Lobha adalah suatu kata dalam bahasa Sanskerta dan bahasa Pali—sering diterjemahkan sebagai "nafsu", "keingingan, "nafsu keinginan", "keserakahan"—yang maknanya berbeda tergantung konteks.
Dalam Buddhisme, lobha (bahasa Pāli), sinonim dengan taṇhā,[1] merujuk pada konsep "nafsu keinginan" atau "keserakahan" yang merupakan suatu faktor mental berupa kotoran batin yang menjadi salah satu dari tiga akar kejahatan (ti akusalamūla)—lobha, dosa, dan moha.[2][3]
Dalam agama Hindu, lobha (Sanskerta: लोभ ) adalah konsep penderitaan karakter yang merujuk pada segala bentuk "sensualitas, nafsu, keinginan" atau "keterikatan terhadap objek sensual".[4][5][6] Lobha adalah salah satu dari lima klesha yang menimpa Atman.[7] Lobha adalah salah satu dari Sadripur atau Arisadwarga.[8]
Lobha juga merupakan istilah teknis bahasa Sanskerta yang digunakan dalam yurisdiksi, yang berarti "keserakahan akan kekayaan"[9] Hal ini telah disebutkan sebagai salah satu penyebab sumpah palsu.[9]
Kata lobha digunakan dalam literatur keagamaan seperti Manusmerti.[10] Lobha mengacu pada keserakahan material. Menurut Wisnupurana, lobha melambangkan jenis penderitaan spiritual yang bersifat emosional.[11] Dengan demikian, "orang bijak menyelidiki tiga jenis penderitaan duniawi, atau penderitaan mental dan fisik dan sejenisnya, dan memperoleh pengetahuan sejati serta keterlepasan dari objek-objek manusia, sehingga mencapai kepunahan hakiki".[12] Ramayana menasihati para penghuni hutan untuk meninggalkan lobha dalam syair 2.24.