Lubuk Basung | |
---|---|
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sumatera Barat |
Kabupaten | Agam |
Peresmian ibu kota | 19 Juli 1993 |
Dasar hukum | PP No. 8 Tahun 1998 |
Luas | |
• Total | 278,4 km2 (107,5 sq mi) |
Populasi (2023) | |
• Total | 82.983 jiwa [1] |
• Kepadatan | 298,07/km2 (772,0/sq mi) |
Zona waktu | UTC+7 (WIB) |
Kode area telepon | +62 752 |
Lubuk Basung | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sumatera Barat | ||||
Kabupaten | Agam | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Ricky Eka Putra S.STP[2] | ||||
Populasi (2023)[3] | |||||
• Total | 82.983 jiwa | ||||
Kode pos | 26452 | ||||
Kode Kemendagri | 13.06.02 | ||||
Kode BPS | 1307020 | ||||
Luas | 278,4 km² | ||||
Kepadatan | 298.07 jiwa/km² | ||||
Nagari/kelurahan | 5 Nagari | ||||
|
Lubuk Basung adalah sebuah kota berstatus kecamatan yang menjadi nama ibu kota dari Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Luas wilayahnya 278,4 km², atau sekitar 12,5% dari luas Kabupaten Agam.[4] Kecamatan yang berkedudukan pada ketinggian rata-rata 102 meter dari atas permukaan laut, dan suhu udara maksimum mencapai 32 °C dan minimum mencapai 25 °C,
Dengan pindahnya pusat pemerintahan Kabupaten Agam dari Bukittinggi ke Lubuk Basung pada tanggal 19 Juli 1993 secara de facto, kemudian diperkuat dengan Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 8 Tahun 1998, maka Lubuk Basung dengan pusat pemerintahan dipindahkan ke Padang Baru. Setelah memasuki era otonomi daerah, istilah desa dan sistem pemerintahan di dalamnya diubah menjadi nagari dengan sistem pemerintahan yang berpola kepada adat istiadat masyarakat Kabupaten Agam.
Memiliki batas-batas administratif wilayah sebagai berikut:
Utara | Ampek Nagari, Agam |
Timur | Tanjung Raya, Agam |
Selatan | IV Koto Aur Malintang |
Barat | Tanjung Mutiara, Agam |
Wilayah Kecamatan Lubuk Basung terbagi kedalam 5 nagari dengan 27 jorong yang masing-masingnya yaitu:
Ada setidaknya dua versi mengenai asal nama Nagari Lubuk Basung. Pertama, di daerah ini terdapat sungai yang memiliki lubuk dan di sekitarnya tumbuh banyak pepohonan yang bernama ''basuang''. Kedua, saat pertama kali seorang daulat datang ke daerah ini terlihatlah sebuah sungai dengan lubuk yang membuat daulat ini ingin mandi. Daulat tersebut datang mengendarai kuda sehingga ia membuat tambatan untuk tali kudanya agar tidak kabur. Pada saat mandi, terjadi suatu hal mengejutkan yang mengakibatkan kudanya melompat tinggi hingga tambatannya tercabut, dalam bahasa Minangkabau tercabut adalah '''''tabasuang'''''. Dengan demikian, ada dua arti dari nama Lubuk Basung, yaitu lubuk yang di sekitarnya tumbuh pohon basuang dan lubuak tempat tercabutnya tambatan kuda.