31°41′47″N 34°57′26″E / 31.69639°N 34.95722°E
Nama alternatif | Elah fortress |
---|---|
Koordinat | 31°41′47″N 34°57′27″E / 31.6963°N 34.9575°E |
Sejarah | |
Didirikan | Abad ke-10 SM |
Periode | Zaman Besi, Helenistik |
Catatan situs | |
Tanggal ditemukan | 2007 – |
Arkeolog | Yosef Garfinkel, Saar Ganor |
Kondisi | reruntuhan |
Situs web | Khirbet Qeiyafa Archaeological Project |
Khirbet Qeiyafa (Benteng Ela; Elah Fortress) adalah situs kota kuno dengan pemandangan Lembah Ela.[1] Reruntuhan benteng di sana ditemukan pada tahun 2007,[2] dekat kota Israel Beit Shemesh, 20 mil (32 km) dari Yerusalem.[3] Mencakup tanah seluas hampir 6 acre (2.4 ha) dan dikelilingi oleh tembok kota sepanjang 700 meter (2.300 kaki) yang dibangun dari batu yang masing-masing beratnya mencapai delapan ton.[4] Sejumlah arkeolog berpendapat bahwa ini merupakan kota kuno Saaraim atau Neta'im yang tercatat dalam Alkitab[5] dan kemungkinan menyimpan reruntuhan istana raja Daud.[6][7]
Nama Arab situs ini, Khirbet Qeiyafa, tidak jelas artinya. Ada sarjana yang berpendapat maknanya adalah "tempat dengan pemandangan luas."[8] Nama Ibrani modern, Elah Fortress ("Benteng Ela"), diturunkan dari lokasi situs ini yang terletak di tepian utara Nahal Elah, satu dari enam sungai kecil yang mengalir dari pegunungan Yudea ke arah dataran pantai.[8]
Benteng Ela terletak sedikit di dalam tebing utara-selatan dari pegunungan yang memisahkan Filistia dan Gat di sebelah barat dari Yudea di sebelah timur. Tebing ini juga merupakan lokasi yang diidentifikasi Tel Azeka.[9]
Situs Khirbet Qeiyafa mulai disurvei pada tahun 1860-an oleh Victor Guérin yang melaporkan adanya suatu desa di atas bukit. Pada tahun 1875, surveyor dari Britania Raya mencatat hanya ada tumpukan batu. Pada tahun 1932, Dimitri Baramki, melaporkan pada situs ini terdapat bekas menara penjagaan seluas 35 meter persegi (380 sq ft) yang dikaitkan dengan Khirbet Quleidiya (Horvat Qolad), 200 meter (660 ft) di sebelah timur.[8] Situs ini diabaikan pada abad ke-20 dan tidak disebut-sebut oleh para sarjana terkemuka.[2] Yehuda Dagan melakukan survei teliti pada tahun 1990-an dan mendokumentasikan reruntuhan yang tampak.[8] Akhirnya lokasi ini menarik perhatian pada tahun 2005 ketika Saar Ganor menemukan struktur dari Zaman Besi yang menakjubkan di bawah reruntuhan itu.[2]
Ekskavasi di Khirbet Qeiyafa dimulai pada tahun 2007, dipimpin oleh Yosef Garfinkel dari Hebrew University dan Saar Ganor dari Israel Antiquities Authority, yang berlanjut sampai tahun 2008.[10] Hampir 600 meter persegi (6.500 sq ft) kota kuno dari Zaman Besi IIA telah digali. Berdasarkan gaya keramik dan dua sumur minyak zaitun yang terbakar yang telah dites dengan karbon-14 pada Oxford University, Garfinkel dan Ganor memberi tarikh 1050–970 SM untuk situs ini,[2] meskipun Israel Finkelstein menggugat bukti adanya penghunian antara tahun 1050 dan 915 SM.[11]
Dalam rangka publikasi laporan awal hasil penggalian tahun 2010 dan 2011 pada Khirbet Qeiyafa, Israel Antiquities Authority menyatakan: "Ekskavasi pada Khirbat Qeiyafa nyata-nyata menunjukkan masyarakat perkotaan yang sudah ada di Yudea pada akhir abad ke-11 SM. Tidak lagi dapat diperdebatkan bahwa Kerajaan Yehuda baru dikembangkan pada akhir abad ke-8 SM atau tarikh yang kemudian."[12]
Penemuan-penemuan pada Khirbet Qeiyafa signifikan dalam debat mengenai kebenaran catatan Alkitab terkait "Kerajaan Israel bersatu" pada awal Zaman Besi II. Sampai saat itu tidak ada penemuan arkeologi yang mendukung adanya kerajaan kuat sebagaimana digambarkan dalam Alkitab, sehingga sejumlah sarjana berpendapat "kerajaan" itu tidak lain hanya suatu bentuk "suku kecil" saja. Garfinkel, yang menyatakan pada tahun 2010 bahwa debat itu tidak dapat "dijawab oleh ekskavasi di Qeiyafa", berpendapat bahwa "apa yang jelas, bagaimanapun juga, adalah Kerajaan Yehuda sudah ada sebagai suatu negeri yang terorganisir secara sentral pada abad ke-10 SM" [13][14][15] Sebagai tambahan pada teori Garfinkel, muncul dua hipotesis: satu, didukung oleh Nadav Na’aman dan Ido Koch berpendirian bahwa reruntuhan itu berasal dari orang Kanaan, didasarkan pada kemiripan kuat dengan ekskavasi di wilayah Kanaan dekat sana di "Beit Shemesh". Hipotesis ketiga, diajukan oleh Israel Finkelstein dan Alexander Fantalkin, bersikeras bahwa situs itu menunjukkan hubungan dengan suatu kelompok Israel Utara.[16]
Pada tahun 2010, Gershon Galil dari Universitas Haifa mengidentifikasi Khirbet Qeiyafa sebagai "Neta’im" yang dicatat pada 1 Tawarikh 4:23, karena kedekatannya dengan Khirbet Ğudrayathe (kota Gedera di Alkitab). Penduduk kedua kota ini dikatakan dalam Alkitab merupakan "tukang periuk" dan "bekerja melayani Raja", suatu pemerian yang konsisten dengan penemuan arkeologi pada situs ini.[17]
Yehuda Dagan dari Israel Antiquities Authority tidak setuju dengan identifikasi sebagai Saaraim. Dagan yakin bahwa jalur mundur tentara Filistin kuno setelah kekalahan mereka dalam pertempuran di Lembah Ela (1 Samuel 17:52), lebih memungkinkan mengidentifikasi Saaraim dengan reruntuhan pada Khirbet esh-Shari'a. Dagan berpendapat bahwa Khirbet Qeiyafa diidentikasi dengan kota Aditaim (Yosua 15:36).[8] Yigal Levin mengusulkan bahwa ma’gal (מעגל) atau "perkemahan melingkar" ("circular camp") orang Israel yang disebut dalam kisah Daud dan Goliat (1 Samuel 17:20) dapat digambarkan demikian karena cocok dengan bentuk melingkar Khirbet Qeiyafa di dekatnya.[18]
Situs sini terdiri dari kota sebelah bawah sekitar 10 hektar dan kota sebelah atas sekitar 3 hektare (7,4 ekar) dikelilingi oleh tembok pertahanan kokoh dengan ketinggian 2–4 meter (6 ft 7 in – 13 ft 1 in). Tembok-tembok itu dibangun dengan cara yang sama seperti tembok-tembok di Hazor dan Gezer, dibentuk dengan suatu casemate (sepasang tembok dengan sebuah ruangan di antaranya).[19] Di tengah kota atas terdapat suatu daerah tertutup berbentuk persegi panjang dengan ruangan-ruangan lebar di bagian selatan, mirip dengan yang ditemukan pada kota-kota kerajaan seperti Samaria, Lakhis, dan Ramat Rachel. Di lereng selatan, di luar kota, terdapat makam yang digali dari batu bertarikh Zaman Besi.
Menurut Garfinkel lokasi ini "mempunyai tata kota yang khas untuk Kerajaan Yehuda yang juga dikenal dari tempat-tempat lain, misalnya Beit Shemesh, Tell en-Nasbeh, Tell Beit Mirsim dan Beersheba. Suatu tembok casemate dibangun di semua lokasi ini dan rumah-rumah dalam kota di sebelahnya digabungkan pada casemate sebagai salah satu kamar tinggal. Model ini tidak dikenal pada bangsa-bangsa Kanaan, Filistin maupun Kerajaan Israel Utara."[20]
Situs ini mempunyai pertahanan kuat, "termasuk penggunaan batu-batu yang masing-masing beratnya mencapai delapan ton."[20]
Suatu ostrakon berukuran 15-x-165-sentimeter (5,9 in × 65,0 in), berwujud pecahan keramik berbentuk trapezoid dengan lima baris teks,[21] ditemukan saat ekskavasi pada lokasi itu tahun 2008.[21]
Tulisan pada ostracon itu tidak terlestarikan dengan baik dan sukar dibaca, tetapi Émile Puech dari École Biblique et Archéologique Française mengusulkan terjemahan sebagai berikut:
Ia menganggap ostracon itu merupakan salinan setempat dari suatu pesan yang berasal dari ibu kota, memberitahukan pejabat setempat mengenai naiknya Saul menjadi raja.[22] Puech menilai bahasanya adalah bersifat Kanaan atau Ibrani tanpa pengaruh Filistin.[23]
Gershon Galil dari Universitas Haifa mengajukan terjemahan sebagai berikut:
Pada tanggal 10 Januari 2010, University of Haifa menerbitkan suatu rilis press menyatakan bahwa teks itu merupakan pernyataan sosial yang berkaitan dengan para budak, janda dan anak yatim piatu. Menurut tafsiran ini, teks itu "menggunakan kata-kata kerja yang khas dalam bahasa Ibrani, misalnya asah ("melakukan") dan `avad ("mengerjakan"), yang jarang digunakan pada bahasa daerah lain. Kata-kata khusus yang muncul dalam teks, misalnya almanah ("janda") adalah spesifik pada bahasa Ibrani dan ditulis berbeda dalam bahasa daerah lain. Isinya sendiri, dapat diusulkan, juga tidak lazim bagi semua budaya lain di daerah itu selain masyarakat Ibrani. Lebih jauh lagi dinyatakan bahwa tulisan itu menghasilkan unsur sosial yang mirip dengan apa yang didapati pada nubuat-nubuat alkitabiah yang sangat berbeda dengan tulisan-tulisan pada budaya lain yang mengagungkan dewa-dewa serta memenuhi kebutuhan fisik mereka."[21][24] Gershon Galil mengklaim bahwa bahasa teks itu adalah bahasa Ibrani, serta 8 dari 18 kata yang termuat pada inskripsi itu secara eksklusif terdapat dalam kitab suci. Ia juga mengklaim ada 30 sarjana arkeologi utama yang mendukung tesis ini.[25]
Pada tahun 2010, ostracon ini dipamerkan pada galeri Zaman Besi di Museum Israel di Yerusalem.[24]
Pada tanggal 18 Juli 2013, Israel Antiquities Authority mengeluarkan rilis press mengenai penemuan struktur yang diyakini sebagai istana raja Daud di Sefela Yudea.[7] Tim arkeologi menyingkapkan dua bangunan besar bertarikh abad ke-10 SM, satu struktur palatial besar dan satu ruangan penyimpanan berpilar dengan ratusan bejana penyimpanan bermeterai. Klaim bahwa struktur yang lebih besar adalah salah satu istana raja Daud menyebabkan perhatian media yang signifikan, sementara para skeptik menuduh para arkeolog itu mencari sensasi.[26]
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama keys
<ref>
tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Fridman
On a affaire au premier document de quelque longueur, en langue cananéenne ou hébraïque, bien daté et de quelque importance pour l'histoire de la langue, de l'orthographe et pour l'histoire en général, sans une quelconque influence philistine.