Injil orang Nasrani adalah nama hipotesis yang digunakan beberapa sarjana untuk membedakan beberapa perujukan maupun kutipan dari injil-injil Kristen-Yahudi nonkanonis yang terlestarikan di dalam karya-karya tulis para Bapa Gereja dari kutipan-kutipan lain yang diyakini berasal dari injil-injil selebihnya.
Bagian dari seri |
Apokrifa Perjanjian Baru |
---|
Portal Kristen |
Kebanyakan sarjana pada abad ke-20 mengidentifikasi Injil orang Nasrani sebagai injil yang berbeda dari Injil orang Ibrani dan Injil orang Ebioni.[1]
"Nasiri" (orang Nazaret) adalah istilah yang disandangkan kepada Yesus (Matius 2:23), sementara istilah "sekte orang Nasrani" pertama kali digunakan Tertulus (Kisah Para Rasul 24:5). Sesudah dicetuskan Tertulus, istilah tersebut tidak lagi mengemuka, selain dari rujukan yang tidak begitu jelas di dalam Onomastikon karangan Esebius. Pada abad ke-4, muncul suatu istilah yang mirip dengannya, "orang Nasorani", di dalam Panarion karangan Epifanius.[2]
Istilah ini dipakai untuk menyebut sekte Yahudi yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Sesudah merambat ke lingkungan bangsa lain, sekte ini dikenal dengan sebutan "Kristen".[3]
Pada abad ke-4, orang Nasrani pada umumnya dianggap sebagai umat Kristen perdana yang menaati hukum Musa di bawah pimpinan Yakobus Sadik, saudara Yesus. Ia memimpin Gereja dari Yerusalem, dan menurut 1 Korintus 15:7, Yesus menampakkan diri secara khusus kepadanya sesudah bangkit dari kematian, barulah “kemudian menampakkan diri kepada semua rasul”.[4]
Sehubungan dengan asal-usulnya, Hieronimus meriwayatkan bahwa orang Nasrani percaya kalau Injil orang Ibrani yang ia terima sewaktu berada di Khalkis ditulis oleh Matius Penginjil. Di dalam risalahnya, Ihwal Orang-Orang Ternama, Hieronimus menjelaskan bahwa Matius, alias Lewi, menyusun sebuah injil mengenai Kristus, yang terbit perdana di Yudea dalam aksaran Ibrani untuk kepentingan orang-orang bersunat yang beriman (Ihwal Orang-Orang Ternama, 2). Selain itu, di dalam risalah Ulasan Injil Matius, Hieronimus menyinggung keberadaan Injil orang Nasrani dan Injil orang Ibrani.
Epifanius juga berpendapat sama. Di dalam risalahnya, Panarion, ia mengemukakan bahwa di antara penulis-penulis Perjanjian Baru, hanya Matius yang menjabarkan dan mewartakan injil di dalam bahasa Ibrani: "Karena sesungguhnya, Matius sajalah dari antara penulis-penulis Perjanjian Baru yang menjabarkan dan mewartakan Injil di dalam bahasa Ibrani dengan menggunakan aksara Ibrani."[5]
Origenes menambahkan bahwa di antara keempat injil, Matius, mantan pemungut cukai yang kemudian hari menjadi salah seorang rasul Yesus Kristus, pertama-tama menyusun injil untuk orang-orang Kristen baru yang berlatar belakang agama Yahudi, ditulis dalam bahasa Ibrani.[6]
Terjemahan-terjemahan daring Injil Matius: