Bagian dari seri tentang |
Buddhisme |
---|
Kebajikan, jasa, atau jasa kebajikan (Pali: puñña; Sanskerta: puṇya) adalah konsep yang dianggap mendasar bagi etika Buddhis. Kebajikan merujuk pada berbagai perbuatan baik (kusala-kamma) melalui pikiran, ucapan, dan jasmani sesuai Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Dalam aliran Theravāda, kebajikan didasarkan pada kerangka "sepuluh landasan kebajikan" (Pāli: dasa-puñña-kiriya-vatthu) dan "sepuluh jalan perbuatan baik" (Pāli: kusalakammapatha). Kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nibbāna, alih-alih keuntungan duniawi, terakumulasi menjadi paramita atau kesempurnaan (Pāli: pāramī; Sanskerta: pāramitā).
Dalam aliran Mahāyāna, kebajikan didasarkan pada "sepuluh jalan Bodhisatwa mencegah penderitaan dari semua buah karma buruk."
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Theravāda |
---|
Buddhisme |
Dalam kitab komentar untuk kitab Vibhaṅga dalam Abhidhamma Piṭaka, kebajikan didefinisikan sebagai berikut:[1][2]
Tattha punāti attano kārakaṁ, pūreti cassa ajjhāsayaṁ, pujjañca bhavaṁ nibbattetīti puñño. |
Sehubungan dengan hal itu, disebut sebagai kebajikan karena membersihkan pelakunya sendiri, memenuhi kecenderungannya, dan menghasilkan kelahiran yang terhormat. |
—VibhA 142 |
Terdapat tiga poin utama, yaitu:
Dalam kitab-kitab Theravāda, terdapat enam pengerahan usaha untuk melakukan kebajikan (puññāyūhana):
"Sepuluh landasan kebajikan" (Pāli: dasa-puñña-kiriya-vatthu) didasarkan pada Puññakiriyavatthu Sutta (Aṅguttara Nikāya 8.36):[1]
Sepuluh landasan kebajikan tersebut juga sering dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dāna (derma), sīla (moralitas atau akhlak), dan bhāvanā (pengembangan batin) dengan skema berikut ini:[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui bederma (dāna) merujuk kepada kehendak (cetanā) yang muncul di arus batin pada tiga waktu:[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui akhlak (sīla-mayaṁ puññakiriyavatthu) mencakup kemunculan kehendak (cetanā) di tiga waktu (sebelum, pada saat, dan sesudah) yang menjadi satu pada saat seseorang mengamalkan lima, delapan, atau sepuluh sīla.[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui meditasi (bhāvanā-mayaṁ puññakiriyavatthu) adalah kehendak (cetanā) yang muncul di arus batin seseorang yang bermeditasi untuk merealisasi bahwa mata, telinga, batin, kesadaran indrawi, kesadaran batin, kontak-kontak indra, objek-objek indra, perasaan yang muncul, persepsi atas objek indra, usia tua, dan kematian memiliki karakteristik ketidakkekalan (anicca), ketidakpuasan (dukkha), dan tanpa-diri (anatta).[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui rasa hormat (apaciti-sahagata) dapat dilakukan dengan membantu seseorang yang lebih tua atau bhikkhu yang lebih senior dalam melakukan aktivitasnya.[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui pelayanan (veyyāvacca-sahagata) dapat dilakukan dengan melayani para bhikkhu dengan penuh tanggung jawab, membawakan mangkuk makanan seorang bhikkhu, dan melayani persembahan Dhamma.[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui persembahan kebajikan atau pelimpahan jasa yang telah diperoleh (pattānuppadāna atau pattidāna) dapat dilakukan dengan mempersembahkan kebajikan yang sudah dilakukan untuk orang yang sudah meninggal dengan mengatakan, "Semoga kebajikan ini melimpah kepada si A", "Saya membagian kebajikan ini untuk si A", atau dipersembahkan untuk semua makhluk dengan berkata, "Semoga kebajikan ini melimpah kepada semua makhluk."[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui ungkapan kebahagiaan atas kebajikan yang telah dilakukan (abbhanumodanā atau pattanumodanā) dapat dilakukan pada saat seseorang memberikan ucapan terima kasih dengan mengucapkan, "sādhu sādhu" sebagai apresiasi atau ungkapan rasa bahagia kepada mereka yang telah membagikan kebajikannya atau diberikan ketika mereka sedang melakukan kebajikan.[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui mengajarkan Dhamma (desanā-mayaṁ puññakiriyavatthu) adalah ketika seseorang telah hapal Dhamma (paguṇadhamma) dan mengajarkannya dengan menjadikan pencapaian Nibbāna sebagai tujuan tertinggi, bukan dengan motivasi ingin mendapatkan keuntungan pribadi.[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui mendengarkan Dhamma (dhammasavana-mayaṁ puññakiriyavatthu) ada dua jenis:[1]
Landasan kebajikan yang dibuat melalui meluruskan pandangan (diṭṭhijukammaṁ puññakiriyavatthu) adalah memperbaiki opini atau pandangan pribadi yang masih kurang baik. Buddha telah mengajarkan tentang 62 jenis pandangan salah yang patut diluruskan.[1]
Buddha juga mengenalkan kerangka "sepuluh jalan perbuatan baik" (Pāli: kusalakammapatha) untuk melakukan kebajikan. Kerangka tersebut didasarkan pada tiga pintu, yaitu pintu-tubuh, pintu-ucapan, dan pintu-mental, sebagai berikut:[1]
Kebajikan yang diaspirasikan untuk pencapaian Nirwana, alih-alih keuntungan duniawi, terakumulasi menjadi paramita (Pāli: pāramī). Paramita (pāramī) berbeda dari kebajikan (puñña) dalam arti apabila menghasilkan kelahiran kembali, maka kebajikan yang akan melahirkan makhluk di alam-alam tertentu. Kebajikan tidak akan bisa membuat suatu makhluk keluar dari samsara karena kebajikan berbuah di dalam samsara. Kebajikan mengendorkan ikatan suatu makhluk di samsara, tidak melepaskannya. Dengan kebajikan, seseorang mendapatkan kehidupan yang baik sehingga mempermudah seseorang untuk belajar (pariyatti) dan berlatih meditasi (paṭipatti). Namun, untuk keluar dari saṃsāra, dibutuhkan paramita atau pāramī. Paramita membantu penembusan Empat Kebenaran Mulia (paṭivedha) dan pencapaian Nibbāna.[2]
Bagian dari seri tentang |
Buddhisme Mahāyāna |
---|
Dalam aliran Mahāyāna, kebajikan didasarkan pada sepuluh jalan Bodhisatwa mencegah “penderitaan dari semua buah karma buruk”. Sepuluh jalan tersebut adalah: