Mazmur 116 | |
---|---|
Kitab | Kitab Mazmur |
Kategori | Ketuvim |
Bagian Alkitab Kristen | Perjanjian Lama |
Urutan dalam Kitab Kristen | 19 |
Mazmur 116 (disingkat Maz 116, Mzm 116 atau Mz 116; di dalam Septuaginta dipisahkan menjadi: Mazmur 114 dan Mazmur 115) adalah sebuah mazmur dalam bagian ke-5 Kitab Mazmur di Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama dalam Alkitab Kristen. Tidak ada catatan nama penggubahnya.[1][2]
Teks Masoret (dibaca dari kanan ke kiri)
Transliterasi (dibaca dari kiri ke kanan)
Terjemahan harfiah:
Pada Septuaginta (versi terjemahan bahasa Yunani kuno dari abad ke-3 SM), Vulgata (versi bahasa Latin dari abad ke-4 M), versi bahasa Arab kuno, dan bahasa Etiopia kuno, ayat ini memulai mazmur baru yaitu "Mazmur 115", sedangkan ayat-ayat sebelumnya merupakan "Mazmur 114". Pemisahan ini tidak mempunyai dasar kuat pada naskah aslinya dalam bahasa Ibrani, juga tidak didukung oleh Targum; dan secara nyata bertentangan dengan kesinambungan terhadap ayat-ayat sebelumnya.[4]
Kata sambung bahasa Ibrani כי kî dapat diterjemahkan dengan berbagai cara, antara lain sebagai: "sebab", "sebab itu", "bahwasanya", "tetapi", "meskipun", "sekalipun", dan sebagainya. Terjemahan Lama dan terjemahan bahasa Inggris umumnya menerjemahkan sebagai "sebab itu" dan/atau "maka". Penafsiran ini didukung oleh kutipan rasul Paulus dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus pasal 4:13 (lihat bagian "Tradisi Kristen").[5]
Daud menyatakan imannya dalam kaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, meskipun tidak menyebutnya secara terperinci, tetapi dibiarkan untuk dilengkapi dari pernyataan itu: ia tidak hanya peraya bahwa Allah itu ada, melainkan juga bahwa Allah itu penyayang dan pemurah, dan Dialah Allah-nya; yang membuat perjanjain dengannya, menata sebaga sesuatu, dan pasti: ia percaya janji-janji itu; dan khususnya janji agung Juruselamat dan keselamatan daripada-Nya: ia percaya Tuhan akan meluputkannya dari segala kesusahan, dan bahwa ia akan berjalan di hadapan-Nya, dan melihat kebajikan Allah di negeri orang hidup; ia percaya akan keadaan sukacita pada masa depan yang akan dinikmatinya seterusnya. Rasul Paulus mengutip ayat ini, dan menerapkannya pada dirinya serta pelayan Injil lainnya; menyatakan iman mereka akan kebangkitan orang mati, dan nilai penting kejayaan kekal yang mereka cari, (2 Korintus 4:13-14); dan karenanya berbicara bebas mengenai hal-hal ini. Iman memberikan keberanian dan kebebasan berbicara kepada manusia; yang digunakan oleh orang percaya dalam berdoa kepada Allah, dalam meyakini pandangan-pandangan mengenai-Nya, sebagai Allah mereka dalam Kristus; dan oleh Kristus, pribadi-Nya, darah, kesalehan, dan pengorbanan-Nya; ini memberikan keberanian dan kebebasan untuk berbicara terus terang, terus menerus dan tanpa halangan, akan Injil Kristus; ini memberikan hal yang sama kepada pribadi-pribadi orang Kristen, untuk berbicara bebas satu sama lain mengenai pengalaman rahmat mereka, dan menyatakan secara terbuka kepada gereja-gereja Kristus apa yang diperbuat Allah bagi jiwa-jiwa mereka;[4]
Ketika Daud percaya dan berkata-kata, dan meskipun melakukan semua itu, ia dapat menderita penindasan dan penganiayaan karena imannya, dan perkataan-perkataannya; khususnya mengenai sampainya ia pada tahta dan kekuasaan akan Kerajaan Israel. Tidak jarang pula bagi orang-orang kudus untuk dianiaya karena iman mereka, dan karena mereka berkata-kata tentang hal itu; tetapi hal-hal ini tidak menghalangi mereka; iman mereka tetap teguh, dan lebih berharga daripada emas yang dapat binasa; mereka memegang teguh pengakuan iman itu. Penganiayaan yang banyak dan berat merupakan nasib biasa bagi orang percaya.[4]