Maluka | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1812–1816 | |||||||||
Ibu kota | Maluka | ||||||||
Pemerintahan | Monarki absolut | ||||||||
Raja | |||||||||
Era Sejarah | Imperialisme Baru | ||||||||
• Pendirian | 1812 | ||||||||
• Dibubarkan | 1816 | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Indonesia | ||||||||
Maluka (atau Maluko) adalah sebuah negara merdeka kecil yang terletak di sekitar Sungai Maluka, sebelah tenggara Bandjermassin di pulau Kalimantan.[1] Negara ini didirikan di sebuah lahan konsesi yang diakuisisi oleh petualang Britania Raya Alexander Hare dari Sultan Banjarmassin pada tahun 1812 dan berlangsung selama 4 tahun sampai tahun 1816.[2]
Setelah invasi Britania Raya yang sukses ke Jawa yang sebelumnya merupakan wilayah Prancis dan pendirian koloni Britania, Wakil Gubernur Thomas Stamford Raffles mengirim Hare ke wilayah tersebut dan menunjuknya sebagai Residen Banjarmasin dan Komisaris Pulau Borneo ketika kendali Belanda sesaat diteruskan kepada Britania Raya (1811-16).
Hare kemudian mengakuisisi 1,400 mil persegi tanah dari Sultan Bandjermassin dan menetapkannya sebagai negara merdeka yang ia jalankan sebagai wilayah pribadi, dengan Rajah dari Maluka dan mengeluarkan uangnya sendiri.[3] Dengan demikian dia bisa disebut Rajah Putih pertama di Kalimantan, 30 tahun sebelum James Brooke mendirikan dinasti Rajah Putih sendiri di Sarawak.
Pemasukan narapidananya sebagai buruh budak, terutama perempuan, menjadi terkenal dan diketahui telah mendirikan sebuah harem.[4] Sebuah penyelidikan dilakukan oleh William Boogie, Residen Britania di Samarang pada tahun 1837 untuk menemukan bagaimana dia mengoperasikan apa yang telah dikenal sebagai Bandjemassin Enormity[1] atau Banjermasin Outrage[4]
Negara tidak lagi ada ketika Belanda kembali pada tahun 1816 dan Hare dan haremnya yang berjumlah 40 wanita Melayu[5] dipaksa untuk meninggalkan wilayah tersebut.[6]