Kampanye Militer Zhejiang-Jiangxi | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang Tiongkok-Jepang Kedua | |||||||
Seorang prajurit Jepang dengan granat seukuran 50mm pada saat Kampanye Militer Zhejiang-Jiangxi, 30 Mei 1942. | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Tentara Revolusioner Nasional, China | Angkatan Darat Kekaisaran Jepang, Jepang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Huang Baitao | Shunroku Hata | ||||||
Kekuatan | |||||||
300,000 | 180,000 | ||||||
Korban | |||||||
70,000 250,000 civilians[1] | 36,000[1] |
Kampanye Militer Zhejiang-Jiangxi (Jepang: 浙贛作戦, Hanzi sederhana: 浙赣战役; Hanzi tradisional: 浙赣戰役; Pinyin: zheganzhanyi), yang juga dikenal sebagai Operasi Sei-go, merujuk kepada sebuah kampanye yang dilakukan oleh Tentara Ekspedisioner China dari Angkatan Darat Kekaisaran Jepang di bawah komando Shunroku Hata dan Pasukan Tiongkok Wilayah Perang ke-3 di bawah komando Gu Zhutong di provinsi China Zhejiang dan Jiangxi dari pertengahan Mei sampai awal September 1942.
Pada 18 April 1942, Amerika Serikat meluncurkan Penyerbuan Doolittle, sebuah serangan yang dilakukan oleh pesawat peledak B-25 Mitchell dari USS Hornet di Tokyo, Nagoya, dan Yokohama. Rencara aslinya untuk peawat tersebut adalah untuk mengebom Jepang dan lahan di pangkalan udara di wilayah China yang belum diduduki. Karena penyerbutan tersebut diluncurkan sebelum perencanaan, kebanyakan pesawat terbang tanpa bahan bakar yang mencukupi dan mendarat jatuh di provinsi Tiongkok Zhejiang dan Jiangxi.
Enam puluh empat pasukan udara Amerika terjun ke wilayah di sekitaran Zhejiang. Kebanyakan pasukan diberi perlindungan oleh warga sipil Tiongkok namun delapan pasukan Amerika ditangkap oleh pasukan penjaga Jepang; tiga diantaranya ditembak setelah pengadilan terbuka atas tuduhan 'kejahatan melawan kemanusiaan'.[2]