Kicaka

Kicaka
कीचक
Lukisan karya Raja Ravi Varma, menggambarkan Kicaka yang mencoba menggoda Malini (Dropadi).
Lukisan karya Raja Ravi Varma, menggambarkan Kicaka yang mencoba menggoda Malini (Dropadi).
Tokoh Mahabharata
NamaKicaka
Ejaan Dewanagariकीचक
Ejaan IASTKīcaka
Nama lainKencaka (versi wayang)
Kitab referensiMahabharata
KediamanWiratanagari
Kastakesatria
Profesipanglima perang
Senjatagada

Kicaka (Dewanagari: कीचक; ,IASTKīcaka,; dalam pewayangan Jawa disebut Kencaka), dalam wiracarita Mahabharata, merupakan panglima tertinggi kerajaan Matsya, yang dipimpin Raja Wirata. Diceritakan bahwa Kicaka merupakan saudara Ratu Sudesna, sehingga ia menjadi ipar Raja Wirata.[1] Dia merupakan orang yang sangat kuat dan memiliki tenaga yang sangat besar. Ia telah menyelamatkan kerajannya berkali-kali dari serangan musuh. Dalam Wirataparwa, ia diceritakan tewas di tangan Bima karena mencoba merayu Dropadi.

Kicaka merupakan putra sulung Kekaya (raja kaum Suta) dan Malawi. Ia memiliki saudari bernama Sudesna, dan 105 adik laki-laki yang dikenal sebagai Upakicaka. Semuanya terlahir dari aspek-aspek Banasura. Kicaka menjadi saudara ipar Raja Wirata setelah Sudesna menjadi permaisuri sang raja.

Pelecehan Dropadi

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Wirataparwa dikisahkan bahwa Pandawa dan istri mereka yang bernama Dropadi menjalani kehidupan dalam penyamaran selama satu tahun di kerajaan Wirata. Hal itu mereka lakukan demi menggenapi syarat agar berhak kembali ke Hastinapura. Dropadi menyamar sebagai seorang sairandri (golongan dayang-dayang) di keraton Wirata dengan nama samaran Malini.[2]

Kicaka terpesona dengan kecantikan Dropadi dan berniat mendekatinya, tetapi perasaannya ditolak. Akhirnya Kicaka mencurahkan perasaannya kepada Sudesna, dan meminta agar sang ratu memerintahkan Dropadi untuk membawa anggur ke kediamannya. Saat Dropadi melaksanakan perintah tersebut, Kicaka merasa bergairah setelah melihatnya dan bermaksud untuk mendekapnya. Dropadi pun menjerit dan meronta-ronta. Kemudian Dropadi dibawa oleh Kicaka ke balairung keraton, lalu dinistakan di hadapan dewan kerajaan dan para abdi yang ada di sana. Yudistira (istri Dropadi yang menyamar sebagai Dwijakangka) dan Wirata menyaksikan hal tersebut, tetapi mereka tak bisa berbuat apa-apa karena Kicaka memiliki pengaruh yang sangat besar di kerajaan tersebut. Bima, salah satu istri Dropadi diperintahkan oleh Yudistira untuk memberi pelajaran kepada Kicaka.

Pada malam hari setelah terjadinya penghinaan, Dropadi berkonsultasi kepada Bima, yang saat itu menyamar sebagai juru masak kerajaan. Mereka menyusun siasat agar Dropadi berpura-pura merayu Kicaka, dan menyuruhnya bertemu di aula tari saat malam hari. Ketika rencana tersebut dijalankan, Kicaka pun berhasil terpancing. Setibanya di aula tari, ia melihat sosok sedang berbaring yang ia pikir sebagai Malini (Dropadi), karena suasana remang-remang saat itu. Setelah Kicaka mendekat, sosok tersebut menunjukkan jati dirinya sebagai Bima. Tak lama kemudian, duel sengit pun terjadi. Akhirnya, Bima berhasil membunuh Kicaka secara brutal, sampai-sampai jenazahnya sulit dikenali.

Pascakematian

[sunting | sunting sumber]

Setelah kematian Kicaka, Dropadi memberi tahu para penjaga istana bahwa Kicaka telah dibunuh oleh suaminya yang merupakan seorang gandarwa. Para saudara Kicaka memohon kebijaksanaan raja, dan berpikir jika kematian Kicaka disebabkan oleh Malini (Dropadi), maka sepatutnya Malini turut diperabukan bersama jenazah Kicaka. Kemudian saudara Kicaka mencari Dropadi, lalu mengikatnya pada keranda dengan maksud hendak dikremasi. Dropadi pun menjerit-jerit, hingga terdengar oleh Bima. Bima segera berganti pakaian, lalu keluar dari istana secepat mungkin. Sesampainya di lokasi kremasi, ia mencabut sebuah pohon lalu maju ke arah keluarga Kicaka. Saat melihat Bima, para saudara Kicaka langsung ketakutan, lalu mereka membebaskan Dropadi. Dengan pohon yang dicabutnya, Bima membantai 105 saudara Kicaka. Para penduduk pun segera memberi tahu Raja Wirata. Sang raja yang merasa gentar, akhirnya menyambut Dropadi.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ SRIKRISHNA The Lord Of The Universe By SHIVAJI SAWANT. ISBN 9789386888242. Diakses tanggal 8 October 2017. 
  2. ^ Kisari Mohan Ganguli, "Pandava Pravesa Parva", Mahabharata of Krishna Dvaipayana Vyasa, Book 4: Virata Parva, Internet Sacred Text Archive 
  3. ^ "Virata parva". Sacred text. Diakses tanggal 18 Mei 2019.