Masyarakat yang Harmonis | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Hanzi tradisional: | 和諧社會 | ||||||
Hanzi sederhana: | 和谐社会 | ||||||
|
Masyarakat yang Harmonis (Hanzi: 和谐社会; Pinyin: héxié shèhuì atau sering disebut Masyarakat Sosialis yang Harmonis) adalah konsep sosioekonomi di Tiongkok yang diakui sebagai respons terhadap meningkatnya dugaan ketidakadilan dan kesenjangan sosial yang muncul di masyarakat Tiongkok Daratan, sebagai akibat dari pertumbuhan ekonomi yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan konflik sosial. Oleh karena itu, filosofi pemerintahan telah bergeser dari pertumbuhan ekonomi menjadi keseimbangan dan harmoni masyarakat secara keseluruhan.[1] Bersama dengan konsep Xiaokang (masyarakat kelas menengah yang sudah cukup makmur), konsep Masyarakat yang Harmonis ditetapkan sebagai salah satu tujuan dan strategi nasional oleh Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa.
Konsep Masyarakat yang Harmonis berasal dari Tiongkok kuno hingga zaman Konfusius, sehingga konsepnya bercirikan Konfusianisme Baru.[2][3][4][5][6][7] Pada zaman modern, konsep Masyarakat yang Harmonis berkembang menjadi karakteristik khusus dari konsep Pandangan ilmiah tentang pembangunan yang diciptakan oleh Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok Hu Jintao dan telah dikembangkan pada pertengahan tahun 2000-an, yang kemudian diperkenalkan kembali oleh Pemerintahan Hu-Wen selama Kongres Rakyat Nasional 2005.
Promosi "Masyarakat yang Harmonis" menunjukkan bahwa filosofi Hu Jintao telah menyimpang dari filosofi para pendahulunya.[8] Menjelang akhir masa jabatannya pada tahun 2011, Hu Jintao tampaknya memperluas ideologinya ke dimensi internasional, dengan fokus pada perdamaian dunia dan kerja sama internasional, yang mengarah pada "dunia yang harmonis". Sedangkan pada pemerintahan selanjutnya, Xi Jinping, menggunakan filosofi Masyarakat yang Harmonis dengan lebih terbatas, kemungkinan agar lebih fokus untuk mewujudkan slogan Impian Tiongkok ciptaannya.