Doktrin Imamah dalam Ismailiyah berbeda dengan Dua Belas Imam karena Ismailiyah memiliki Imam yang masih hidup selama berabad-abad setelah Imam Dua Belas terakhir pergi bersembunyi. Mereka mengikuti Isma'il bin Ja'far, kakak laki-laki Musa al-Kadhim, sebagai Imam yang sah setelah ayahnya, Ja'far al-Sadiq.[1] Ismailiyah percaya bahwa terlepas dari apakah Imam Ismail meninggal atau tidak sebelum Imam Ja'far, ia telah mewariskan jubah imamah kepada putranya Muhammad bin Isma'il sebagai imam berikutnya.[2]
Makarem, Sami N., ed. (1977). The Political Doctrine of the Ismāʿīlīs: The Imamate. An edition and translation with introduction and notes of Abu'l Fawaris Ahmad ibn Ya'qub's 'ar-Risala fi l-Imama'. Delmar, New York: Caravan Books.
Stern, S. M. (1951). "The Succession to the Fatimid Imam al-Āmir, the Claims of the Later Fatimids to the Imamate, and the Rise of Ṭayyibī Ismailism". Oriens. 4 (2): 193–255. doi:10.2307/1579511. JSTOR1579511.