Economies', The Times (13 March 1923), hlm. 14; col. F: 'After comparing the programmes of Britain, America, and Japan, the First Lord said that so far from importing into our maintenance of the one-Power standard a spirit of keen and jealous competition, we had, on the contrary, interpreted it with a latitude which could only be justified by our desire to avoid provoking competition and by our conception of the special relationship of good will and mutual understanding between ourselves and the United States.'
  6. ^ 'Five Years Of The League', The Times (10 January 1925), hlm. 13, col. C: 'As was well pointed out in our columns yesterday by Professor Muirhead, Great Britain stands in a quite special relationship to that great Republic [the United States].'
  7. ^ 'The Walter Page Fellowships. Mr. Spender's Visit To America., Dominant Impressions', The Times (23 February 1928), hlm. 16, col. B, quoting J. A. Spender: 'The problem for British and Americans was to make their special relationship a good relationship, to be candid and open with each other, and to refrain from the envy and uncharitableness which too often in history had embittered the dealings of kindred peoples.'
  8. ^ Maurice Cowling, The Impact of Hitler: British Politics and British Policy 1933–1940 (Cambridge: University Press, 1974), pp. 77–78.
  9. ^ David Reynolds, '1940: Fulcrum of the Twentieth Century?', International Affairs, Vol. 66, No. 2 (Apr., 1990), hlm. 331.
  10. ^ Dean Acheson, Present at the Creation: My Years in the State Department (New York: W. W. Norton, 1969), hlm. 387.
  11. ^ Reynolds, David (1985). "The Churchill government and the black American troops in Britain during World War II". Transactions of the Royal Historical Society. 35: 113–133. 
  12. ^ "Special relationship". Phrases.org.uk. Diakses tanggal 14 November 2010. 
  13. ^ Eugene Robinson, 'Clinton's Remarks Cause Upper Lips to Twitch', Washington Post (19 October 1993), hlm. a18.
  14. ^ Martin Fletcher and Michael Binyon, 'Special Relationship Struggles to Bridge the Generation Gap—Anglo-American', The Times (22 December 1993).
  15. ^ Andrea Shalal-Esa, 'Update 1-US, 'Britain conduct Nevada nuclear experiment', Reuters News (15 February 2002).
  16. ^ Ian Bruce, 'Britain working with US on new nuclear warheads that will replace Trident force', The Herald (10 April 2006), hlm. 5.
  17. ^ "Why no questions about the CIA?". New Statesman. 2003. 
  18. ^ Bob Drogin and Greg Miller, 'Purported Spy Memo May Add to US Troubles at UN', Los Angeles Times (4 March 2003).
  19. ^ "Country Profiles: United States of America" on UK Foreign & Commonwealth Office website
  20. ^ Irwin Seltzer, 'Britain is not America's economic poodle', The Spectator (30 September 2006), hlm. 36.
  21. ^ 'International Trade – The 51st State?', Midlands Business Insider (1 July 2007).
  22. ^ Seltzer, 'Not America's economic poodle', hlm. 36.
  23. ^ Spencer family
  24. ^ Darryl Lundy. "Rt. Hon. Sir Winston Leonard Spencer Churchill". thePeerage.com. Diakses tanggal 20 December 2007. 
  25. ^ Michael White, Special relationship? Good and bad times, The Guardian (3 March 2009). Retrieved 15 March 2009.
  26. ^ Robert M. Hendershot, Family Spats: Perception, Illusion, and Sentimentality in the Anglo-American Special Relationship (2008)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]