Kacang bogor | |
---|---|
Kacang bogor, Vigna subterranea dari Pasar Semplak Kapuk, Bogor | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | Plantae |
Klad: | Tracheophyta |
Klad: | Angiospermae |
Klad: | Eudikotil |
Klad: | Rosid |
Ordo: | Fabales |
Famili: | Fabaceae |
Subfamili: | Faboideae |
Genus: | Vigna |
Spesies: | V. subterranea
|
Nama binomial | |
Vigna subterranea | |
Sinonim | |
Sumber: The Plant List[4] |
Kacang bogor (Vigna subterranea (L.) Verdc. syn. Voandzeia subterranea (L.) Thouars) adalah jenis kacang-kacangan budi daya yang kurang populer. Nama ini diberikan karena banyak dijajakan di kota Bogor, Jawa Barat. Tumbuhan ini diperkenalkan ke Indonesia pada awal abad ke-20 sebagai sumber protein baru namun kurang populer karena produksinya yang rendah, sehingga sekarang dianggap sebagai makanan sampingan/camilan. Kacang bogor berasal dari daerah Afrika Tropis, tetapi kini telah menyebar ke berbagai kawasan tropika yang lain.
Tanaman ini ini tergolong tanaman legum (berbuah polong) dan dikenal tahan keterbatasan hara tanah. Buahnya bersifat seperti kacang tanah, yaitu masuk ke bawah permukaan tanah untuk pemasakannya.
Tanaman kacang bogor merupakan terna semusim dengan cabang-cabang lateral yang menjalar di permukaan tanah. Tanaman ini memiliki daun majemuk dengan tiga anak daun yang berbentuk agak elips. Tangkai daun panjang, tumbuh tegak, dan sedikit berbulu.
Bunga kacang bogor termasuk bunga tipe kupu-kupu. Bunga muncul dari ketiak daun dan tumbuh menyebar. Mahkota bunga berwarna kuning muda, kuning tua kemerah-merahan, dan ada pula yang berwarna merah gelap. Ukuran bunga kecil, kurang dari satu sentimeter, panjang tangkai bunga tidak lebih dari 1,5 cm. Setelah terjadi penyerbukan tangkai bunga memanjang dan mendorong bakal buah yang berkembang menjadi buah ke dalam tanah.
Buah bertipe polong. Polongnya membulat, berkerut-kerut, dengan panjang 1–1,5 cm. Satu polong biasanya berisi satu biji, kadang-kadang dua. bijinya membulat, halus, dan keras jika telah masak dan kering. Warna biji krem, hitam, cokelat, merah, atau bertutul-tutul.
Periode perkembangan polong paling lama 30 hari setelah terjadi penyerbukan. Periode perkembangan polong paling lama 30 hari setelah terjadi penyerbukan. Polong yang masak atau tua, dalam keadaan segar berwarna putih dan halus, tetapi jika kering, berubah menjadi kecokelat-cokelatan dan berkerut. Polong berisi 1–2 biji dengan bentuk agak bulat, licin, dan keras. Warna kulit biji bervariasi yaitu putih, krem, cokelat, ungu, dan hitam.
Sebagaimana legum lain, tanaman ini bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen bebas, dengan membentuk bintil-bintil akar berisi bakteri.
Kebutuhan iklim kacang bogor sama dengan kacang tanah, menyukai banyak hujan dan sinar matahari tetapi lebih toleran kondisi rendah hara dan kekurangan air. Tanaman ini kurang tanggap terhadap pemupukan nitrogen karena mampu memanfaatkan nitrogen dari bakteri pengikat N udara.
Kacang bogor ideal ditanam pada tanah berjenis lempung pasir dengan pH 5,0–6,5, ketinggian antara 1600–2000 meter di atas permukaan laut, dan memiliki suhu udara antara 19–28 derajat Celcius dengan penyinaran matahari langsung. Curah hujan yang diharapkan adalah antara 500–3500 mm per tahun.
Bogor adalah sentra pertama tanaman kacang bogor yang kemudian perkembangannya menyebar ke berbagai daerah seperti Sukabumi, Bandung, NTT, NTB, Lampung, Pati, dan Kudus.[5]
Kacang bogor umumnya tahan terhadap serangan penyakit maupun hama. Namun ada beberapa penyakit serta hama yang dapat merusak tanaman ini.
Hama utama kacang[6] bogor adalah:
Penyakit utama kacang bogor[6] adalah:
Kacang bogor kering mengandung 16–21% protein, 50–60% karbohidrat dan 4,5–6,5 % lemak, serta mengandung kalsium, fosfor, zat besi, dan vitamin B1. Kandungan karbohidrat yang tinggi menyebabkan kacang bogor bisa menjadi alternatif pangan dalam program diversifikasi pangan. Selain itu kacang bogor juga memiliki manfaat dalam konservasi tanah, penyediaan bahan industri maupun penyediaan pakan ternak.
Kandungan gizi dan nutrisi kacang bogor per 100 gram:[7]