India | |
---|---|
Tanggal mulai program nuklir | 1967 |
Uji coba senjata nuklir pertama | 18 Mei 1974 a |
Uji coba senjata fusi pertama | 11 Mei 1998 b |
Uji coba terakhir | 13 Mei 1998 |
Uji coba hasil terbesar | 45 kT; memperkecil model 200kT c |
Jumlah uji coba hingga saat ini | 6 |
Cadangan puncak | 130-140 d |
Cadangan saat ini | 130-140 d |
Jelajah rudal maksimum | 8.000 km e (Agni-V) |
Pendukung NPT | Tidak |
Senjata pemusnah massal |
---|
Menurut jenis |
Menurut negara |
|
Proliferasi |
Traktat |
India telah mengembangkan dan memiliki senjata pemusnah massal dalam bentuk senjata nuklir. Meskipun India belum membuat pernyataan resmi tentang ukuran arsenal nuklirnya, perkiraan terbaru menunjukkan bahwa India memiliki 130-140 senjata nuklir[3] dan telah menghasilkan plutonium tingkat senjata yang cukup untuk membuat hingga 150-200 senjata nuklir.[9] Pada tahun 1999, India diperkirakan memiliki 800 kg plutonium tingkat reaktor yang terpisah, dengan jumlah total 8.300 kg plutonium sipil, cukup untuk sekitar 1.000 senjata nuklir.[10][11]
India adalah anggota dari tiga rezim kontrol ekspor multilateral yakni Rezim Kontrol Teknologi Rudal, Perjanjian Wassenaar, dan Kelompok Australia. India telah menandatangani dan meratifikasi Konvensi Senjata Biologi dan Konvensi Senjata Kimia. India juga merupakan negara yang menandatangani Kode Etik Den Haag. India tidak menandatangani Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir maupun Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, dengan mempertimbangkan keduanya cacat dan diskriminatif.[12] India sebelumnya memiliki senjata kimia, tetapi secara sukarela memusnahkan seluruh cadangannya pada tahun 2009; salah satu dari tujuh negara yang memenuhi perpanjangan tenggat waktu OPCW.[13]
India mempertahankan kebijakan "tidak menjadi negara pertama yang menggunakan" senjata nuklir dan telah mengembangkan kemampuan tritunggal nuklir sebagai bagian dari doktrin penangkisan minimum kredibel".[14][15]
India memiliki infrastruktur bioteknologi yang mencakup berbagai fasilitas produksi farmasi dan laboratorium biokontaimen (termasuk BSL-3 dan BSL-4) untuk bekerja dengan patogen mematikan. India juga memiliki ilmuwan dengan keahlian dalam penyakit menular. Beberapa fasilitas India digunakan untuk mendukung penelitian dan pengembangan untuk tujuan pertahanan senjata biologis (BW). India telah meratifikasi Konvensi Senjata Biologi (BWC) dan berjanji untuk mematuhi kewajibannya. Tidak ada bukti yang jelas, langsung atau tidak langsung, yang secara langsung menunjuk pada sebuah program BW yang ofensif. India memang memiliki kemampuan dan infrastruktur ilmiah untuk meluncurkan program BW ofensif. Dalam hal pengiriman, India juga memiliki kemampuan untuk memproduksi aerosol dan memiliki banyak sistem pengiriman potensial mulai dari penabur tanaman hingga rudal balistik canggih.[16]
Tidak ada informasi dalam ranah publik yang menunjukkan minat oleh pemerintah India dalam pengiriman agen biologis dengan cara ini atau cara lainnya. Untuk menegaskan kembali poin yang terakhir, pada Oktober 2002, Presiden India saat itu, A. P. J. Abdul Kalam menyatakan bahwa "India tidak akan membuat senjata biologis. Ini kejam bagi umat manusia".[16]
[…] These include a modest arsenal, nuclear-capable aircraft and missiles, both in fixed underground silos as well as […] mounted on mobile rail and road-based platforms. These land-based missiles include both Agni-II (1,500 km) as well as Agni-III (2,500 km) missiles. The range and accuracy of further versions – for example, Agni V (5,000 km), which was tested successfully only recently – will improve with the acquisition of further technological capability and experience