Kapal penjelajah Jepang Jintsū

Jintsū, pada 1924
Sejarah
Kekaisaran Jepang
Nama Jintsū
Asal nama Sungai Jinzū
Dipesan 1920 (Tahun Fiskal)
Pembangun Kawasaki Shipyards
Pasang lunas 4 Agustus 1922
Diluncurkan 8 Desember 1923
Mulai berlayar 31 Juli 1925[1]
Dicoret 10 September 1943
Nasib Tenggelam pada 13 Juli 1943 oleh kapal penjelajah Sekutu saat Pertempuran Kolombangara di Kepulauan Solomon 07°38′S 157°06′E / 7.633°S 157.100°E / -7.633; 157.100.
Ciri-ciri umum
Kelas dan jenis Kapal penjelajah kelas-Sendai
Berat benaman 5195 tons (standar)
Panjang 152,4 m (500 ft)
Lebar 14,2 m (47 ft)
Daya muat 3,9 m (13 ft)
Tenaga 90.000 shp (67.000 kW)
Pendorong
  • Turbin bergir Parsons
  • 4 poros
  • 10 pendidih Kampon
Kecepatan 35,3 knot (65,4 km/h)
Jangkauan 5.000 mil laut (9.300 km) pada 14 knot (26 km/h)
Awak kapal 452 orang
Senjata

Inisial:

Final:

Pelindung
  • Sabuk: 64 mm (2,5 in)
  • Geladak: 20 mm (0,79 in)
  • Pesawat yang
    diangkut
    1 x Pesawat apung
    Fasilitas penerbangan 1x Ketapel pesawat terbang

    Jintsū (神通) adalah kapal kedua dari tiga kapal dalam kapal penjelajah kelas-Sendaidi Angkatan Laut Kekaisaran Jepang (IJN). Namanya berasal dari nama Sungai Jinzū di Gifu dan Toyama (sekitarJepang tengah).[2] Ia aktif dalam Perang Dunia II dalam berbagai kampanye termasuk invasi Jepang ke Filipina, Pertempuran Laut Jawa, dan Pertempuran Midway. Pada 13 Juli 1943 dalam Pertempuran Kolombangara, dia ketahuan saat malam hari menyerang kapal-kapal Amerika dan tenggelam dalam pertempuran.

    Latar belakang

    [sunting | sunting sumber]

    Kapal kelas Sendai merupakan bagian dari program Armada Delapan-Delapan, dengan empat dari delapan direncanakan kapal disahkan pada tahun 1921. Namun, karena Washington Naval Treaty, empat kapal tidak jadi dibangun, sehingga Angkatan laut Jepang memutuskan untuk berfokus pada pembangunan kapal penjelajah berat.[3] Jintsū, seperti kapal-kapal lain di kelasnya, dimaksudkan untuk digunakan sebagai kapal pemimpin dari armada kapal perusak.

    Kapal kelas Sendai merupakan pengembangan dari kelas kapal penjelajah kelas sebelumnya (kelas-Nagara) 5500 ton, pada dasarnya mereka memiliki desain lambung, mesin dan persenjataan yang sama saja. Namun, mereka pendidih mereka diletakkan dengan lebih baik, dan mereka mempunyai empat corong (bukan tiga), sehingga mereka dapat mencapai 35 knot (65 km/h; 40 mph). Sendai dan Jintsū dapat dilihat dari haluan mereka yang agak miring; Naka yang selesai nantinya, memiliki haluan yang sama untuk heavy cruiser desain kemudian di bawah konstruksi.

    Korban selamat dari Jintsū yang menumpang di USS Nicholas.

    Referensi

    [sunting | sunting sumber]

    Catatan kaki

    [sunting | sunting sumber]
    1. ^ Lacroix, Japanese Cruisers, p. 794
    2. ^ Jentsura, Hansgeorg (1976). Warships of the Imperial Japanese Navy, 1869–1945. Annapolis, MD: Naval Institute Press. ISBN 0-87021-893-X. 
    3. ^ Stille, Imperial Japanese Navy Light Cruisers 1941–45 , page 27–30;

    Pranala luar

    [sunting | sunting sumber]