Klasifikasi | Alat musik perkusi |
---|---|
Hornbostel–Sachs | (111.2) (Idiofon perkusi) |
Pencipta | Suku Dayak Meratus |
Kurung-kurung adalah salah satu jenis alat kesenian yang terbilang unik di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan.[1] Alat musik ini terbuat dari kayu panjang dan dibawahnya terbuat dari bambu dan peralatan lainnya. Musik ini bisa mengeluarkan bunyi setelah dihentak-hentak dulu ke tanah dan setiap alat musik mengeluarkan bunyi berbeda satu sama lain, sehingga bila pemainnya ingin menciptakan irama, maka caranya menghentakan alat itu secara bergantian sesuai irama yang dikehendaki.[2]
Namun alat musik ini hampir punah karena mungkin rumpun bambu yang tergerus oleh pembangunan perkebunan dan tambang atau langkanya generasi yang mau dan mampu meneruskan memainkan alat musik tradisi ini.[3]
Pada mulanya, kurung-kurung hanya merupakan alat pertanian untuk padi tugalan yang berfungsi untuk melubangi tanah buat menanam bibit padi. Alat ini diciptakan oleh Suku Bukit yang tinggal di sepanjang Pegunungan Meratus.
Alat tersebut merupakan pengembangan dari bentuk tutugal atau asak yang terbuat dari dahan atau batang kayu kecil, kemudian dibuat sedemikian rupa dengan bahan dari batang bambu, kayu dan rotan sebagai pengikatnya.
Fungsinya yaitu berladang dengan memakai kurung-kurung atau hilai ini bagi Suku Bukit mempunyai tujuan tertentu dan mengandung kepercayaan, seperti:
Bentuknya terbuat dari kayu panjang yang dipadu dengan bambu di bagian bawahnya.
Alat musik peninggalan nenek moyang ini biasanya dimainkan saat upacara adat atau acara perkimpoian dan kenduri. Belakangan digunakan untuk acara perkimpoian, menyambut tamu atau pejabat ke kekampung atau acara kenduri lainnya.[4][5]