Pada abad ke-17, kegiatan misionaris di Asia dan Amerika bertumbuh kuat, mengakar, dan mengembangkan lembaga-lembaganya, meskipun menghadapi pemberontakan kuat di Jepang. Pada saat yang sama, kolonisasi Kristen di beberapa kawasan di luar Eropa meraih kesuksesan, yang digerakkan oleh alasan ekonomi serta keagamaan. Para pedagang Kristen sangat terlibat dalam perdagangan budak Atlantik, yang memiliki dampak pengiriman orang-orang Afrika ke komunitas Kristen. Sebuah perang lahan antara Kristen dan Islam berlanjut, dalam bentuk kampanye-kampanye Kekaisaran Habsburg dan Kekaisaran Utsmaniyah di Balkan, sebuah titik balik yang terjadi di Wina pada 1683. Ketsaran Rusia, dimana Gereja Ortodoks menjadi agama negara, meluas ke kawasan selatan sampai Siberia dan Asia Selatan, kawasan-kawasan Islam dan shamanistik, dan juga kawasan selatan di Ukraina, dimana Gereja-Gereja Katolik Timur berkembang.
Terdapat sejumlah besar kesusastraan Kristen yang diterbitkan, terutama karya kontroversial dan milenial selain juga sejarah dan pembelajaran. Hagiografi menjadi lebih kritis dengan Bollandis, dan sejarah gerejawi menjadi makin berkembang dan diperdebatkan, dengan para cendekiawan Katolik seperti Baronius dan Jean Mabillon, dan Protestan seperti David Blondel menaungi pembelajaran. Seni Kristen Barok dan musik yang muncul dari bentuk-bentuk gereja mempengaruhi para artis awam memakai ekspresi dan tema sekuler. Syair dan drama sering mengutip Alkitab dan materi keagamaan, contohnya Paradise Lost karya John Milton.