Life Show | |
---|---|
Sutradara | Huo Jianqi |
Produser | Jin Zhongqiang Han Sanping Yang Buting Tong Gang |
Ditulis oleh | Si Wu |
Berdasarkan | Novel: Chi Li |
Pemeran | Tao Hong Tao Zeru |
Penata musik | Zhang Xiaofeng |
Sinematografer | Ming Su |
Penyunting | Kong Jinglei |
Distributor | International: China Film Group Corporation[1] United States (DVD): Razor Digital Entertainment[2] |
Tanggal rilis |
28 Agustus 2002 |
Durasi | 105 min. |
Negara | Republik Rakyat Tiongkok |
Bahasa | Bahasa Mandarin |
Life Show (Hanzi: 生活秀; Pinyin: shēng húo xiù) adalah sebuah film Tiongkok tahun 2002 yang disutradarai oleh Huo Jianqi. Film drama "Life Show" menceritakan tentang seorang pemilik restoran, diperankan oleh Tao Hong, yang sibuk mengurusi bisnis dan keluarganya, tetapi sebenarnya ia adalah seorang yang kesepian. Hidupnya mulai berubah ketika salah satu pelanggan lamanya, yang diperankan oleh Tao Zeru, mengajaknya untuk menjalin hubungan romantis. Film ini merupakan produksi bersama, China Film Group Corporation dan Beijing Film Studio. Life Show berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Chi Li dan diadaptasi menjadi naskah film oleh Si Wu.[1]
Life Show memenangkan Golden Goblet di acara Festival Film Internasional Shanghai 2002, serta mendapat penghargaan untuk aktris terbaik dan sinematografi terbaik.[3] Diputar perdana di Amerika Utara[4] dalam Festival Film Dunia Montreal, 28 Agustus 2002.[1]
Life Show mengisahkan seorang wanita bernama Lai Shuangyang (diperankan oleh Tao Hong), yang berjualan leher bebek di pasar malam di kota yang tidak disebutkan namanya di Tiongkok Tengah (pengambilan gambar film ini di Chongqing[1]). Meskipun Shuangyang berusaha untuk tetap tenang, hidupnya dipenuhi dengan komplikasi. Kakaknya Jiujiu, kecanduan narkoba dan dimasukkan ke sanatorium. Pembantunya, Mei, yang telah jatuh cinta kepada Jiujiu, mencoba bunuh diri. Kakak iparnya, Xiaojin, selalu meninggalkan anaknya kepada Shuangyang untuk diurus. Pada saat yang sama, Shuangyang sedang mencoba untuk mendapatkan kembali rumah keluarganya, yang diberikan kepada tetangganya selama Revolusi Kebudayaan. Kemungkinan terburuk, Shuangyang berisiko kehilangan kedainya.
Dalam kondisi yang kacau ini, Shuangyang mulai memperhatikan salah satu pelanggannya, Zhou Xiongzhou, seorang pengusaha paruh baya yang telah mengunjungi restoran kecilnya selama setahun. Setelah menepis keraguannya sendiri, Shuangyang mengambil risiko menjalin hubungan asmara dengan Xiongzhou.