Misale Romawi (bahasa Latin: Missale Romanum) adalah buku panduan ibadat yang berisi teks dan rubrik perayaan Misa menurut Ritus Romawi dalam Gereja Katolik.
Sebelum Puncak Abad Pertengahan, ada beberapa buah buku panduan ibadat yang digunakan berbarengan dalam perayaan Misa, yakni satu buku sakramentarium yang berisi kumpulan doa, satu atau lebih buku kumpulan bacaan Kitab Suci, serta satu atau lebih buku kumpulan antifon dan madah. Bagian-bagian tertentu dari buku-buku panduan ini lambat laun dipadukan dalam satu buku, sehingga tercipta buku-buku panduan ibadat yang bersifat menyeluruh. Buku-buku semacam ini disebut Missale Plenum (misale lengkap). Pada tahun 1223, Santo Fransiskus Asisi mengarahkan anggota-anggota tarekatnya untuk menggunakan format misale yang digunakan di lingkungan lembaga kepausan (Regula, bab 3). Format misale ini selanjutnya disesuaikan lagi dengan kebutuhan karya kerasulan kelana mereka. Paus Gregorius IX pernah mempertimbangkan untuk menggunakan misale hasil penyesuaian Tarekat Fransiskan ini sebagai misale segenap Gereja Katolik, tetapi tidak kunjung terlaksana. Pada tahun 1277, Paus Nikolaus III akhirnya menetapkan misale hasil penyesuaian Tarekat Fransiskan sebagai misale yang wajib digunakan oleh semua gereja di kota Roma. Praktik ini menular ke seluruh Eropa, terutama setelah Johann Gutenberg menciptakan mesin cetak. Sayangnya, para penyunting percetakan sering kali membuat perubahan di sana-sini sesuka hati mereka, sehingga muncul berbagai variasi misale cetak, bahkan ada sejumlah misale cetak yang sangat menyimpang dari misale asli. Kehadiran mesin cetak juga semakin mempermudah tersebarnya buku-buku liturgi lain yang kurang sahih. Sidang Konsili Trento menyadari bahwa segala kesimpangsiuran ini harus diakhiri.
Dalam rangka melaksanakan keputusan Konsili Trento, pada tanggal 14 Juli 1570, Paus Pius V mengesahkan sebuah edisi Misale Romawi yang wajib digunakan oleh seluruh Gereja Latin, kecuali di tempat-tempat yang mengamalkan ritus tradisional setua paling kurang dua abad.
Di kemudian hari, edisi Paus Pius V ini dirasa perlu sedikit direvisi, sehingga Paus Klemens VIII menggantinya dengan edisi Misale Romawi "percontohan" pada tanggal 7 Juli 1604. Edisi percontohan berarti edisi yang wajib diikuti oleh semua percetakan. Edisi percontohan hasil revisi berikutnya disahkan oleh Paus Urbanus VIII pada tanggal 2 September 1634.
Sejak akhir abad ke-17, berbagai misale independen beredar di Prancis dan sekitarnya. Misale-misale independen ini diterbitkan oleh uskup-uskup yang terpengaruh paham Jansenisme dan Galikanisme. Kekisruhan ini berakhir setelah Uskup Langres, Pierre Louis Parisis, dan Abas Biara Saint-Pierre de Solesmes, Prosper Guéranger, memprakarsai gerakan kembali ke Misale Romawi pada abad ke-19. Paus Leo XIII memanfaatkan momentum ini untuk mengesahkan edisi percontohan baru pada tahun 1884. Edisi percontohan baru ini disusun dengan mempertimbangkan seluruh perubahan yang sudah dilakukan sejak masa jabatan Paus Urbanus VIII. Paus Pius X juga pernah merevisi Misale Romawi. Hasil revisinya disahkan sebagai edisi percontohan oleh penggantinya, Paus Benediktus XV, pada tanggal 25 Juli 1920.
Misale Romawi hasil revisi Paus Pius X hanya mengalami sedikit koreksi, penghapusan, dan penambahan pada teks-teks doa, tetapi mengalami banyak sekali perubahan pada teks-teks rubrik, yakni perubahan-perubahan yang tidak dimasukkan ke bagian Rubricae Generales (rubrik-rubrik umum), tetapi dikumpulkan menjadi bagian tersendiri dengan judul Additiones et variationes in rubricis Missalis (tambahan-tambahan dan variasi-variasi dalam rubrik-rubrik misale).
Kontras dengan upaya tersebut, revisi oleh Paus Pius XII, meskipun terbatas hanya pada liturgi di empat hari dalam tahun Gereja, lebih berani sifatnya, karena perubahan tersebut memerlukan adanya perubahan dalam hukum kanon pula, yang sampai saat itu mengatur bahwa, kecuali untuk perayaan Natal pada tengah malam, Misa haruslah dimulai lebih dari satu jam menjelang fajar atau kurang dari satu jam sesudah tengah hari. Pada bagian yang direvisinya, dia mengantisipasi beberapa perubahan yang baru diberlakukan sepanjang tahun sesudah Konsili Vatikan II. Pembaharuan-pembaharuan ini mencakup introduksi penggunaan bahasa lokal secara resmi untuk pertama kalinya dalam liturgi. Paus Pius XII menunda penerbitan edisi percontohan yang baru sampai rampungnya pekerjaan komisi yang dibentuknya untuk mempersiapkan suatu revisi umum atas rubrik-rubrik Misale Romawi.[1] Meskipun demikian, dia mengotorisasi percetakan untuk menggantikan naskah-naskah terdahulu dengan naskah-naskah yang dijadikannya wajib pada 1955 untuk keempat hari yang disebutkan di atas.
Penggantinya, Paus Yohanes XXIII, mengeluarkan sebuah edisi percontohan baru pada 1962. Inovasi yang paling menonjol di dalamnya adalah dihapuskannya adjektiva "perfidi" dalam doa Jumat Agung bagi orang-orang Yahudi dan penyisipan nama Santo Yosef dalam kanon (atau Doa Syukur Agung) misa. Rubrik revisi dipersiapkan oleh komisi Paus Pius XII, yang dijadikankan wajib sejak 1 Januari 1961, menggantikan dua dokumen dalam edisi 1920; dan surat apostoliknya Rubricarum instructum menggantikan Bulla sebelumnya, Divino afflatu dari Paus Pius X.
Perubahan-perubahan atas liturgi pada 1965 dan 1967 yang timbul dari keputusan-keputusan Konsili Vatikan II tidak dimasukkan ke dalam Misale Romawi, namun direfleksikan dalam terjemahan lokal provisional yang diproduksi tatkala bahasa-bahasa umat mulai dipergunakan selain Bahasa Latin. Bahkan negara-negara yang menggunakan bahasa yang sama memiliki terjemahan yang berbeda dan bervariasi dalam jumlah kata padanan yang digunakan.
Sebagai implementasi keputusan Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI pada 1969 mengeluarkan sebuah edisi percontohan revisi lengkap dari Misale Romawi, yang mulai beredar pada 1970. (Suatu naskah pendahuluan non-definitif dari dua bagian dalam edisi ini telah beredar pada 1964.) Edisi percontohan berikutnya dengan perubahan-perubahan kecil terbit pada 1975. Pada 2000, Paus Yohanes Paulus II mengesahkan edisi percontohan lainnya, yang terbit pada 2002.
Sebagaimana dinyatakan oleh Paus Benediktus XVI dalam motu proprio Summorum Pontificum, edisi Misale Romawi 1962 tidak pernah secara yuridis dihapuskan dan bebas dipergunakan oleh para imam Ritus Latin bilamana merayakan misa tanpa dihadiri umat. Imam yang mengurus sebuah gereja dapat diberi izin untuk mempergunakannya di paroki-paroki bagi kelompok-kelompok umat tertentu yang berpegang pada format Ritus Romawi terdahulu, asalkan imam yang mempergunakannya memiliki "kualifikasi untuk melakukannya dan tidak terhalang secara yuridis" (misalnya karena suspensi). Edisi 1962 adalah edisi yang lazim dipergunakan oleh para imam dari persaudaraan-persaudaraan tradisionalis semisal Persaudaraan Imam St. Petrus dan Administrasi Apostolik Personal Santo Yohanes Maria Vianney.
Selain itu, beberapa imam yang berada dalam situasi yang disebut "situasi separasi"[2] juga merayakan misa secara umum dengan menggunakan edisi-edisi Misale Romawi selain yang terakhir. Para pengguna lain ini adalah Serikat Santo Pius X, yang mempergunakan edisi percontohan tahun 1962, dan para anggota Serikat Santo Pius V, yang mempergunakan edisi sebelumnya.