Kemang

Kemang
Pohon kemang,
Ragajaya, Bojonggede, Bogor, Jawa Barat.
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo: Sapindales
Famili: Anacardiaceae
Genus: Mangifera
Spesies:
M. kemanga
Nama binomial
Mangifera kemanga
Blume, 1850
Lihat pula: Kawasan Kemang di Jakarta.

Kemang adalah pohon buah sejenis mangga dengan bau yang harum menusuk dan rasa yang masam manis. Pohon ini berkerabat dekat dan sering kali dianggap sama dengan binjai. Akan tetapi beberapa pakar menyarankan untuk memisahkannya dalam jenis tersendiri, Mangifera kemanga.[1]

Kemang juga dikenal dengan nama lain seperti palong (bahasa Kutai, Kaltim), dan binjai (Komering).

Pemerian botanis

[sunting | sunting sumber]
Buah kemang dan bijinya

Pohon dan buah kemang pada dasarnya memiliki ciri-ciri serupa dengan binjai, dengan beberapa perbedaan.

Perbedaan-perbedaan itu di antaranya, helaian daun kemang hampir duduk (tanpa atau bertangkai amat pendek), tepi daun di pangkal menyempit dan melanjut. Malai bunga kemang lebih panjang (hingga sekitar 75 cm), lebih renggang, dan berisi lebih sedikit kuntum bunga. Buah kemang yang masak cokelat agak hijau kusam, berbincul di pangkalnya. Tak seperti binjai, buah kemang yang muda dapat dimakan, meski amat masam rasanya.[1]

Kegunaan dan penyebaran

[sunting | sunting sumber]
Daun dan pucuk kemang

Sebagaimana binjai, kemang terutama ditanam untuk buahnya, yang biasa dimakan segar setelah buah itu masak atau dijadikan campuran es. Buah kemang juga biasa dijadikan sari buah. Buah kemang yang muda disukai untuk bahan rujak. Demikian pula bijinya, yang dalam keadaan segar diiris-iris dan dimakan setelah dibumbui serta ditambah kecap. Daun kemang yang masih muda (kuncup) digunakan untuk lalap dan kerap dihidangkan di rumah-makan Sunda.[1]

Kemang menyebar secara alami di Sumatra dan Kalimantan. Sementara di Pulau Jawa dan Pulau Bali.[2] Kemang merupakan tanaman budidaya. Kemang juga tumbuh menyebar di Semenanjung Malaya. Sementara budidayanya di Pulau Jawa ditemukan di Jawa Barat sekitar Bogor. Tumbuhan ini terutama menyebar di dataran rendah di bawah 400 m, jarang hingga 800 m dpl. Jenis ini tahan terhadap penggenangan, dan sering kali didapati tumbuh dekat tepi sungai.[butuh rujukan]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2. Hal. 261.
  2. ^ Gunawan, H., dkk. (2019). Partomiharjo, Tukirin, ed. 100 Spesies Pohon Nusantara: Target Konservasi Ex Situ Taman Keanekaragaman Hayati (PDF). Bogor: IPB Press. hlm. 152. ISBN 978-602-440-771-1. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]