Meriam Ki Amuk adalah sebuah Meriam kuno milik Kesultanan Banten yang saat ini berada di depan Mesjid Agung Banten Provinsi Banten. Meriam Ki Amuk konon dulu dipergunakan untuk menjaga Pelabuhan Karanghantu yang berada di Teluk Banten.
Menurut legenda, Meriam Ki Amuk adalah penjelmaan Prajurit Kesultanan Demak yang dikutuk. Tetapi menurut versi sejarah, meriam ini dibuat di Jawa Tengah abad 16 sekitar tahun 1527 M, yang kemudian dihadiahkan kepada Sultan Hasanuddin dari Kesultanan Banten oleh Sultan Trenggono yang pada awalnya bernama Ki Jimat. Meriam Si Jagur yang di halaman Museum Fatahillah Jakarta adalah "kembaran" dari Meriam Ki Amuk.[1]
Meriam Ki Amuk terbuat dari Perunggu dengan berat 7 ton, panjang 3 meter diameter luar terbesar 0,70 m, diameter dalam mulut 0,34 m. Ia menembakkan peluru meriam seberat 180 pon (81,6 kg).[2]
Lambang Surya Majapahit dapat dilihat di mulutnya. Ada dua prasasti berhuruf Arab di meriam ini. Yang pertama berbunyi "Aqibah al-Khairi Salamah al-Imani" yang berarti "Buah dari segala kebaikan adalah kesempurnaan iman". Prasasti kedua berbunyi "La fata illa Ali la saifa illa Zu al-faqar, isbir ala ahwaliha la mauta" yang berarti "Tiada pemuda kecuali Ali, tiada pedang selain Zulfiqar, hendaklah engkau bertakwa sepanjang masa kecuali mati".[1]
Legenda Meriam Ki Amuk