Liturgi Kristen adalah pola ibadat, baik yang dianjurkan maupun yang ditata secara tertulis, yang digunakan suatu jemaat atau denominasi Kristen secara teratur. Istilah "liturgi" adalah kata serapan dari bahasa Yunani yang bermakna harfiah "pelayanan publik".
Mayoritas denominasi Kristen beribadat pada Hari Tuhan. Banyak di antaranya yang menggelar kebaktian setiap Minggu pagi dan Minggu malam. Beberapa aliran juga menggelar kebaktian tengah-minggu setiap Rabu malam.[A][3][2] Sejumlah denominasi Kristen menggelar liturgi setiap hari, yang mencakup sembahyang-sembahyang berwaktu, kurban Misa, dan berbagai macam bentuk ibadat lainnya.[4] Selain itu, banyak umat Kristen yang menghadiri kebaktian pada hari-hari besar seperti Natal, Rabu Abu, Jumat Agung, Kamis Kenaikan, dan hari-hari besar lain, terpulang kepada denominasinya.[5]
Di dalam banyak aliran Kristen, liturgi dipimpin oleh rohaniwan jika keadaan memungkinkan.
Di dalam Kekristenan, kebaktian-kebaktian diselenggarakan dalam rangka menguduskan Hari Tuhan.[2] Alkitab memuat preseden untuk pola ibadat pagi dan senja, cikal bakal dari kebaktian Minggu pagi dan kebaktian Minggu malam yang digelar di gereja-gereja berbagai denominasi Kristen sekarang ini, sebagai "sarana untuk membantu keluarga-keluarga menguduskan Hari Tuhan."[2] Di dalam Kitab Bilangan (Bilangan 28:1–10) dan Kitab Keluaran (Keluaran 29:38–39), "Allah memerintahkan pelaksanaan upacara kurban harian di Kemah Suci pada waktu pagi dan pada waktu senja".[2] Di dalam Mazmur 92, yakni sebuah doa yang berkaitan dengan pengudusan hari Sabat, Daud bersyair, "adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam" (bdk. Mazmur 134:1).[2] Oleh karena itu Bapa Gereja Esebius menyatakan, "sebab sudah barang tentu ini bukanlah suatu tanda kecil dari kuasa Allah, bahwasanya di seluruh dunia, di dalam gereja-gereja Allah, saat terbit matahari pagi, dan pada waktu-waktu senja, madah-madah, puji-pujian, dan sukacita suci sejati dipersembahkan kepada Allah. Sungguh, Allah berkenan atas madah-madah yang dinaikkan di segala tempat di muka bumi, di dalam Gereja-Nya, pada waktu pagi, dan pada waktu senja."[2]
Kebaktian hari Minggu pagi dihadiri banyak anggota jemaat, demikian pula kebaktian Minggu malam dan Rabu malam.
Mulai dari Selasa Lemak (di Inggris dikenal sebagai Hari Kue Dadar), dan berlanjut ke Rabu Abu sampai Jumat Agung, keluarga-keluarga semakin rajin ke gereja dan, yang teristimewa, mengamalkan puasa dan/atau "memantangkan sesuatu selama masa Prapaskah."