"Kaisar Augustus", kaisar Romawi pertama dengan masa pemerintahan 16 Januari 27 SM – 19 Agustus 14 M. Namanya waktu masih muda adalah Oktavianus. Ia baru memakai gelar "Agustus" sejak diangkat oleh Senat menjadi Kaisar ("Caesar", sebenarnya adalah nama keluarga) pada tahun 27 SM. Dalam pemerintahannya "Masa Damai Romawi" (Pax Romana atau Roman peace) dimulai dan berlangsung beberapa abad lamanya. Dalam masa damai ini, "Raja Damai",[4] yaitu YesusKristus dilahirkan.[5]
"perintah": diterjemahkan dari bahasa Yunani: δόγμαdogma (bahasa Inggris: decree), dalam kekaisaran Romawi merupakan suatu "hukum yang harus di laksanakan".[6] Yudea merupakan negeri taklukan Romawi dan Herodes sebagai "raja" memiliki kebijakan untuk tunduk pada Kaisar, sehingga meskipun diberi kebebasan nominal, ia tidak bisa menolak perintah Kaisar untuk mengumpulkan statistik penduduk, bahkan termasuk harta benda, dalam wilayah yang diperintahnya.
"mendaftarkan": diterjemahkan dari bahasa Yunani: ἀπογράφεσθαι, apographesthai. Kata kerja serupa juga muncul pada Ibrani 12:23. Dalam Alkitab bahasa Inggris Versi Raja James diterjemahkan dengan kata kuno "taxed", dulunya sekadar bermakna "mendaftarkan" ("enroll" atau "list")'[6] atau "meregistrasi" ("register"), tapi pada zaman modern mempunyai konotasi "pembayaran pajak", sehingga muncul kesalahpahaman bahwa pendaftaran ini untuk alasan perpajakan, tetapi kata asli bahasa Yunani tidak ada kaitan dengan pajak.[7]
Dalam laporannya Res Gestae Divi Augusti ("Tindakan-tindakan Agustus Agung" atau "Deeds of the Divine Augustus"), tertulis tentang 3 kali sensus warganegara Romawi yang dilakukan oleh Augustus (menurut pakar sejarah pada tahun-tahun 28 SM, 8 SM dan 14 M):
"Aku melakukan sensus penduduk. Aku mengadakan lustrum sesudah interval 41 tahun. Dalam lustration ini 4.063.000 warganegara Romawi dimasukkan daftar sensus. Kedua kalinya, pada zaman konsul-konsul Gaius Censorinus dan Gaius Asinius, aku mengadakan lagi lustrum sendirian, dengan konsular kerajaan (consular imperium). Dalam lustrum ini 4.233.000 warganegara Romawi dimasukkan ke dalam daftar sensus. Ketiga kalinya, dengan consular imperium, dan dengan putraku, Tiberius Caesar sebagai sejawatku, aku mengadakan lustrum pada zaman konsul-konsul Sextus Pompeius dan Sextus Apuleius. Dalam lustrum ini 4.937.000 warganegara Romawi dimasukkan daftar sensus."[8]
Sejarawan dari abad ke-5 M, Orosius, mencatat "[Augustus] memerintahkan dilakukan sensus di setiap provinsi di mana saja dan semua orang harus didaftarkan. Maka pada waktu itu, Kristus dilahirkan dan dimasukkan ke dalam sensus Romawi, segera setelah Ia lahir ... Dalam satu nama Kaisar ini semua orang dari bangsa-bangsa besar mengambil sumpah, melalui partisipasi sensus, menjadi bagian dari satu masyarakat."[9] Sejarawan Yahudi-Romawi dari abad ke-1 M, Flavius Yosefus (37-100) tampaknya juga mencatat hal yang sama: "ketika semua orang Yahudi memberikan jaminan niat baik mereka kepada Kaisar, dan kepada pemerintahan raja, orang-orang ini [kaum Farisi] tidak bersumpah, jumlahnya lebih dari enam ribu."[10] Jadi dari konteks ini, sensus yang diadakan atas perintah Kaisar Agustus ini adalah untuk menyatakan kesetiaan (census of allegiance) bukan untuk pajak, dan dilaksanakan kira-kira satu tahun sebelum kematian raja Herodes.[11]
"seluruh dunia": diterjemahkan dari bahasa Yunani: οἰκουμένην, oikoumenēn, yang bermakna harfiah "dunia yang berpenduduk" (bahasa Inggris: "the inhabited world"), dijumpai dalam Hyperides, Eux. 42 (mungkin Liddell and Scott), dipakai dalam Septuaginta untuk menerjemahkan kata-kata Ibrani תֵּבֵל dan אֶרֶץ, serta dalam ayat-ayat Lukas 4:5; Lukas 21:26; Kisah Para Rasul 24:5; Roma 10:18; Wahyu 16:14; Ibrani 1:6 (πᾶσα ἡ οἰκουμένη, Josephus, b. j. 7, 3, 3); ὅλῃ ἡ οἰκουμένη, Matius 24:14; Kisah Para Rasul 11:28 (dalam artian yang sama pada Yosefus, Antiquitates 8, 13, 4 πᾶσα ἡ οἰκουμένη;[12] Kisah Para Rasul 17:6, 31 (Mazmur 9:9); ; ἡ οἰκουμένη ὅλῃ, seluruh manusia, Wahyu 3:10; Wahyu 12:9.[13] Ini kata yang sama dengan "ekumene", οἰκουμένη, œcumenè,— juga membentuk kata "ekumenis" atau "ekumenikal" untuk dewan-dewan gereja; dalam ayat ini dan seluruh Perjanjian Baru mengacu pada Kekaisaran Romawi. Jadi perintah Augustus adalah untuk sensus umum.[7]
Kirenius (bahasa Yunani: Κυρήνιος; nama dalam bahasa Latin: Publius Sulpicius Quirinius) merupakan pejabat penting pada zaman Kaisar Agustus dan ditugaskan mengurus militer Romawi di Siria, yang wilayahnya meliputi Yudea, pada dua masa jabatan: tahun 6 sampai4 SM, dan tahun 6 sampai 9 M.[5]
"Pendaftaran yang pertama kali": Ada yang menerjemahkan "...pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius..." dari bahasa Yunani ἀπογραφὴ πρώτη sebagai "...pendaftaran yang diadakan sebelum Kirenius...", berhubung pemakaian kata "proto" yang dapat diterjemahkan sebagai "paling awal", atau "sebelum".[15] Dalam sejarah diketahui jelas dari catatan Romawi bahwa Kaisar Agustus memerintahkan pendaftaran sebanyak 3 kali, yaitu tahun 28 SM, 8 SM dan 14 M, tetapi ini hanya untuk pernyataan kesetiaaan (allegiance). Selain itu ada juga sensus-sensus tingkat provinsi yang dilakukan pada masa pemerintahan Agustus, terutama untuk orang yang bukan warganegara Romawi dengan tujuan untuk perhitungan pajak. Suatu sensus pajak semacam itu dicatat dilaksanakan oleh Kirenius pada tahun 6 M (satu dekade setelah kematian Herodes Agung; pada tahun Arkhelaus dipecat dari jabatannya sebagai raja Yudea, dan provinsi Yudea diambil alih oleh pemerintah Romawi). Dicatat oleh sejarawan Flavius Yosefus bahwa sensus pajak ini dilaksanakan oleh Kirenius, sewaktu masih menjabat sebagai gubernur Siria serta diberi wewenang sementara atas Yudea juga sampai kedatangan gubernur dari Roma. Lukas juga menyinggung mengenai sensus ini di kitabnya yang lain yaitu Kisah Para Rasul 5:37. Jadi, memang dilakukan sejumlah pendaftaran, tetapi tidak ada pendaftaran untuk pajak di sekitar masa Kelahiran Yesus. Yang ada hanya pendaftaran untuk kesetiaan yang langsung diperintahkan oleh Kaisar Agustus sendiri.[11] Barnes mengutip Dr. Lardner yang berpendapat bahwa, "Ini adalah sensus "pertama" oleh Kirenius, gubernur Siria," untuk membedakan dengan sensus yang "kemudian" seperti tercatat dalam Kisah Para Rasul 5:37.[6]
Supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. (TB)[22]
"didaftarkan bersama-sama" (bahasa Yunani: ἀπογράψασθαι σὺν, apograpsasthai syn): ada yang menafsirkan "untuk perhitungan pajak" sesuai kebiasaan tujuan dilakukannya suatu sensus (Versi Raja James: bahasa Inggris: to be taxed with), tetapi sebenarnya hanya berarti "ditulis atau dicatat (namanya)" dan bisa jadi hanya untuk menyatakan kesetiaan (bahasa Inggris: allegiance; lihat catatan pada ayat 1).
"Maria, tunangannya" (bahasa Yunani: Μαριὰμ τῇ μεμνηστευμένῃ αὐτῷ γυναικὶ, Mariam tē menēsteymenē autō gynaiki, mnēsteuō: dijanjikan untuk menikah, gynē: istri): istrinya yang dijanjikan untuk menikah dengannya (Versi Raja James: bahasa Inggris: Mary his espoused wife). Injil Matius mencatat bahwa Maria dan Yusuf masih bertunangan ketika Yesus mulai dikandung.[23] Maria dan Yusuf pergi bersama-sama menunjukkan mereka sudah menikah, tetapi tidak berhubungan sebagai suami istri sampai setelah Yesus lahir.[24]
"yang sedang mengandung" (bahasa Yunani: οὔσῃ ἐγκύῳ, ousē enkyō): menurut struktur kalimat, anak ini bukan dari Yusuf.[21]
Dan ia (Maria) melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. (TB)[25]
Kata-kata "dibungkus dengan lampin" (bahasa Yunani: ἐσπαργάνωσεν, esparganōsen) dan "terbaring" (bahasa Yunani: ἀνέκλινεν, aneklinen) "di dalam palungan" (bahasa Yunani: ἐν τῇ φάτνῃ, en tē phatnē) terulang di ayat 12 di dalam perkataan malaikat kepada para gembala, serta kata "palungan" ditegaskan lagi dari apa yang dilihat oleh para gembala di ayat 16.
"Penginapan" (bahasa Yunani: καταλύματι, katalymati) tampaknya adalah ruangan di perteduhan umum, bukan bangunan yang mempunyai kamar-kamar.[21]
"Juruselamat" (bahasa Yunani: σωτὴρ, sōtēr), "Kristus" (bahasa Yunani: Χριστὸς, Christos), "Tuhan" (bahasa Yunani: κύριος, kyrios): Tiga gelar ini bersama-sama menyimpulkan pekerjaan penyelamatan Yesus dan keagungan kedudukan-Nya. Allah disebut sebagai "Juruselamat" di Lukas 1:47, di sini Yesus yang disebut demikian. "Kristus" berarti "yang diurapi" (dalam bahasa Ibrani: "Mesias"), menunjuk kepada posisi rajani dan mesianik Yesus. Kata "Tuhan" adalah gelar untuk penguasa. Arti kata ini dijelaskan oleh Petrus dalam khotbahnya di Kisah Para Rasul 2:30–36, di mana Yesus ditetapkan untuk duduk di sebelah kanan Allah, memerintah bersama Allah, dan dari sana membagikan buah keselamatan.[21]
[Kata malaikat itu kepada para gembala:] "Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." (TB)[28]
Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. (TB)[30]
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, (TB)[32]
"Genap waktu pentahiran": mengikuti aturan Imamat 12:6
"Menyerahkan-Nya kepada Tuhan": Sebagaimana Yusuf dan Maria dahulu menyerahkan Yesus kepada Tuhan, demikianlah seharusnya semua orang-tua menyerahkan anak mereka dengan tulus hati, kepada Tuhan. Mereka harus berdoa senantiasa agar sejak awal sampai akhir kehidupan setiap anak, ia akan melakukan kehendak Tuhan, melayani dan memuliakan Allah dengan pengabdian sepenuh.[33]
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah", (TB)[34]
Merujuk kepada:
Keluaran 13:2: "Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir terdahulu dari kandungan pada orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan; Akulah yang empunya mereka."[35]
Keluaran 13:12: maka haruslah kaupersembahkan bagi TUHAN segala yang lahir terdahulu dari kandungan; juga setiap kali ada hewan yang kaupunyai beranak pertama kali, anak jantan yang sulung adalah bagi TUHAN.[36]
Keluaran 13:15: Sebab ketika Firaun dengan tegar menolak untuk membiarkan kita pergi, maka TUHAN membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, dari anak sulung manusia sampai anak sulung hewan. Itulah sebabnya maka aku biasa mempersembahkan kepada TUHAN segala binatang jantan yang lahir terdahulu dari kandungan, sedang semua anak sulung di antara anak-anakku lelaki kutebus.[37]
Bilangan 3:13: "sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN."[38]
dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati. (TB)[39]
"Sepasang burung tekukur": dari bahasa Yunani: Ζεῦγος τρυγόνων, zeugostrygonōn; bahasa Inggris: a pair of turtledoves.[40] Hukum Taurat pada Imamat 12:8 mengizinkan subsitusi persembahan korban ini yang umumnya berupa seekor domba untuk korban bakaran, dan seekor burung merpati (pigeon atau dove) sebagai korban penebus dosa, bilamana sang ibu “tidak mampu” untuk mempersembahkan korban umum ini. Persembahan sepasang burung tekukur menunjukkan bahwa Yusuf dan Maria itu miskin (Imamat 12:8). Sejak awal Kristus telah digolongkan dengan orang yang tidak mampu (Lukas 9:58; Matius 8:20; Wahyu 2:9).[33] Persembahan korban ini, sebagaimana korban-korban lain, harus dilakukan di Bait Suci, sehingga dapat dipastikan bahwa kunjungan ke Bait Suci ini terjadi sebelum kedatangan orang-orang Majus, karena kalau dilakukan setelahnya, maka akan sangat berbahaya (karena ancaman Herodes), lagi pula catatan pada Matius 2 menyiratkan bahwa Yusuf, Maria dan Yesus pergi ke Mesir segera setelah keberangkatan orang-orang Majus dari Timur itu.[7]
"Dua ekor anak burung merpati": dari bahasa Yunani: δύο νοσσοὺς περιστερῶν, duonossousperisterōn; bahasa Inggris: two young pigeons.[40]
Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat, (TB)[41]
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, (TB)[46]
Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem. (TB)[47]
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.[48]
"Kembalilah mereka ke..kota Nazaret di Galilea": Catatan dalam Injil Lukas setelah presentasi di Bait Suci ini melompati bagian kehidupan masa kecil Yesus yang dicatat dalam Injil Matius yaitu kedatangan orang-orang Majus, pembantaian anak-anak di Betlehem, dan pelarian ke Mesir. Ellicott berpendapat bahwa ini mengindikasikan penulis Injil Lukas tidak mengenal naratif Injil Matius, dan sebaliknya juga penulis Injil Matius tidak mengenal Injil Lukas, melainkan masing-masing menulis dari apa yang didengarnya, atau ditemukan dalam naratif yang sudah ada sebelumnya, yang tidak lengkap, sehingga tidak dapat dengan segera dapat diselaraskan dalam harmoni satu sama lain.[7] Di ayat ini hanya ditulis bahwa orang tua Yesus kembali ke Nazaret sebagai kota kediaman mereka. Dalam Injil Matius kembalinya mereka ke Nazaret rupanya ditentukan oleh ketakutan mereka terhadap Arkhelaus. Kemungkinannya adalah, meskipun sebelumnya pernah berdiam di Nazaret, mereka mungkin berpikir untuk menetap di Betlehem, dan tidak jadi karena mengetahui kekejaman Herodes dan putranya, Arkhelaus.[7] Poole mengamati bahwa Lukas 2:4 dan Matius 2:23 saling mendukung dengan menyatakan Yusuf memang tinggal di Nazaret.[49] Barnes melihat bahwa meskipun Injil Lukas tidak mencatat kepergian ke Mesir seperti dalam Injil Matius, tidak pula mengingkari maupun menggunakan kata-kata yang menunjukkan kepergian segera ke Nazaret; hal mana ada paralel dengan catatan kehidupan Paulus, yaitu ketika ia berubah menjadi murid Yesus dicatat bahwa ia kemudian pergi ke Yerusalem, seakan-akan langsung ke sana begitu sudah beralih ke agama Kristen (Kisah Para Rasul 9:26); namun diketahui dari catatan lain bahwa kepergian ke Yerusalem itu berselang waktu tiga tahun (Galatia 1:17–18). Jadi dalam hal ini bukan mustahil tercakup perjalanan pulang itu melalui Betlehem, kemudian Mesir dan akhirnya ke Nazaret di Galilea.[6]
"Makin bertambah besar": Di antara Lukas 2:52 dan Lukas 3:1, kira-kira 18 tahun dari kehidupan Yesus berlangsung tanpa keterangan apapun. Seperti apakah kehidupan-Nya selama tahun-tahun itu? Dari Matius 13:55 dan Markus 6:3, diketahui bahwa Ia dibesarkan dalam suatu keluarga besar, bahwa ayah-Nya seorang tukang kayu dan bahwa Yesus belajar keterampilan seorang tukang kayu. Karena Yusuf tidak pernah disebut lagi di dalam kitab-kitab Injil, mungkin sekali Yusuf telah mati sebelum Yesus memulai pelayanan umum-Nya dan Yesus harus menghidupi ibu dan adik-adik laki-laki dan perempuan-Nya. Usaha tukang kayu meliputi hal memperbaiki rumah, membuat perabot rumah tangga dan alat-alat pertanian, seperti bajak dan kuk. Selama tahun-tahun ini Ia bertambah besar dan berkembang, baik secara fisik maupun secara rohani sesuai dengan kehendak Allah, serta menyadari sepenuhnya bahwa Allah adalah Bapa-Nya (Lukas 2:49).[33]
Ramsay mengamati bahwa peristiwa-peristiwa dalam Lukas 1 dan 2 merupakan sejarah keluarga yang sifatnya sangat pribadi. Fakta ini hanya mungkin diketahui oleh segelintir orang saja. Lukas tentunya mendapatkan informasi ini dari otoritas yang tepercaya dan sumber ini telah dicantumkannya supaya tidak menimbulkan keraguan, yaitu Maria.[53]
Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. (Lukas 2:19)
Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. (Lukas 2:51)
Namun, ada hal-hal yang hanya diketahui secara pribadi oleh Elisabet tercatat dalam Lukas 1:24 dan Lukas 1:41, dan Lukas dengan cermat memuat bagaimana hal itu dapat diketahui oleh Maria, yaitu dalam Lukas 1:36, 41, dicatat pemberitahuan kepada Maria oleh malaikat dan oleh Elisabet, padahal tidak dikatakan bahwa Maria memberitahukan hal itu kepada Elisabet.[53] Jadi, naratif Injil Lukas hanya terjadi jika Maria menyampaikan apa yang dialaminya sendiri dan apa yang diketahuinya langsung dari sumbernya sebagai orang pertama; apalagi dengan keterangan bahwa hal-hal ini sesungguhnya disimpan oleh Maria dalam hatinya, sehingga kalau bukan dari Maria, tidak ada orang lain yang dapat menjadi otoritas informasi-informasi ini.[53]
^Willi Marxsen. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia. 2008. ISBN 9789794159219.
^John Drane. Introducing the New Testament. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar historis-teologis. Jakarta:Gunung Mulia. 2005. ISBN 9794159050.