Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Januari 2023. |
Mangsian
| |
---|---|
Phyllanthus reticulatus | |
Buah mangsian yang sudah masak | |
Status konservasi | |
Risiko rendah | |
IUCN | 168985 |
Taksonomi | |
Superkerajaan | Eukaryota |
Kerajaan | Plantae |
Divisi | Tracheophytes |
Ordo | Malpighiales |
Famili | Phyllanthaceae |
Genus | Phyllanthus |
Spesies | Phyllanthus reticulatus Poir. |
Mangsian (Phyllanthus reticulatus) adalah spesies tumbuhan gulma yang termasuk ke dalam genus Phyllanthus.[1]
Tumbuhan ini secara lokal juga dikenal dengan nama dawat, malatinta, mangsi, dan ileng-ileng.[2][3] Tumbuh secara liar di pinggir sawah, kebun atau sungai, dapat dijadikan tanaman pagar dan dapat pula dimanfaatkan sebagai tanaman hias bonsai.[4]
Kata mangsian atau mangsi diambil dari kosakata dalam Bahasa Jawa, mangsi, yang berarti tinta atau dawat, karena buah yang matang berwarna kehitam-hitaman dan cairannya mirip dengan cairan tinta.[1][5][6]
Tanaman mangsi merupakan tanaman perdu yang tumbuh liar dengan buah yang berwarna ungu kehitaman yang sering kali tumbuh di sepanjang aliran air, pada daerah–daerah tempat pembuangan sampah, atau juga di hutan hujan tropis. Spesies ini tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 800–2000 m dpl. Penyebaran tanaman ini di Indonesia hampir merata, antara lain di Pulau Jawa, Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatra. Selain itu, tanaman ini juga didapati di banyak negara, seperti Filipina, Sri Lanka, India, Afrika Selatan.[7]
Tanaman buah mangsi merupakan semak-semak yang tumbuh tegak atau merambat dengan tinggi 1,5 sampai 5 meter. Buahnya berbentuk bulat, diameter 5–7 mm, lunak, licin, dan berwarna kehitaman ketika matang. Tanaman buah mangsi termasuk keluarga Euphorbiaceae dan genus Phyllantus.[7]
Bagian yang bisa dimanfaatkan dari tanaman ini adalah daun dan buahnya. Daun mangsi dapat digunakan sebagai obat asma, batuk, demam, diare, dan sebagainya. Sedangkan, buahnya dapat dimanfaatkan sebagai tinta karena mengandung antosianin.[7][8]
Antosianin merupakan pigmen yang dapat memberikan warna merah, biru, dan ungu. Pigmen warna alami ini sangat aman untuk digunakan karena tidak mengandung logam berat. Warna merah, ungu, atau biru yang dimilikinya dapat berubah karena faktor suhu, pH, oksigen, penambahan asam, gula dan adanya ion logam. Pada buah dan sayur, pigmen antosianin umumnya terletak pada sel-sel dekat permukaan, sehingga bisa diidentifikasi dengan mata.[7][8][9][10]
Kelebihan dari buah mangsi adalah umur panen singkat, mudah dibudidaya di wilayah tropis seperti Indonesia, dapat berproduksi sepanjang tahun, dan harga yang relatif murah, bahkan belum dimanfaatkan secara nyata. Oleh karena itu, buah mangsi dapat menjadi alternatif sumber bahan pewarna alami. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan menggunakan biji ataupun stek.[7]