Mako Tabuni (lahir di Wamena, Jayawijaya, Papua – meninggal di Jayapura, Papua, Indonesia, 14 Juni 2012)[1] adalah aktivis Papua dan wakil ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), sebuah ormas yang berkampanye untuk kemerdekaan wilayah Papua Barat.
Pada tanggal 14 Juni 2012, Mako tertembak dalam sebuah operasi oleh Kepolisian Papua di Kompleks Perumahan Waena di Jayapura. Menurut laporan resmi Foker LSM Pembunuhan Wakil Ketua Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Musa Mako Tabuni diduga untuk meredakan ancaman konflik penduduk asli dan pendatang di Papua. Mako Tabuni bersama 3 anak buahnya anggota dituduh terlibat serangkaian penembakan misterius di Papua selama awal Juni 2012 dan turis WNA Jerman. Tiga orang tersebut akhirnya ditangkap oleh kepolisian.[2][3]
Menurut saksi mata Ketika Musa Mako Tabuni sedang makan pinang bersama dua rekannya.saat itu juga tiga mobil kijang avanza, masing-masing warna biru, hitam dan silver melaju perlahan-lahan dari arah Abepura menuju putaran Perumnas 3.
Dua mobil berhenti di sekitar Pos Polisi (Yanmor) dan satu mobil berwarna biru langit terus melaju perlahan ke putaran taksi Perumnas III. Pas dekat dengan MusaMako Tabuni dari dalam mobil biru tersebut langsung melepas tembakan 5 kali dengan menggunakan senjata laras panjang Penembak menggunakan topeng dan berpakaian preman, dan belum diketahui apakah ada korban atau tidak dalam aksi tembakan 5 kali tersebut., Tembakan itulah yang menewaskan Mako Tabuni di hadapan warga masyarakat
Pelaku Penembakan Musa Mako Tabuni itu mengangkatnya ke mobil yang mereka tumpangi itu dan kabur dari TKP dalam perjalanan Musa Mako Tabuni masih bernyawa namun hingga sampai di Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri di Jayapura Musa Mako Tabuni Tidak Bernyawa (Meninggal ) Dunia.
Sementara Kepolisian Polda Papua mengatakan Mako menolak penangkapan dan merebut pistol aparat saat hendak ditangkap, sehingga aparat menembaknya, melukai paha kirinya, Walaupun Mako Tidak melawan dan membawah Pistol dan beberapa butir Peluruhnya seperti yang dituduhkan oleh Kepolisian Polda Papua.[4][5] Penembakan Mako memicu kerusuhan besar-besaran dan kekerasan di Jayapura.[6] Aktivis pro-kemerdekaan Papua mengklaim bahwa Tabuni sengaja ditembak oleh kepolisian, yang merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Mako dilaporkan masih hidup ketika ia dirujuk ke rumah sakit Bhayangkara di Jayapura dan bahwa ia meninggal karena pendarahan dari luka tembak yang dialaminya.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Kapolri Jenderal Timur Pradopo mengatakan bahwa Tabuni ditembak setelah ia merebut senjata dari polisi yang berusaha menangkapnya dan melarikan diri,[7] sementara juga menambahkan bahwa penyelidikan menemukan bahwa Tabuni memiliki pistol dengan 18 peluru.[8] Ia dicari karena "menyebabkan keresahan di provinsi (Papua)", menurut Kepala Kepolisian Daerah Papua, Bigman Lumban Tobing. Setelah kematian Tabuni, sekelompok besar massa mengamuk di Jayapura, banyak dari mereka membawa parang dan panah.[9]
Setelah kematian Tabuni, kepolisian awalnya menolak untuk melepaskan jenazahnya pada keluarganya, mengatakan bahwa mereka akan melakukan pemakaman Tabuni. Mereka mengubah keputusan tersebut, mengizinkan keluarga Tabuni mengambil jenazah Tabuni dari Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri di Jayapura, untuk dimakamkan pada tanggal 16 Juni 2012 di Pos 7 Sentani, Jayapura.[10][11]