Icaronycteris Rentang waktu: Awal eosen
| |
---|---|
Fosil I. index di Museum Kerajaan Ontario, Kanada | |
Klasifikasi ilmiah | |
Domain: | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | Icaronycteridae (punah)
|
Genus: | Icaronycteris (punah) Jepsen, 1966
|
Spesies | |
Icaronycteris adalah genus kelelawar purba primitif yang hidup di periode Awal Paleogen sekitar 52,2 juta tahun lalu (tepatnya saat kala awal Eosen) dan berhabitat di sekitar wilayah hutan dekat gua-gua Amerika Utara (sekarang Wyoming, Amerika Serikat).
Pada tahun 1966, fosil Icaronycteris yang ditemukan di Formasi Green River, Wyoming dipublikasikan. Fosil itu sangat menakjubkan, karena menunjukkan seluruh bagian tubuh kelelawar purba ini dengan sangat terperinci. Fosil spesimennya itu dimasukkan ke dalam spesies baru yaitu "Icaronycteris index" sebagai yang terlengkap.
Kemudian, ditemukan pula spesimen spesies kedua Icaronycteris di Prancis, dengan nama "Icaronycteris menui", namun terkesan kurang lengkap. Dan yang terakhir pada tahun 2007, spesies lainnya ditemukan di barat India, dengan nama "Icaronycteris sigei", fosil tersebut berupa sisa-sisa gigi Icaronycteris.
Dengan begini, para ahli menduga bahwa Icaronycteris termasuk kelelawar yang cukup berkembang pesat di seluruh belahan benua saat itu, sekaligus menunjukkan bahwa kelelawar ternyata juga merupakan hewan yang sangat aktif dan menyebar di segala tempat. Namun hanya Icaronycteris index yang fosilnya terlengkap, sehingga dugaan ini masih dicurigai. Sebenarnya bukan hanya Icaronycteris yang seperti ini, namun juga kelelawar lain seperti Archaeonycteris dan Palaeochiropteryx.
Nama Icaronycteris diambil dari nama Icarus yaitu anak dari pengrajin Deadalus dalam kepercayaan makhluk mitologi Yunani. Dalam kisahnya, Icarus dan ayahnya melarikan diri dari penjara dengan terbang menggunakan sayap malamnya, namun Icarus terbang terlalu dekat dengan Matahari sehingga ia mati meleleh dan jatuh ke laut dalam. Namun hal ini tidak terlalu terkait dengan kelelawar purba ini.
Icaronycteris merupakan kelelawar primitif dari masa Eosen, sebuah masa setelah dinosaurus menghilang dari muka Bumi dan mamalia cukup berkembang pesat di masa ini. Di sinilah banyak kelompok nenek moyang mamalia bermunculan, salah satunya ialah Icaronycteris sebagai nenek moyangnya kelelawar. Icaronycteris tak terlalu berbeda dengan kelelawar modern. Ukurannya cukup kecil yaitu hanya berkisar 14 cm saja, dan bentang sayap berkisar 37 cm, sedikit lebih besar dibanding telapak tangan manusia dewasa, seperti kelelawar kecil modern.
Kemiripan lainnya muncul dari gaya hidupnya, yaitu Icaronycteris ternyata juga pemburu serangga malam seperti ngengat. Ini terbukti dengan ditemukannya sisa-sisa bekas ngengat yang ikut memfosil di dalam perutnya. Selain itu, Icaronycteris juga bisa terbang dan bergelantung menggunakan kelima jari kaki panjang melengkungnya di langit-langit gua maupun di ranting pohon dekat danau, tempat yang mungkin menjadi tempat favorit Icaronycteris dalam berburu serangga terbang.
Meski begitu, Icaronycteris bisa saja lebih mengerikan dibanding kelelawar modern. Icaronycteris memiliki gigi-gigi tajam mulut yang ternyata lebih banyak dibanding kelelawar modern. Telinganya berukuran sedikit lebih besar untuk ekolokasi dan tubuhnya mempunyai cakar di jari kedua. Kelelawar dan burung modern sama-sama memiliki tubuh yang ramping untuk lebih mendukung dalam hal terbang. Namun, Icaronycteris justru lebih gemuk. Ekor Icaronycteris juga lebih panjang dan tidak terhubung dengan membran sayap dengan kakinya. Membran sayap Icaronycteris hanya menyambung dari kaki ke lengannya.[1]