Lungsir

Lungsir
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Rosid
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
N. juglandifolium
Nama binomial
Nephelium juglandifolium

Lungsir merupakan kerabat dekat rambutan yang mempunyai potensi sebagai tanamn buah dan tanaman peneduh pekarangan. Nama lainnya adalah rambutan hutan dan rambutan pecat. Perilaku fisiologi mirip dengan rambutan. Buahnya relatif lebih kecil namun salut bijinya manis dan mudah terlepas dari biji sehingga memiliki potensi sebagai buah meja seperti rambutan. Selain itu, lungsir dapat dipertimbangkan sebagai batang bawah rambutan.

Tumbuhan ini asli dari Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Dapat ditemukan tumbuh liar di hutan dataran rendah, tinggi hingga 30 m, dengan 3–7 per helai anak daun. Buahnya agak lonjong dan gepeng.

Pohon

Pohon yang menyukai alam basah dan terbuka. Umumnya tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 650 m (Lenthouts,1986). Tumbuhan dapat mencapai usia lebih dari 80 tahun dan masih berbuah. Ketinggian pohon dapat mencapai 30 m.

Batang

Batang pohon dewasa bagian luarnya kasar dan kecokelatan bila dikelupas batang kayunya kuning. Kayu cukup keras dan berbatang lurus menjulang, dapat digunakan sebagai bahan bangunan.

Daun

Daun tersusun majemuk yang helainya tersusun berpasangan. Banyak pasangan daun rata-rata 3–7 pasang dalam satu tangkai daun. Bentuk anak daun bulat telur, helainya tebal dan berbulu halus. Warna daun hijau muda dan tidak licin.

Buah

Buah bertipe buah batu (drupa). Bentuk agak gepeng, elipsoid.

Bunga

Pembungaan terjadi pada pertengahan musim penghujan (Februari hingga April). Tumbuhan berumah tunggal, meskipun ada yang berumah dua (monodioecious), sehingga terdapat pohon banci, jantan, dan betina. Perbungaan majemuk, dengan tandan bunga berbentuk kerucut, terletak pseudoterminal. Bunga mekar dimulai pada bagian pangkal dan berikutnya menuju ke bagian ujung. Serangga penyerbuk terutama lebah. Benang sarinya berjumlah 7–8 dan kepala putik terbelah dua. Menurut Van der Ham (1990), serbuk sarinya kecil dengan ukuran diameter ekuatorial (E) 26 milimikron dan tinggi secara polar (P) 25 mili-mikron (1 mikron = 0,001 mm).

Biji

Biji terlindung oleh kulit biji, sisa-sisa nukleus, dan endosperma (Sutopo,1988). Kulit biji mengalami modifikasi membentuk salut biji (sarcotesta) yang berkembang dari ujung biji. Daging buah ini bewarna putih agak jernih. Rasanya asam hingga manis dan berair. Tebal daging buah antara 2–4 mm dilindungi oleh kulit buah yang berbingkul-bingkul. Pada waktu masih muda, kulit buah ini bewarna hijau muda kemudian menjelang masak berubah menjadi merah dan selanjutnya merah tua pada saat masak. Buah berbentuk lonjong. Ukurannya setelah masak panjang 3,5–4 cm dan diameter 2,5–3 cm. Kulit buah agak bergetah dan lengket, tebal 3–5 mm. Biji tidak tahan lama disimpan karena tergolong rekalsitran, tidak mampu bertahan hidup pada kadar air rendah.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Leenhouts, P. 1986. Blumea 31:415.
  • Ham, R.W.J.M. van der 1990. Nephelieae Pollen (Sapindaceae). Form, Function, and Evolution. (Leiden Bot.Series,13). 61 plates (SEM & TEM - micrographs). 21 textfigures. 255pp.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]