Lilian | |
---|---|
Putri Réthy | |
Permaisuri Raja Belgia | |
Periode | 6 Desember 1941 – 16 Juli 1951 (9 tahun, 222 hari) |
Pendahulu | Astrid dari Swedia |
Penerus | Fabiola de Mora y Aragón |
Kelahiran | Mary Lilian Henriette Lucie Josephine Ghislaine Baels 28 November 1916 Highbury, London, Inggris[1] |
Kematian | 7 Juni 2002 Domaine d'Argenteuil, Waterloo, Belgia | (umur 85)
Pemakaman | |
Pasangan | |
Keturunan |
|
Ayah | Henri Baels |
Ibu | Anne Marie de Visscher |
Putri Lilian dari Belgia, Putri Réthy (lahir Mary Lilian Henriette Lucie Josephine Ghislaine Baels; Leopold III dari Belgia. Lahir di Britania Raya dan dibesarkan di Belgia, ia menjadi sukarelawan sebagai pengemudi mobil yang mengangkut warga Belgia dan Prancis yang terluka ke rumah sakit di Bruges selama Perang Dunia II. Lilian menikah dengan Raja Leopold III pada tahun 1941 dan menjadi permaisuri raja Belgia. Pasangan itu memiliki tiga orang anak. Dia juga merupakan ibu tiri bagi anak-anak Leopold III dari Ratu Astrid dan menjadi "ibu negara" Belgia selama sembilan tahun pertama pemerintahan anak tirinya Raja Baudouin. Pekerjaan amalnya berfokus pada bidang kedokteran dan kardiologi.
28 November 1916 – 7 Juni 2002) adalah istri kedua RajaMary Lilian Baels lahir di London dimana orangtuanya tinggal saat itu. Dia adalah anak pertama dari sembilan bersaudara dari Henri Baels dan istrinya, Anne Marie de Visscher. Lilian awalnya dididik dengan bahasa Inggris, tetapi, ketika orangtuanya balik ke Belgia, dia belajar di Ostend dimana dia belajar bahasa Belanda. Dia melanjutkan belajar bahasa Prancis dan bahasa Jerman di Brussel.
Selain pendidikan akademis, Lilian juga antusias belajar olahraga, seperti bermain ski, berenang, golf, dan berburu. Lilian juga belajar sastra dan seni. Ketika Lilian masih remaja, dia dipresentasikan ke Raja George V dan Ratu Mary dari Britania Raya di Istana Buckingham.
Pada tahun 1933, Lilian melihat calon suaminya, Raja Leopold III dari Belgia, yang saat itu masih merupakan Adipati Brabant (gelar pewaris tahta kerajaan), untuk pertama kalinya dalam sebuah acara militer. Beberapa tahun kemudian, ketika ayahnya, yang saat itu menjadi Gubernur Flandria Barat, membawa Lilian ke sebuah upacara umum, dia melihat dan menemui Raja Leopold, yang memimpin acara tersebut, untuk kedua kalinya. Pada tahun 1937, Lilian dan ibunya bertemu dengan Raja, yang sekarang menjadi duda, sekali lagi pada acara seremonial lainnya.
Segera setelah itu, Raja Leopold III dari Belgia menghubungi Gubernur Henri Baels untuk mengundang dia dan Lilian untuk bergabung dengannya di pesta golf keesokan harinya. Lilian juga melihat Raja pada tahun 1939 di sebuah pesta kebun yang diselenggarakan untuk menghormati Ratu Wilhelmina dari Belanda, dan kemudian di tempat golf di Laeken, di mana dia diundang untuk makan siang oleh Ratu Elisabeth dari Belgia, ibu Raja Leopold. Lilian pun bertemu Raja Leopold di sebuah pesta golf terakhir di dekat pantai Belgia pada bulan Mei 1940, sesaat sebelum invasi Nazi ke Belgia.
Setelah invasi Nazi ke Belgia, ibu Lilian menempatkan dirinya untuk kerja di Palang Merah selama kampanye militer Belgia dan Sekutu melawan Jerman. Lilian membantu ibunya secara aktif dalam peran barunya, membawa orang Belgia dan orang Prancis yang terluka oleh mobil ke rumah sakit St. John di Bruges. Sementara, ayahnya, Henri Baels, berusaha meringankan penderitaan provinsi yang dipimpinnya. Pada tanggal 18 Mei, Henri Baels pergi mencari Menteri Dalam Negeri Belgia dan pergi ke Prancis untuk menanyakan solusi terbaik untuk Belgia.
Namun, dalam perjalanannya, Henri Baels mengalami kecelakaan mobil dan kakinya terluka. Dia dirawat di rumah sakit di Le Havre. Ketika situasi militer di Belgia menuju ke arah bencana, istrinya memutuskan untuk membawa anak-anaknya ke tempat yang aman di Prancis, dan Lilian mengemudikan mobil keluarga dalam perjalanan. Istri dan anak perempuan Gubernur Baels berhasil bertemu dengannya lagi, secara kebetulan, di sebuah rumah sakit di Poitiers.
Baels kemudian dituduh telah meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur tanpa kerja dengan melarikan diri ke Prancis. Dia berhasil dalam mendapatkan audiensi dengan Raja setelah kapitulasi tentara Belgia pada tanggal 28 Mei 1940 dan pemenjaraan Raja sendiri oleh orang-orang Jerman di Istana Laeken. Henri Baels dan Lilian, menjelaskan keadaan sebenarnya dari kepergiannya dari Belgia, dan Gubernur Baels dengan demikian dibenarkan. Selanjutnya, Lilian dan ayahnya kembali ke Prancis dan merawat pengungsi Belgia di wilayah Anglet. Setelah pembebasan Belgia, Henri Baels dituduh berkolaborasi dengan Nazi selama perang, tetapi ini jelas salah, karena dia tidak menjabat sebagai gubernur selama masa pendudukan dan tinggal di Prancis sepanjang periode tersebut.
Pada tahun 1941, atas undangan Ibu Suri Elisabeth, Lilian mengunjungi Istana Kerajaan Laeken, dimana Raja Leopold III, sekarang menjadi tawanan perang yang ditahan oleh para Jerman yang berada di bawah tahanan rumah. Kunjungan ini dilakukan beberapa kali, sehingga Raja Leopold III dan Lilian jatuh cinta. Leopold melamar Lilian pada bulan Juli 1941, tetapi Lilian menolak lamarannya. "Raja hanya menikahi putri," katanya. Ratu Elisabeth dari Belgia, mengusulkan Lilian untuk menerima tawaran Raja. Lilian setuju untuk menikahi Raja, tapi menolak gelar Ratu. Sebagai gantinya, Raja memberinya gelar resmi "Putri Réthy." Mereka juga sepakat bahwa setiap keturunan pernikahan kedua Raja akan dikeluarkan dari suksesi takhta.
Leopold dan Lilian awalnya berencana untuk melakukan pernikahan sipil resmi mereka setelah berakhirnya perang dan pembebasan Belgia, tetapi sementara itu, sebuah upacara pernikahan religius rahasia berlangsung pada tanggal 11 September 1941, di kapel Istana Laeken, di kehadiran Ratu Elisabeth, Henri Baels, dan Kardinal van Roey, Uskup Agung Mechelen dan primata Belgia. Ini benar-benar bertentangan dengan hukum Belgia, yang mengharuskan pernikahan religius didahului oleh tindakan sipil. Meskipun Lilian dan Raja Leopold awalnya berencana untuk menunda pernikahan sipil mereka sampai akhir perang, tetapi Lilian nantinya hamil anak pertamanya, yang mengharuskan sebuah pernikahan sipil, yang berlangsung pada tanggal 6 Desember 1941. Pernikahan sipil ini otomatis membuat Lilian menjadi putri Belgia.
Lilian diterima oleh anak - anak Raja, Joséphine-Charlotte, Baudouin dan Albert. Putri Lilian membuktikan dirinya bisa menjadi seorang istri yang setia pada sang Raja dan seorang ibu yang penuh kasih sayang kepada anak-anak Raja dari istri pertamanya, Ratu Astrid. Lilian juga bertanggung jawab penuh untuk membesarkan mereka dan merawat mereka dengan kesabaran. Anak - anak Raja pun mengabdikan diri kepadanya, dengan mudah mengadopsinya sebagai ibu pengganti.
Ketika pernikahan sipil Raja Leopold dan Lilian dipublikasikan dalam surat pastoral oleh Kardinal van Roey pada bulan Desember 1941, ada reaksi beragam di Belgia. Beberapa menunjukkan simpati untuk pasangan baru itu, mengirimkan bunga dan pesan ucapan selamat ke istana di Laeken. Namun, yang lain berpendapat bahwa perkawinan baru tersebut tidak sesuai dengan status Sang Raja sebagai tahanan perang dan keinginannya berbagi nasib bersama rakyat yang ditaklukkan dan tentara tawanan yang dipenjara oleh para Jerman, dan merupakan pengkhianatan atas kenangan Ratu Astrid. Mereka juga mencap Lilian sebagai pemanjat sosial. Raja Leopold dan Lilian juga disalahkan karena melanggar hukum Belgia dengan melakukan pernikahan agama mereka sebelum pernikahab sipil mereka. Kritik ini terus berlanjut selama bertahun-tahun, bahkan setelah perang.
Orangtua Ratu Astrid, Pangeran Carl dari Swedia dan Putri Ingeborg dari Denmark, tidak menentang keras pernikahan kedua Raja Leopold III. Ingeborg berkata kepada salah satu jurnalis di Belgia bahwa dia tidak dapat memahami semua rakyat di Belgia yang menentang pernikahan kedua raja, karena bahwa sangat wajar bila setiap orang tidak ingin selamanya sendirian. Dia mengatakan bahwa dia senang dengan pernikahan baru Raja Leopold III, baik demi kepentingan Raja sendiri maupun demi cucu-cucunya.
Pada tahun 1944, keluarga kerajaan Belgia dideportasi ke Nazi Jerman, dan dijaga ketat oleh 70 anggota SS, dalam kondisi yang sulit. Keluarga tersebut menderita diet drastis dan hidup dengan ketakutan konstan bahwa mereka akan dibunuh oleh para sipir penjara mereka, sebagai tindakan balas dendam dari pihak Nazi, membuat marah pada kekalahan mereka oleh Sekutu, atau bahwa mereka akan terjebak dalam baku tembak antara pasukan Sekutu dan penculik mereka, yang mungkin berusaha membuat pendirian terakhir yang putus asa di lokasi pengasingan keluarga kerajaan. Kekhawatiran keluarga menjadi sangat tidak berdasar.
Pada satu titik, seorang pejabat Nazi mencoba memberi mereka sianida, berpura-pura itu adalah campuran vitamin untuk mengkompensasi makanan bagi tawanan selama pemenjaraan mereka. Namun, Lilian dan Leopold benar-benar mencurigai hal itu dan tidak minum pil atau memberikannya pada anak-anak mereka. Ketika tahun - tahun menjadi tahanan di Jerman, (dan kemudian Austria), Raja Leopold III dan Putri Lilian menyekolahkan anak - anak kerajaan. Raja mengajarkan pelajaran ilmiah; sementara istrinya, kesenian dan sastra. Pada tahun 1945, keluarga kerajaan dibebaskan oleh tentara Amerika Serikat di bawah komando Letnan Jenderal Alexander Patch, yang kemudian menjadi teman dekat Raja Leopold dan Putri Lilian.
Setelah pembebasannya, Raja Leopold II tidak dapat kembali ke Belgia (yang sekarang juga dibebaskan) karena adanya kontroversi politik yang muncul di Belgia seputar tindakannya selama Perang Dunia II. Sang Raja Belgia dituduh telah mengkhianati Sekutu dengan penyerahan diri yang diduga dini pada tahun 1940 dan bergabung dengan Nazi selama masa pendudukan Belgia. Pada tahun 1946, sebuah komisi dibentuk di Brussel untuk menyelidiki perilaku Raja selama perang dan pendudukan. Selama periode ini, raja dan keluarganya tinggal di pengasingan di Pregny-Chambésy, Swiss, dan adik laki-laki Raja, Pangeran Charles, dijadikan wali (pemimpin sementara) negara tersebut.
Komisi penyelidikan akhirnya membebaskan Raja Leopold III dari tuduhan tersebut dan dia bisa, tahun 1950, untuk kembali ke Belgia dan melanjutkan pemerintahannya. Agitasi politik terhadap Sang Raja berlanjut, bagaimanapun, menyebabkan kekacauan di dalam negeri apa yang dikenal sebagai "Royal Question". Pada tahun 1951, untuk menghindari kekecauan negara itu dan untuk menyelamatkan monarki yang diperangi, Raja Leopold III dari Belgia mengundurkan diri dan memberi tahta ke putranya yang berusia 21 tahun, Pangeran Baudouin.
Putra tiri Lilian, Baudouin, naik tahta pada tanggal 17 July 1951. Karena Raja Baudouin belum menikah, Lilian berakting menjadi ibu negara Belgia selama sembilan tahun petama pemerintahan putra tirinya. Putri Lilian juga mengelola kehidupan istana Belgia dengan ketegasan dan penyempurnaan, tetapi dia tidak pernah berhasil dicintai oleh orang-orang Belgia.
Pada tahun 1942, Pangeran Alexandre lahir. Pada tahun 1951, Putri Marie-Christine lahir beberapa bulan sebelum pengunduran diri ayahnya. Setelah pengunduran diri Leopold, pada tahun 1956, Putri Marie-Esméralda lahir.
Sang mantan Raja dan Putri Lilian terus tinggal di istana kerajaan di Laeken sampai pernikahan Raja Baudouin dan Doña Fabiola de Mora y Aragón pada tahun 1960.
Hubungan Lilian dengan anak tirinya pun menjadi dingin setelah pernikahan mereka. Lilian juga mempunyai hubungan yang buruk dengan Fabiola, istri Raja Baudouin.
Pada tahun 1960, setelah pernikahan Raja Baudouin, Leopold dan Lilian pindah dari Istana Kerajaan ke properti pemerintah di Domaine d'Argenteuil, Belgia. Putri Lilian mempekerjakan berbagai desainer untuk mengubah rumah jelek di properti menjadi tempat tinggal yang terhormat dan elegan bagi mantan Raja. Argenteuil menjadi pusat kebudayaan di bawah naungan Leopold dan Lilian, yang menjalin persahabatan dengan banyak penulis, ilmuwan, matematikawan, dan dokter terkemuka. Leopold dan Lilian juga banyak bepergian ke seluruh dunia.
Setelah operasi jantung putranya, Pangeran Alexandre, di Amerika Serikat ketika masa kecilnya, Putri Lilian menjadi sangat tertarik dengan pengobatan, dan khususnya, dalam bidang kardiologi, dan mendirikan Yayasan Kardiologis yang, melalui pekerjaannya, telah menyelamatkan nyawa ratusan orang. Baik sebelum dan sesudah kematian suaminya pada tahun 1983, Putri Lilian memperdalam ketertarikannya pada lingkungan intelektual dan ilmiah dengan energi dan semangat.
Putri Lilian meninggal di Domaine d'Argenteuil di Waterloo, Belgia. Sebelum kematiannya, Lilian telah menyatakan keinginannya untuk dikuburkan di Argenteuil. Tetapi Keinginannya ditolak, dan dia dimakamkan di pemakaman kerajaan di Church of Our Lady of Laeken, Brussel. Makam Lilian bersebelahan dengan makam suaminya, Raja Leopold III dan istri pertamanya, Ratu Astrid.
Ratu Fabiola dan anak -anak tirinya hadir di pemakaman, begitu pula anak laki - laki Lilian, Alexandre dan salah satu anak perempuannya Marie-Esméralda. Anak perempuan Lilian yang lain Marie-Christine tidak hadir.
Lilian dikenal sebagai orang yang sangat ketat dan selalu menuntut diri sendiri, dan, hasilnya, bisa melakukan itu kepada orang lain. Karena kontroversi seputar tindakan masa perang Raja Leopold III, dan, khususnya, pernikahan keduanya, Lilian sangat tidak populer. Lilian juga memiliki teman dekat, yang melihatnya sebagai wanita dengan kecantikan, pesona, kecerdasan, keanggunan, karakter yang kuat, kebaikan, humor, dan taat budaya yang hebat. Mereka mengaguminya karena keberaniannya dan martabat dimana Putri Lilian menghadapi serangkaian serangan pribadi yang panjang, saat "Royal Question" dan beberapa dekade kemudian.
Jacqueline Kennedy, Ibu Negara Amerika Serikat sebagai istri John F. Kennedy, menyebut Putri Lilian sebagai inspirasi mode.[2] Koleksi lemari pakaian dan perhiasan Lilian dilelang oleh Sotheby's pada tahun 2003.[3]
Setelah kematian Lilian, sebuah konferensi kardiologis diselenggarakan dan dokter dan ahli bedah terkemuka seperti DeBakey dan yang lainnya memberikan penghormatan kepada Lilian dan kontribusinya terhadap kardiologi.
Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Lilian memiliki tiga anak dengan Raja Leopold III:
▪ 28 November 1916 - 11 September 1941: Nona Mary Lilian Baels
▪ 11 September 1941 - 7 Juni 2002: Yang Mulia Sang Putri Réthy