Kandake, kadake atau kentake, sering kali dilatinisasi menjadi Candace, adalah istilah dalam bahasa Meroitik yang berarti "ratu" atau mungkin "perempuan kerajaan". Sumber-sumber Yunani dan Romawi pada masa itu menganggap istilah ini sebagai sebuah gelar. Beberapa ratu penguasa Kerajaan Kush yang beribu kota di Meroë memiliki gelar ini, walaupun gelar ini mungkin juga merupakan gelar untuk perempuan dari keluarga kerajaan.
Ukiran yang berasal dari sekitar tahun 170 SM menggambarkan Kentake Shanakdakheto yang mengenakan baju berperisai dan sedang memegang tombak dalam pertempuran. Ia tidak berkuasa sebagai istri raja atau ibu raja, tetapi sebagai penguasa yang independen. Ukiran-ukiran di reruntuhan bangunan yang didirikan oleh Shanakdakheto menggambarkan dirinya dan juga dirinya bersama dengan suami dan anak laki-lakinya, yang akan mewarisi tahta setelah kematiannya.
Plinius menulis bahwa "Ratu Etiopia" memiliki gelar Candace, dan mengindikasikan bahwa Etiopia telah menaklukkan Suriah kuno dan Mediterania.[1]
Pada tahun 25 SM, seperti yang dilaporkan oleh Strabo, Kandake Amanirenas menyerang kota Syene (kini Aswan) yang sudah menjadi wilayah Kekaisaran Romawi. Sebagai balasan, Kaisar Augustus memerintahkan penghancuran kota Napata.[2][3]
Terdapat empat ratu Afrika yang dikenal dengan gelar "Candace" pada masa Yunani-Romawi: Amanishakhete, Amanirenas, Nawidemak, dan Malegereabar.
Istilah ini juga digunakan dalam Perjanjian Baru pada Kisah Para Rasul 8:27 ketika seorang bendahara "Kandake, ratu Etiopia" baru kembali dari perjalanan ke Yerusalem untuk bertemu dengan Filipus:[4]
Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah.[5]