Icuk Sugiarto | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Informasi pribadi | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Kebangsaan | Indonesia | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lahir | 4 Oktober 1962 Surakarta, Jawa Tengah | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tinggi | 173 cm (5 ft 8 in) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Berat | 70 kg (154 pon) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pegangan | Kanan | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Rekor bertanding | Tunggal putra | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Rekam medali
|
Icuk Sugiarto (lahir 4 Oktober 1962) adalah juara dunia bulu tangkis tahun 1983, yang juga adalah legenda tunggal putra bulu tangkis Indonesia bersama Liem Swie King, Lius Pongoh, Hastomo Arbi, Kartono, dll serta pahlawan bulu tangkis Indonesia pada era 1980-an bersama pemain-pemain bulu tangkis Indonesia yang lainnya. Ia pernah menjadi salah satu staf ahli Menpora pada era SBY-JK (Menpora Adhyaksa Dault).
Icuk dikenal sebagai atlet bulu tangkis yang kerap menjuarai pertandingan baik di dalam maupun luar negeri. Kiprahnya dalam dunia bulu tangkis memuncak pada saat dia memenangkan kejuaraan bulu tangkis tingkat dunia yang telah memberikannya gelar Juara Dunia pada tahun 1983. Teknik-teknik tajam yang dahulu digunakannya pada setiap pertandingan seakan melegenda. Bahkan hingga kini, di usianya yang ke 46, ia masih belum kehilangan kelihaiannya dalam bemain bulu tangkis. Hal ini dibuktikan dengan kepiawaiannya melatih anak didiknya di klub PB Pelita Bakrie.
Suami dari Hj. Nina Yaroh dan ayah dari Natassia Octaviani Sugiarto, Tommy Sugiarto, dan Jauza Fadhilla Sugiarto ini seakan tak dapat dipisahkan dari bulu tangkis. Kendati kariernya menjadi atlet bulu tangkis telah selesai, tetapi dia tetap berjuang dengan segala cara untuk meningkatkan permainan atlet-atlet bulu tangkis Indonesia agar selalu dapat menorehkan prestasi tertinggi pada setiap pertandingannya.
Sebagai pemain kecepatan dan kekuatan, Sugiarto memenangkan medali emas di Kejuaraan Dunia IBF 1983, mengalahkan rekan senegaranya Liem Swie King di final, dan medali perunggu di Kejuaraan Dunia IBF 1987 dan 1989. Ia meraih gelar tunggal di Indonesia (1982, 1986, 1988), Malaysia (1984), Thailand (1984, 1985), Prancis (1988), dan Hong Kong (1988) Terbuka; di Piala Dunia Bulu Tangkis (1985, 1986); dan di Pesta Olahraga Asia Tenggara (tiga kali berturut-turut) pada tahun 1985, 1987, dan 1989. Pada usia sembilan belas tahun, ia berbagi gelar ganda putra Pesta Olahraga Asia 1982 dengan maestro ganda Christian Hadinata. Sugiarto adalah anggota tim juara dunia Piala Thomas (internasional putra) Indonesia tahun 1984.[1]
Icuk terkenal dengan permainan relinya, dengan pukulan lob dan dropshot akurat yang meresahkan dan cukup melelahkan lawan-lawannya, mengandalkan kebugaran dan pertahanannya yang di atas rata-rata.
Ia menikah dengan Nina Yaroh pada tahun 1983 dan mereka dikaruniai tiga orang anak, Natassia Octaviani (1984), Tommy (1988), dan Jauza (1999). Tommy dan Jauza juga merupakan pemain bulutangkis, sedangkan Jauza masih junior, Tommy kini menjadi pemain tunggal putra elite.
Tunggal Putra
Tahun | Tempat | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|
1988 | Seoul National University Gymnasium, Seoul, Korea Selatan | Yang Yang | 4–15, 10–15 | Perak | [2][3] |
Tunggal Putra
Tahun | Tempat | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|
1983 | Brøndbyhallen, Kopenhagen, Denmark | Liem Swie King | 15–8, 12–15, 17–16 | Emas | [4] |
1987 | Capital Indoor Stadium, Beijing, China | Yang Yang | 11–15, 5–15 | Perunggu | [4] |
1989 | Senayan Sports Complex, Jakarta, Indonesia | Yang Yang | 15–13, 7–15, 9–15 | Perunggu | [4] |
Tunggal Putra
Tahun | Tempat | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|
1983 | Stadium Negara, Kuala Lumpur, Malaysia | Han Jian | 6–15, 5–15 | Perunggu | [5] |
1985 | Senayan Sports Complex, Jakarta, Indonesia | Morten Frost | 15–11, 8–15, 15–4 | Emas | [6] |
1986 | Senayan Sports Complex, Jakarta, Indonesia | Morten Frost | 5–15, 15–6, 15–11 | Emas | [7] |
Ganda Putra
Tahun | Tempat | Pasangan | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|---|
1982 | Indraprastha Indoor Stadium, New Delhi, India |
Christian Hadinata | Luan Jin Lin Jiangli |
15–6, 15–8 | Emas | [8] |
Ganda Campuran
Tahun | Tempat | Pasangan | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|---|
1982 | Indraprastha Indoor Stadium, New Delhi, India |
Ruth Damayanti | Christian Hadinata Ivana Lie |
15–3, 8–15, 10–15 | Perak | [8] |
Tunggal Putra
Tahun | Tempat | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|
1985 | Chulalongkorn University Indoor Stadium, Bangkok, Thailand | Eddy Kurniawan | 15–9, 15–6 | Emas | [9] |
1987 | Kuningan Hall, Jakarta, Indonesia | Eddy Kurniawan | 15–13, 0–15, 15–9 | Emas | [10] |
1989 | Stadium Negara, Kuala Lumpur, Malaysia | Eddy Kurniawan | 15–7, 15–10 | Emas | [11] |
Grand Prix Bulu Tangkis Dunia telah disetujui oleh Federasi Bulu Tangkis Internasional dari tahun 1983 hingga 2006.
Tunggal Putra
Tahun | Kejuaraan | Lawan | Skor | Hasil | Ref |
---|---|---|---|---|---|
1982 | Indonesia Terbuka | Lius Pongoh | 15–9, 15–8 | Juara | [12] |
1982 | Swedia Terbuka | Misbun Sidek | 15–9, 14–18, 13–15 | Juara kedua | [13] |
1983 | Taipei Terbuka | Prakash Padukone | 15–10, 15–8 | Juara | [14] |
1983 | English Masters | Jens Peter Nierhoff | 7–15, 12–15 | Juara kedua | [15] |
1983 | Holland Masters | Hastomo Arbi | 15–11, 15–6 | Juara | [16] |
1984 | Thailand Terbuka | Prakash Padukone | 13–15, 15–5, 15–4 | Juara | [17] |
1984 | Malaysia Terbuka | Morten Frost | 15–9, 15–4 | Juara | [18] |
1985 | Thailand Terbuka | Xiong Guobao | 15–6, 15–3 | Juara | [19] |
1986 | Tiongkok Terbuka | Misbun Sidek | 15–13, 15–11 | Juara | [20] |
1986 | Indonesia Terbuka | Sze Yu | 15–6, 15–6 | Juara | [21] |
1986 | Hong Kong Terbuka | Yang Yang | 15–6, 8–15, 6–15 | Juara kedua | [22] |
1986 | Taipei Terbuka | Sze Yu | 15–4, 14–17, 5–15 | Juara kedua | [23] |
1987 | Inggris Terbuka | Morten Frost | 10–15, 0–15 | Juara kedua | [24] |
1987 | Skandinavia Terbuka | Yang Yang | Walkover | Juara kedua | [25] |
1988 | Indonesia Terbuka | Lius Pongoh | 15–6, 15–4 | Juara | [26] |
1988 | Taipei Terbuka | Lius Pongoh | 15–8, 15–11 | Juara | [27] |
1988 | Prancis Terbuka | Morten Frost | 15–10, 6–15, 15–2 | Juara | [28] |
1988 | Hong Kong Terbuka | Yang Yang | 7–15, 15–1, 15–11 | Juara | [29] |
1988 | Belanda Terbuka | Jens Peter Nierhoff | 11–15, 15–9, 4–15 | Juara kedua | [30] |