Minyak inti kelapa sawit

Irisan melintang buah kelapa sawit. Inti (kernel) adalah bagian yang berwarna putih.

Minyak inti kelapa sawit (bahasa Inggris: palm kernel oil) merupakan minyak nabati yang dapat dimakan berasal dari kelapa sawit.[1] Komposisi asam lemak minyak inti kelapa sawit mirip dengan minyak kelapa, keduanya dikenal sebagai minyak laurat.[2] Berbeda dengan minyak sawit yang berwarna merah jingga, minyak inti kelapa sawit berwarna kuning berasal dari hasil olahan lanjut kernel atau inti kelapa sawit.[3][4]

Pengolahan

[sunting | sunting sumber]

Minyak inti kelapa sawit lebih jenuh dibanding minyak sawit dan titik leburnya lebih rendah, dengan komposisi yang mirip dengan minyak kelapa.[5] Kernel dalam istilah botani merupakan biji kelapa sawit.[2] Inti basah (dengan kelembapan berkisar 6%) kernel mengandung berkisar 47-50% minyak inti kelapa sawit.[6] Pada suhu tinggi inti kelapa sawit dapat mengalami perubahan warna, sehingga minyaknya akan berwarna lebih gelap.[5] Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan yaitu sekitar 130 °C, suhu maksimum tersebut dibatasi untuk mencegah terlalu banyak inti yang berubah warna.[5] Mutu minyak inti sawit sendiri tergantung pada mutu inti sawit.[5] Minyak inti sawit yang baik memiliki kadar asam lemak bebas yang rendah, dengan warna kuning pucat yang mudah dipucatkan.[5]

Minyak inti sawit merupakan produk sampingan dari minyak sawit, dengan volume produksi 10-13% dari minyak sawit.[7] Sebagai minyak laurat, minyak inti kelapa sawit bersaing dengan minyak kelapa di pasar dunia dimana keduanya merupakan produk penting dalam produksi oleokimia, sabun, dan khususnya lemak nabati untuk pemanis buatan.[7] Beberapa tahun belakangan ini produksi dari minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit meningkat, pada 1993 produksi minyak inti kelapa sawit dari Malaysia meningkat sekitar 20% hampir mendekati 1 juta ton.[7] Minyak inti sawit dipasarkan melalui jaringan dari pabrik kelapa sawit (PKS), pabrik rafinasi, broker dan pedagang baik lokal maupun mancanegara, dan akhirnya sampai ke pabrik oleokimia ataupun pemanis buatan.[7]

Industri minyak laurat beberapa dekade terakhir berfokus pada peningkatan produksi dari minyak inti sawit.[7] Produksi dunia dari minyak inti sawit meningkat 9,0% per tahun dari 0,767 juta metrik ton pada 1984 sampai dengan 1.533 juta metrik ton pada 1992.[7] Melimpahnya produksi minyak inti sawit saat ini mengarah sebagai alternatif dari minyak kelapa untuk produksi sabun, oleokimia, dan khususnya produksi lemak nabati, karena sebelumnya hanya minyak kelapa yang menjadi bahan utama dalam industri tersebut.[7]

Produksi berkelanjutan

[sunting | sunting sumber]

Pertumbuhan perkebunan kelapa sawit dianggap sebagai penyebab utama dari deforestasi karena pengalihfungsian lahan hutan primer menjadi perkebunan kelapa sawit.[8] Untuk membantu mengawasi dan meminimalisasi dampak negatif dari perkebunan kelapa sawit, pada 2008 Roundtable on Sustainable Palm Oil mengembangkan kriteria lingkungan dan sosial yang mengatur kegiatan industri kelapa sawit yang berkelanjutan bagi perusahaan anggotanya.[8]

Produk olahan

[sunting | sunting sumber]
Produk permen Baby Ruth, salah satu produk yang menggunakan minyak inti kelapa sawit.

Minyak inti kelapa sawit dan minyak kelapa merupakan sumber utama asam lemak rantai pendek, Produk kelapa sawit dapat dikelompokan menjadi:[5]

Bentuk olahan sebagai bahan makanan salah satunya sebagai pemberi rasa segar pada produk yang mengandung lemak cokelat, serta berbagai turunannya digunakan dalam pelapis perisa cokelat.[2] Bentuk oleokimia pada industri ringan minyak kelapa sawit antara lain; diolah menjadi sabun, detergen, semir sepatu, lilin, dan tinta cetak.[5]

Kandungan asam lemak di dalam minyak inti kelapa sawit yaitu:

Kadar asam lemak dari minyak inti kelapa sawit[9]
Jenis asam lemak persen
Asam laurat, jenuh, C12
  
48,2%
Asam miristat, jenuh, C14
  
16,2%
Asam palmitat, jenuh, C16
  
8,4%
Asam kaprat, jenuh, C10
  
3,4%
Asam kaprilat, jenuh, C8
  
3,3%
Asam stearat, jenuh, C18
  
2,5%
Asam oleat, tak jenuh tunggal, C18
  
15,3%
Asam linoleat, tak jenuh ganda, C18
  
2,3%
Lainnya/tidak diketahui
  
0,4%
merah: jenuh; kuning: tak jenuh tunggal; biru: tak jenuh ganda

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ (Inggris) Poku, Kwasi (2002). "Origin of oil palm". Small-Scale Palm Oil Processing in Africa. FAO Agricultural Services Bulletin 148. Food and Agriculture Organization. hlm. 3. ISBN 92-5-104859-2. 
  2. ^ a b c (Inggris) R.H.V. Corley and P.B. Tinker (2003). The Oil Palm (Fourth edition). Wiley-Blackwell. ISBN 0-632-05212-0. 
  3. ^ Pahan, Iyung (2012). Kelapa Sawit, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. hlm. 409. ISBN 979-489-995-X. 
  4. ^ Murhadi dan Suharyono (2008). "TIHP-Vol 13-2-2". Kajian aktivitas antibakteri produk etanolisis dari campuran minyak inti sawit (Elaeis quineensis Jacq.) dan minyak biji mengkudu (Morinda citrifolia L.). Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. hlm. 47-58. 
  5. ^ a b c d e f g Mangoensoekarjo, S. dan Semangun, H. (2008). Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. ISBN 979-420-523-0. 
  6. ^ (Inggris) Setianto, et. al. (2012). Recovery of palm kernel oil from palm kernel cake using supercritical carbon dioxide and the solubility (PDF). Diponegoro University. hlm. 182-185. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ a b c d e f g (Inggris) Basiron, Yusuf; Amiruddin, Mohd Nasir Hj. (1994). Applewhite, Thomas H., ed. "The Marketing and Economics of Palm Kernel Oil". Proceedings of the World Conference on Lauric Oils: Sources, Processing, and Applications. Manila: AOCS Press: 15. ISBN 0-935315-56-X. 
  8. ^ a b Mengapa Minyak Sawit Penting dalam Kehidupan Sehari-hari (PDF). Roundtable on Sustainable Palm Oil. 2013. 
  9. ^ (Inggris) Musa, John J. (January–June 2009). "Evaluation of the Lubricating Properties of Palm Kernel Oil" (PDF). Leonardo Electronic Journal of Practices and Technologies (14): 107–114. ISSN 1583-1078.