Malcolm Muggeridge | |
---|---|
Lahir | Thomas Malcolm Muggeridge 24 Maret 1903 Sanderstead, Surrey, Inggris |
Meninggal | 14 November 1990 Robertsbridge, East Sussex, Inggris | (umur 87)
Kebangsaan | Britania |
Almamater | Selwyn College, Cambridge |
Pekerjaan | Jurnalis, penulis, satiris |
Thomas Malcolm Muggeridge (24 Maret 1903 – 14 Oktober 1990),[1] dikenal secara profesional sebagai Malcolm Muggeridge, adalah seorang satiris dan jurnalis Britania Raya. Di masa mudanya, Muggeridge merupakan seorang simpatisan sayap kiri, tetapi di kemudian hari ia menjadi seorang antikomunis yang kukuh. Selama Perang Dunia II, ia melayani pemerintah Britania sebagai tentara dan mata-mata. Ia berkontribusi dalam menjadikan Ibu Teresa meraih perhatian publik di dunia Barat, yang karenanya memicu kritik dari Christopher Hitchens. Menjelang akhir hidupnya di dunia ini, ia berbicara terang-terangan seputar isu-isu keagamaan dan moral. Ia menulis dua volume Chronicles of Wasted Time, sebuah autobiografi yang mendapat pujian luas kendati tidak terselesaikan.
Ayah Muggeridge, Henry (dikenal sebagai H. T. Muggeridge) melayani sebagai anggota dewan dari Partai Buruh di pemerintah daerah Croydon, South London, sebagai seorang pendiri dan anggota Fabian Society,[2] dan sebagai Anggota Parlemen dari Partai Buruh mewakili Romford (1929–1931, selama pemerintahan kedua Partai Buruh di bawah kepemimpinan Ramsay MacDonald). Ibunya adalah Annie Booler.
Muggeridge lahir di Sanderstead, Surrey, sebagai anak tengah di antara lima bersaudara. Ia dibesarkan di Croydon dan bersekolah di sana, di Selhurst High School, dan kemudian melanjutkan ke Selwyn College, Cambridge, selama empat tahun. Sembari menjadi mahasiswa, ia juga mengajar untuk periode-periode singkat, pada tahun 1920, 1922, dan 1924 di John Ruskin Central School, Croydon, tempat ayahnya menjabat sebagai Ketua Gubernur-Gubernur. Setelah lulus pada tahun 1924 dengan predikat pass dalam bidang ilmu alam, ia pergi ke India selama tiga tahun untuk mengajar Sastra Inggris di Union Christian College, Aluva, di Kerala. Karier menulisnya dimulai pada periode waktu tersebut di Kerala, melalui suatu pertukaran korespondensi mengenai perang dan perdamaian dengan Mahatma Gandhi. Artikel-artikel Muggeridge seputar interaksi-interaksi tersebut dipublikasikan di Young India, sebuah majalah setempat.
Sekembalinya Muggeridge ke Britania pada tahun 1927, ia menikahi Katherine "Kitty" Dobbs (1903–1994),[3] putri dari Rosalind Dobbs (adik perempuan Beatrice Webb).[3] Muggeridge bekerja sebagai seorang guru pengganti sebelum pindah ke Mesir untuk mengajar Sastra Inggris enam bulan kemudian. Di sana ia bertemu Arthur Ransome, yang mengunjungi Mesir sebagai jurnalis The Manchester Guardian. Ransome merekomendasikan Muggeridge kepada para editor Guardian, yang memberi dia pekerjaan pertamanya dalam bidang jurnalistik.
Karena tertarik dengan Komunisme, Muggeridge dan istrinya melakukan perjalanan ke Moskow pada tahun 1932, untuk menjadi koresponden The Manchester Guardian menggantikan William Chamberlin yang mengambil cuti. Selama masa-masa awalnya di Moskow, fokus jurnalistik utamanya adalah menyelesaikan sebuah novel, Picture Palace, yang kurang lebih didasari oleh pengalaman dan pengamatannya selama di The Manchester Guardian. Novel tersebut terselesaikan dan diserahkan ke penerbit-penerbit pada bulan Januari 1933, tetapi para penerbit mengkhawatirkan adanya potensi klaim-klaim fitnah dan bukunya tidak diterbitkan. Hambatan ini menyebabkan kendala finansial yang cukup besar bagi Muggeridge, yang pada saat itu tidak memiliki pekerjaan tetap dan hanya menerima bayaran untuk artikel-artikel yang diterima. Seiring dengan meningkatnya kekecewaan yang ia alami akibat pengamatan-pengamatannya atas komunisme dalam praktiknya, Muggeridge memutuskan untuk menyelidiki laporan-laporan terkait peristiwa kelaparan di Ukraina, pergi berkunjung ke sana dan ke Kaukasus tanpa mendapat izin dari otoritas Soviet. Laporan-laporan pengamatannya yang ia kirim kembali ke The Manchester Guardian dalam tas diplomatik, sehingga luput dari penyensoran, tidak dicetak sepenuhnya dan tidak diterbitkan dengan nama Muggeridge. Pada saat bersamaan, seorang jurnalis saingan, Gareth Jones, yang pernah berjumpa dengan Muggeridge di Moskow, menerbitkan kisahnya sendiri yang mengonfirmasikan ekstensivitas dari peristiwa kelaparan tersebut. Dalam ulasannya di The New York Times, Walter Duranty membantah adanya kelaparan dalam rupa apapun,[4] dan dianugerahi Penghargaan Pulitzer. Gareth Jones menulis serangkaian surat kepada The Manchester Guardian guna mendukung artikel-artikel Muggeridge terkait peristiwa kelaparan tersebut.
Setelah terlibat konflik dengan kebijakan editorial koran-koran Britania, yaitu keengganan untuk menciptakan gejolak di Rusia mengingat situasi politik yang semakin mengkhawatirkan di Jerman, Muggeridge kembali menulis novel. Ia mengawalinya dengan menulis Winter in Moscow (1934), yang melukiskan situasi di "utopia sosialis" dan menyindir pandangan yang tidak kritis dari jurnalis-jurnalis Barat terkait rezim Joseph Stalin. Ia kemudian menyebut Duranty "pendusta terbesar yang pernah saya temui dalam jurnalisme". Selanjutnya ia memulai suatu kemitraan dalam penulisan dengan Hugh Kingsmill. Perspektif politik Muggeridge berubah dari suatu sudut pandang sosialis independen menjadi suatu sikap keagamaan sayap kanan yang tidak kalah kritisnya dalam menyinggung masyarakat. Di kemudian hari ia menulis:
Setelah melewati kehidupannya di Moskow, Muggeridge bekerja untuk koran-koran yang lain, termasuk The Statesman di Kalkuta, menjadi editornya pada tahun 1934-36. Dalam periode keduanya di India ini, ia tinggal sendirian di Kalkuta, setelah menempatkan istri dan anak-anaknya di London. Ia berkantor di kantor pusat surat kabar itu di Chowringhee.
Ketika perang dinyatakan, Muggeridge datang ke Maidstone untuk turut bergabung, tetapi ia disuruh pergi – "Generasi saya merasa kalau mereka telah melewatkan Perang Pertama, sekaranglah saat untuk menebusnya."[6] Muggeridge dipanggil ke Kementerian Informasi, yang ia sebut "suatu pengaturan yang paling mengerikan", dan kemudian bergabung dengan angkatan darat sebagai seorang tamtama. Ia bergabung di Corps of Military Police dan ditugaskan dalam General List pada bulan Mei 1940. Ia dimutasi ke Intelligence Corps sebagai seorang Letnan pada bulan Juni 1942. Setelah bertugas selama dua tahun sebagai seorang Regimental Intelligence Officer, per tahun 1942 ia tergabung dalam MI6 dan telah dikirim ke Lourenço Marques sebagai seorang wakil konsul dalam penyamaran (London Controlling Section menyebutnya Special Correspondent).[7]
Misinya adaah mencegah informasi terkait konvoi-konvoi Sekutu di lepas pantai Afrika jatuh ke tangan musuh[8] – belakangan ia juga menuliskan bahwa ia mencoba bunuh diri pada saat itu. Setelah pendudukan Sekutu di Afrika Utara, ia ditempatkan di Aljir sebagai petugas penghubung dengan sécurité militaire Prancis. Dalam kapasitasnya itu, ia diutus ke Paris saat berlangsungnya pembebasan, bekerja sama dengan Pasukan Kemerdekaan Prancis pimpinan Charles de Gaulle. Ia sangat menghormati de Gaulle, dan menganggapnya lebih hebat daripada Winston Churchill.[9] Ia diperingatkan untuk bersiap menghadapi sikap anti-Britania di Paris karena penyerangan di Mers-el-Kébir. Pada kenyataannya, ketika berbicara dalam program retrospektif BBC Muggeridge: Ancient & Modern, Muggeridge mengatakan bahwa ia tidak menjumpai sikap demikian – bahkan ia terkadang dibolehkan makan dan minum gratis di Maxim's. Ia ditugaskan untuk melakukan penyelidikan awal terhadap lima siaran P. G. Wodehouse dari Berlin selama perang berkecamuk. Meski ia telah dipersiapkan untuk tidak menyukai Wodehouse, wawancara yang berlangsung menjadi awal dari suatu kemitraan dalam penerbitan dan persahabatan seumur hidup, serta menjadi tema sejumlah drama. Pada periode tersebut ia juga mewawancarai Coco Chanel di Paris, mengenai dasar keterlibatannya dengan Nazy di Vichy, Prancis, selama terjadinya perang.[10] Ketika perang berakhir, Muggeridge mengakhirinya sebagai seorang Mayor, setelah menerima medali Croix de Guerre dari Pemerintah Prancis karena alasan-alasan yang tidak disebutkan.
Muggeridge juga menulis untuk Evening Standard dan Daily Telegraph. Ia menjadi editor majalah Punch dari tahun 1953 sampai 1957, suatu penunjukan yang dipandang menantang bagi seseorang yang mengaku tidak memiliki selera humor. Salah satu tindakan pertamanya adalah memecat ilustrator E. H. Shepard.[11] Pada tahun 1957, ia menerima kecaman keras secara profesional dari publik karena mengkritik monarki Britania dalam sebuah majalah Amerika Serikat, The Saturday Evening Post. Dengan judul "Does England Really Need a Queen?" ("Apakah Inggris Benar-Benar Membutuhkan Seorang Ratu?"), publikasinya ditunda lima bulan agar bertepatan dengan Kunjungan Kenegaraan Kerajaan ke Washington, D.C. yang berlangsung pada akhir tahun itu. Kendati artikel tersebut utamanya sekadar pengulangan pandangan-pandangan yang diungkapkan dalam sebuah artikel tahun 1955 berjudul "Royal Soap Opera", pilihan waktu publikasinya menyebabkan kemarahan di Britania, dan ia dipecat untuk sementara waktu dari BBC, demikian juga sebuah kontrak dengan koran-koran Beaverbrook dibatalkan. Ketenaran Muggeridge mendorongnya untuk menjadi seorang penyiar yang lebih dikenal dengan reputasi sebagai pewawancara yang tangguh.
Sejak awal tahun 1960-an, Muggeridge menjadi seorang vegetarian agar ia "bebas untuk mencerca peternakan-peternakan pabrik yang mengerikan itu, tempat hewan-hewan dibesarkan untuk menjadi makanan".[12]
Ia secara berkala mengecam pelalaian seksual baru swinging sixties di radio dan televisi, secara khusus mencerca "pil" dan "pot" – pil kontrasepsi dan ganja. Ia juga mencemooh Beatles.
Buku Tread Softly for You Tread on My Jokes (1966) karyanya, meski mengandung humor yang tajam, mengungkapkan suatu pandangan hidup yang serius. Judul tersebut merujuk pada baris terakhir puisi Aedh Wishes for the Cloths of Heaven karya William Butler Yeats: "Tread softly because you tread on my dreams" ("Menapaklah dengan lembut karena engkau menginjak mimpi-mimpiku"). Pada tahun 1967 dan 1970, ia berkhotbah di Great St Mary's, Cambridge.
Setelah terpilih sebagai rektor Universitas Edinburgh, Muggeridge didesak oleh editor surat kabar The Student, Anna Coote, untuk mendukung seruan agar pil kontrasepsi tersedia di Pusat Kesehatan Universitas. Ia memanfaatkan khotbahnya di St Giles' Cathedral pada bulan Januari 1968 untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai aksi protes terhadap pandangan-pandangan Dewan Perwakilan Mahasiswa mengenai "pot" dan "pil". Khotbah tersebut dipublikasikan dengan judul "Another King".
Muggeridge juga dikenal karena kecerdasannya dan tulisan-tulisannya yang mendalam, yang sering kali berlawanan dengan opini kala itu, selaras dengan pepatah "Never forget that only dead fish swim with the stream" ("Jangan pernah lupa bahwa hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus") yang suka ia sitir. Ia menulis dua volume autobiografinya yang berjudul Chronicles of Wasted Time (judul tersebut merupakan kutipan[13] dari Soneta 106, salah satu soneta Shakespeare). Volume ketiga yang direncanakan, The Right Eye, yang meliput periode pascaperang, tidak pernah terselesaikan.
Setelah menjalani sebagian besar hidupnya di dunia ini sebagai seorang agnostik, ia berpaling menjadi seorang Kristen, dan menerbitkan Jesus Rediscovered pada tahun 1969. Karya tulis tersebut merupakan suatu kumpulan esai, artikel, dan khotbah tentang iman, yang kelak meraih penjualan terbaik. Selanjutnya, pada tahun 1976, ia memublikasikan Jesus: The Man Who Lives, sebuah karya yang lebih substansial yang mendeskripsikan Injil dengan kata-katanya sendiri. Dalam A Third Testament, ia membahas enam pemikir spiritual yang ia sebut "God's Spies" ("Mata-Mata Allah"), yang telah mempengaruhi hidupnya: St. Agustinus dari Hippo, William Blake, Blaise Pascal, Leo Tolstoy, Dietrich Bonhoeffer, dan Søren Kierkegaard. Ia juga memproduksi beberapa dokumenter religius BBC pada periode ini seperti In the Footsteps of St. Paul.
Muggeridge menjadi salah seorang tokoh terkemuka dalam gerakan Nationwide Festival of Light pada tahun 1971, memprotes eksploitasi seks dan kekerasan secara komersial di Britania, serta merekomendasikan ajaran Kristus sebagai kunci untuk memulihkan stabilitas moral di negaranya. Ketika itu ia mengatakan: "Media pada hari ini – pers, televisi, dan radio – kebanyakan berada di tangan orang-orang yang menyukai kejatuhan Gadaren masa kini ke dalam kemerosotan dan kefasikan."[14] (Istilah "Gadaren" bermakna keturutsertaan dalam ketergesa-gesaan yang membahayakan untuk melakukan sesuatu, berasal dari kata Yunani Gadarēnos 'penghuni Gadara', mengacu pada Matius 8:28–32 tentang kawanan babi yang bergegas terjun dari tepi jurang ke dalam danau.[15])
Pada tahun 1979, bersama dengan Mervyn Stockwood, uskup Anglikan Southwark pada saat itu, Muggeridge menyebut John Cleese dan Michael Palin "tidak jujur" dalam suatu acara perbincangan Friday Night, Saturday Morning. Muggeridge menyebut film mereka, Monty Python's Life of Brian, dengan sebutan "buffoonery" (perilaku yang konyol namun menghibur), "tenth-rate" (berkualitas sangat buruk), "film kecil yang menyedihkan ini", dan "pertunjukan kecil yang nista ini". Ia memandang film itu sebagai penghujatan, walaupun terlambat hadir untuk penayangannya, menurut Palin, sehingga kehilangan dua adegan yang memperlihatkan Yesus dan Brian sebagai dua orang berbeda pada waktu yang bersamaan. Para komedian tersebut mengungkapkan kekecewaan mereka pada Muggeridge, yang sebelumnya dihormati oleh semua anggota Monty Python itu sebagai seorang satiris. Cleese mengatakan bahwa reputasi Muggeridge telah "jatuh" di matanya, sementara Palin berkomentar, "Ia tetaplah menjadi Muggeridge, lebih memilih untuk memiliki suatu opini yang sangat bertentangan alih-alih tidak sama sekali."[16]
Pada tahun 1982, dalam usianya yang ke-79, Muggeridge dan Kitty istrinya diterima dalam persekutuan penuh dengan Gereja Katolik. Konversinya sebagian besar disebabkan oleh pengaruh Ibu Teresa, yang telah ia tuliskan kisahnya dalam sebuah buku, Something Beautiful for God ("Sesuatu yang Indah untuk Allah"), yang menelaah dan menafsirkan kehidupan tokoh yang dikaguminya itu. Buku terakhir Muggeridge, Conversion (1988), mendeskripsikan kehidupannya sendiri sebagai suatu peziarahan abad ke-20, suatu perjalanan rohani.
Dalam bukunya yang berjudul The Missionary Position: Mother Teresa in Theory and Practice, serta dalam film dokumenter tahun 1994 berjudul Hell's Angel, jurnalis antiteis Christopher Hitchens mencemooh Muggeridge dengan sebutan "penipu dan pengecoh tua itu". Hitchens menertawakan laporan adanya suatu mukjizat "cahaya ilahi" yang Muggeridge katakan pernah ia saksikan dalam Rumah bagi yang Sekarat (sekarang bernama Rumah dari yang Berhati Murni, Kalighat, atau en ) di Kalkuta. Saat melihat rekaman film Something Beautiful for God, Muggeridge menghubungkan kejelasan gambar-gambarnya dengan "cahaya ilahi" Ibu Teresa. Kendati penjelasan yang lebih realistis dan prosais adalah bahwa kamerawan BBC telah mengatur suatu film baru yang lebih cepat untuk beberapa hasil jepretan dalam ruangan yang kurang pencahayaan, Muggeridge dianggap mempromosikan "peristiwa pancaran surgawi" ini kepada media sebagai suatu narasi keajaiban. Hitchens menganggap kalau interpretasi subjektif Muggeridge atas peristiwa-peristiwa yang ia saksikan di Kalkuta itu, dan konsekuensi dari publisitas seputar peristiwa-peristiwa tersebut, berkontribusi membentuk reputasi seperti-malaikat Ibu Teresa.[17]
Suatu kelompok masyarakat sastra bernama dirinya didirikan pada tanggal 24 Maret 2003, bertepatan dengan peringatan seratus tahun kelahirannya, dan menerbitkan sebuah surat kabar triwulanan berjudul The Gargoyle.[18] Malcolm Muggeridge Society, berbasis di Britania, secara progresif menerbitkan kembali karya-karyanya. Makalah-makalah Muggeridge disimpan dalam bagian Koleksi Khusus di Wheaton College, Illinois.
Pada bulan November 2008, pada peringatan 75 tahun peristiwa kelaparan Ukraina, Muggeridge dan Jones secara anumerta dianugerahi Orde Kebebasan Ukraina sebagai penghargaan atas pelayanan istimewa mereka kepada negara tersebut dan masyarakatnya.[19]
Jabatan media | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Colin Coote |
Deputi Editor Daily Telegraph 1950–1953 |
Diteruskan oleh: Ivor Bulmer-Thomas |
Jabatan akademik | ||
Didahului oleh: James Robertson Justice |
Rektor Universitas Edinburgh 1966–1969 |
Diteruskan oleh: Kenneth Allsop |